Tragedi kemanusiaan: Para pengungsi Rohingya hidup terlunta-lunta karena sejumlah negara menolak keberadaan mereka (foto: Christophe Archambault / AFP). |
SWISS, Jenewa
(Reuters, 31 Oktober 2012).
Para penyidik hak
asasi manusia PBB meminta Myanmar untuk menghentikan kekerasan
sektarian maut yang sementara terjadi dan memperingatkan pemerintah
untuk tidak menggunakan konflik sebagai alasan untuk menolak
minoritas Muslim Rohingya.
Menurut korban resmi terbaru, dalam 10 hari terakhir ini, sekitar 89 orang telah tewas dalam bentrokan antara etnik Rakhine dan etnik Rohingya di Myanmar bagian barat.
"Situasi saat ini tidak boleh dijadikan kesempatan untuk mengeluarkan secara permanen komunitas yang tidak diinginkan," demikian pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh Tomas Ojea Quintana, pelapor khusus PBB untuk Myanmar, dan ahli independen tentang isu-isu minoritas dan pengungsi.
Mereka menyuarakan "keprihatinan mereka yang mendalam tentang penegasan pemerintah dan pihak lainnya bahwa Rohingya adalah imigran ilegal dan merupakan orang-orang tanpa kewarganegaraan."
"Jika negara ini ingin sukses dalam proses transisi dalam berdemokrasi, negara ini harus berani dalam mengatasi tantangan hak asasi manusia yang ada," kata Ojea Quintana.
Menurut korban resmi terbaru, dalam 10 hari terakhir ini, sekitar 89 orang telah tewas dalam bentrokan antara etnik Rakhine dan etnik Rohingya di Myanmar bagian barat.
"Situasi saat ini tidak boleh dijadikan kesempatan untuk mengeluarkan secara permanen komunitas yang tidak diinginkan," demikian pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh Tomas Ojea Quintana, pelapor khusus PBB untuk Myanmar, dan ahli independen tentang isu-isu minoritas dan pengungsi.
Mereka menyuarakan "keprihatinan mereka yang mendalam tentang penegasan pemerintah dan pihak lainnya bahwa Rohingya adalah imigran ilegal dan merupakan orang-orang tanpa kewarganegaraan."
"Jika negara ini ingin sukses dalam proses transisi dalam berdemokrasi, negara ini harus berani dalam mengatasi tantangan hak asasi manusia yang ada," kata Ojea Quintana.
Baca seterusnya di sini.
0 komentar :
Posting Komentar