Profesor Julian Rivers |
INGGRIS, London (1 November 2012).
Rencana administrasi pemerintah Inggris saat ini
untuk meredefinisikan pernikahan adalah sebuah langkah yang
"disingenous"
(tidak tulus - palsu - licik), dan pernikahan "pada akhirnya
akan terbongkar sama sekali," demikian ungkap seorang profesor
hukum. (The Christian Institute)
Profesor Julian Rivers, editor utama dari Journal Hukum dan Agama Oxford, mengatakan pemerintah sedang berlaku "disingenous” dengan cara membuat perbedaan antara perkawinan sipil dan agama.
"Pernikahan berisiko menjadi semacam pengaturan domestik formal antara beberapa orang untuk waktu beberapa lama. Jika demikian, pernikahan pada akhirnya akan buyar sama sekali," ungkap Prof Rivers.
Profesor Julian Rivers, editor utama dari Journal Hukum dan Agama Oxford, mengatakan pemerintah sedang berlaku "disingenous” dengan cara membuat perbedaan antara perkawinan sipil dan agama.
"Pernikahan berisiko menjadi semacam pengaturan domestik formal antara beberapa orang untuk waktu beberapa lama. Jika demikian, pernikahan pada akhirnya akan buyar sama sekali," ungkap Prof Rivers.
Dia memperingatkan bahwa ini merupakan "harga yang terlalu tinggi yang harus dibayar untuk sebuah usulan yang tidak memenuhi kebutuhan hukum praktis apa-apa."
Prof Rivers, pengajar Jurisprudens di Fakultas Hukum Universitas Bristol, mengatakan: "Pernikahan menegaskan nilai kesetaraan antara pria dan wanita, dan mendorong terciptanya kesejahteraan anak-anak.
"Lebih lagi, logika pengakuan nilai kesetaraan dan pilihan yang radikal berarti bahwa batas-batas dari setiap definisi baru akan jauh lebih rentan. Tantangan terhadap eksklusivitasnya, kemapanannya dan bahkan hakikat seksualnya takkan dapat dihindari," tambahnya.
Dia memperingatkan bahwa usulan Pemerintah Inggris tampaknya "didasarkan pada alasan kesetaraan, stabilitas dan kemudahan," tetapi “ketika diamati lebih teliti,” alasan-alasan ini masing-masing "tidak lengkap, spekulatif dan sepele."
Komentar Prof Rivers disampaikan dalam sebuah laporan untuk makalah di Jubilee Centre, Cambridge.
Perdana Menteri David Cameron berkomitmen untuk memasukkan pernikahan sesama jenis pada tahun 2015. Namun, lebih dari 600.000 orang telah menandatangani petisi dari Coalition for Marriage (koalisi untuk pernikahan), dan menyerukan supaya upaya yang memecah-belah ini diurungkan.
Oktober
tahun lalu PM David
Cameron
menunjukkan mental pemalaknya terhadap negara-negara Afrika anggota
Persemakmuran. Ia mengatakan bahwa negara-negara Afrika harus
menerima praktek homoseks sebagai syarat untuk menerima bantuan
Inggris. Berbagai reaksi keras datang dari para pemimpin Afrika, di
antaranya presiden Ghana, (alm.) Atta Mills.(BBC)
“Kami
mengakui semua bantuan finansial dan bantuan lainnya yang telah
diberikan kepada kami oleh rekan pembangunan kami,
namun pada saat yang sama kami tidak dapat menerima bantuan yang
diberikan dengan maksud tertentu jika itu tidak sesuai dengan
kepentingan kami, atau jika penerapannya – atau penggunaannya –
justru akan memperburuk penderitaan kami sebagai satu bangsa, atau
menghancurkan masyarakat yang untuknya uang itu digunakan untuk
pengembangannya,” ungkap Presiden Atta Mills waktu itu. Ia juga
mengingatkan bahwa Ghana adalah negara merdeka, dan tidak lagi berada
di bawah kekuasaan pemerintah kolonial. (Beliefnet) (MP)
0 komentar :
Posting Komentar