Tak jarang kata “berkhotbah”
mengundang keringat dingin, sampai tak bisa berkata-kata di depan
pendengar. Ada saatnya pula berkhotbah dianggap enteng, sesuatu yang dapat
dilakukan tanpa persiapan hati dan pikiran. Tulisan ini ditujukan
untuk membahas bagaimana mempersiapkan sebuah khotbah sehingga tak
hanya memberkati mereka yang menjadi pendengar kita, tetapi diri kita
juga terberkati.
1. Doa dan penyerahan diri
Sekalipun tulisan ini akan lebih terarah pada segi teknis menulis sebuah khotbah, hal non-teknis seperti doa dan penyerahan pada pimpinan Tuhan akan sangat mempengaruhi dalam mempersiapkan dan membawakan khotbah. Dalam mempersiapkan sebuah khotbah, ingatlah bahwa kita pada hakikatnya hendak menyampaikan firman Tuhan kepada para pendengar. Hal ini merupakan tanggung jawab yang besar, karena itu memerlukan penyerahan diri pribadi dan permohonan tuntunan dan penguatan Roh Kudus lewat doa.
2. Memilih pembacaan Alkitab
Khotbah dalam ibadah-ibadah Kristen umumnya didasarkan pada suatu nats dalam Alkitab. Ada yang berdasarkan perikop (bacaan yang ditaruh di bawah satu judul/tema cerita), ada pula yang menggunakan suatu topik untuk mengkaji bagian-bagian Alkitab yang berbeda. (Tulisan ini difokuskan pada mempersiapkan khotbah dari sebuah perikop.)
Penentuan bahan bacaan Alkitab tergantung situasi. Ada yang telah ditentukan terlebih dahulu (misalnya lewat leksionari - bacaan menurut tahun gereja) atau diserahkan pada pengkhotbah untuk memilih. Keduanya dapat dianggap memiliki kekurangan dan kelebihan, namun cara pandang kita terhadap situasi yang menentukan bacaan adalah yang lebih penting, karena baik ditentukan maupun untuk kita memilih, bacaannya tetap dari Alkitab.
3. Membaca bebas dan seksama
Membaca bagian Alkitab (perikop) dengan bebas, tanpa mencari judul khotbah atau apa yang hendak dikatakan dalam khotbah, akan membantu kita memahami bagian Alkitab itu, dan dengan sendirinya akan membantu kita memilih judul khotbah, dan apa yang hendak kita khotbahkan.
Membaca dengan seksama (close-reading) akan memberikan pemahaman luas tentang isi bacaan, kisah ceritanya, orang(-orang) yang didalamnya, nilai-nilai teologis yang terkandung, serta hubungannya dengan kehidupan, kematian, dan kebangkitan Kristus. Close-reading juga akan menyentuh kata-kata atau istilah yang tak begitu jelas bagi kita, atau kejanggalan dalam cerita yang untuk memahami membutuhkan penelusuran cerita yang mendahului atau yang mengikuti, atau keseluruhan kisah, surat, kitab yang menjadi bagian dari bacaan yang sedang kita renungkan.
Tugas kita, sejauh memungkinkan, adalah memahami bagian Alkitab tersebut dengan baik dan benar, sesuai dengan pemberitaan Alkitab secara keseluruhan, termasuk mengenai 'kejanggalan', permasalahan dalam bagian Alkitab dan bagaimana penjelasannya. Kamus dan komentar Alkitab dapat membantu dalam proses ini. (Salah satu bahan sumber on-line dalam Bahasa Inggris adalah http://biblehub.com/).
4. Memilih satu tema khotbah
Setelah melalui ini semua, kita mungkin telah memiliki tiga buah khotbah yang akan sangat menarik dan akan membuat para pendengar kita tercengang-cengang. Keuntungan bagi para pendengar kita adalah mendengar SATU saja, dan keuntungan kita adalah mempunyai dua khotbah yang telah siap jikalau kesempatan untuk berkhotbah dari nats yang sama tiba, dan Tuhan menyediakan pendengar yang sesuai dengan tema khotbah tersebut.
5. Sekali lagi satu saja
Memilih tema khotbah dapat menjadi suatu hal yang menyenangkan atau memberatkan. Mari tetap dengan yang pertama, stay positive. Misalnya dari catatan perenungan dan pembelajaran pribadi sebuah nats yang kita buat untuk membantu persiapan dalam berkhotbah kita dapati ada pesan tentang
- berbuat keadilan karena Allah adalah adil,
- ada pula tentang pengharapan di waktu sukar yang pada akhirnya mendatangkan keadilan Allah dalam hidup orang percaya,
- dan kemudian kemahakuasaan Tuhan dalam memelihara kehidupan orang yang percaya pada-Nya.Untuk mengkhotbahkan ketiga tema ini dalam satu pertemuan ibadah rutin, kemungkinan besar kita akan mendorong orang berdosa (karena bosan, dsb). Di samping itu, cara ini tidak pula optimal, karena setelah akhir khotbah ketika ditanya pada jemaat apa yang dikhotbahkan ia menjawab, “Tidak tahu.”
Dengan memilih satu khotbah untuk kita sampaikan, sekarang kita dapat merangkai pengalaman yang kita miliki, kisah yang pernah kita baca, berita di TV/media massa, status Facebook seorang teman, dsb. bersama dengan cerita dan makna pembacaan Alkitab itu untuk mengajak, menegur, mengingatkan, menguatkan, memberitakan Injil, memberi motivasi, atau menuntun jemaat pada ibadah kepada Tuhan yang adalah sumber kehidupan kita.
Berhati-hatilah dalam menggunakan bahan-bahan yang kita miliki untuk membuat menarik dan memperjelas pesan firman, karena fungsi mereka adalah membuat menarik dan memperjelas, bukan mengaburkan, apa lagi membingungkan.
7. Roh Kudus memberi makna
Ada berbagai macam teknik berkhotbah dan struktur khotbah, yang saya harap dapat menjadi bahan tulisan-tulisan berikutnya, yaitu bagaimana sikap dan suara dalam berkhotbah untuk membuatnya efektif dan efisien dan bagaimana secara teoritis struktur sebuah khotbah dapat disusun. Keterampilan-keterampilan ini dapat kita latih dan kuasai sehingga menjadi penunjang yang penting dalam membawakan khotbah.
Namun ingat pula bahwa jika kita pun menguasai secara sempurna teknik berkhotbah dan menyusun khotbah, dan dapat mempesona para pendengar kita dengan kefasihan dan gaya bicara kita, pada akhirnya, tanpa kehadiran Kristus lewat Roh Kudus, sebuah khotbah Kristen adalah sia-sia belaka. Sebaliknya, sederhana bahkan terbata-bata suatu khotbah dibawakan, namun jika Roh Kudus yang membuka hati dan telinga pemberita dan pendengar, maka makna firman itu akan terasa, tidak hanya oleh pendengar namun juga pemberita.
Kita tidak harus memilih satu atau yang lain, namun dalam penyerahan dan permohonan akan tuntunan Tuhan, maka dalam perkenanan-Nya, kita dapat menjadi alat yang efektif untuk menyampaikan isi firman kepada jemaat Tuhan. (+)
0 komentar :
Posting Komentar