Jumpa pers presiden Senegal dan Amerika Serikat (foto: BCNN5). |
AFRIKA (MP) – Dalam kunjungannya ke Benua Afrika,
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menyinggung isu
homoseksualitas di tengah sebuah jumpa pers dengan Presiden Senegal
Macky Sall, 27 Juni lalu.
"Kami tidak siap dengan
dekriminalisasi homoseksualitas," terang Mr. Sall dan
menunjukkan bahwa ia dan masyarakat Senegal memiliki sudut pandang
yang berbeda. Pernyataannya mendapat dukungan besar dari masyarakat
dan media-media massa utama di negara itu.
Bahkan, banyak warga Senegal yang
beranggapan bahwa presiden mereka seharusnya lebih tegas. "[Presiden]
seharusnya mengatakan, 'Itu tidak pernah bisa eksis di Senegal, itu
tidak bisa terjadi di sini'," ujar Tidiane Gueye, warga
ibukota Senegal, Dakar, kepada New York Times.
"Senegal adalah 95 persen Muslim,"
tambah Gueye. "Sebagai negara muslim, kami tidak akan
mengizinkan hukum yang memungkinkan pelaku hubungan sejenis untuk
menikah."
Seorang pensiunan perwira militer
Bouramon Ndour memuji pendirian Mr. Sall dalam menyikapi Mr.
Obama. Berbicara tentang homoseksualitas, warga Senegal ini
mengatakan bahwa "tidak orang di sini yang dapat menerima hal
itu...kami menentangnya dengan keras. Lihat, ini adalah negara
Muslim. Langkahi mayat kami dulu!"
Tanggapan yang sama datang dari para
pemimpin Kenya. Wakil Presiden William Ruto berbicara di
sebuah gereja Katolik pada Minggu 30 Juni, mengatakan bahwa bagi
mereka yang menerima homoseksualitas, seperti Mr. Obama, itu adalah
"urusan mereka. Kami percaya pada Tuhan." Ia menambahkan
bahwa "bangsa Kenya adalah bangsa yang takut akan Allah."
“Lupakan, lupakan, lupakan,” ucap
Uskup Agung Nairobi, Kardinal John Njue, kepada Mr. Obama
menyangkut legalisasi praktek hubungan sejenis di Afrika.
"Saya pikir kita perlu bertindak
sesuai dengan tradisi sendiri dan iman kita," katanya. Berbicara
tentang Amerika, Kardinal Njue mengatakan bahwa "orang-orang
tersebut yang telah merusak masyarakat mereka ... janganlah mereka
menjadi guru kami untuk memberitahu kami ke mana harus pergi."
Sheikh Saliou Mbacke, seorang
pemimpin Muslim di Senegal, mengatakan bahwa pemimpin agama di
seluruh Afrika memiliki kewajiban untuk berbicara menentang praktek
hubungan sejenis, terutama jika ada tekanan untuk membuat rakyat
Afrika mengubah pandangan mereka.
"Masalah praktek hubungan sejenis
tidak boleh digunakan sebagai alat untuk memeras dan memaksa
masyarakat untuk menentang perintah Allah, yang lebih penting
daripada kekuatan dunia," katanya. "Kami akan menentang
cara paksaan apapun yang mengancam kami untuk menerimanya dalam
masyarakat kami."
Di Tanzania, Uskup Anglikan Michael
Hafidh mengatakan bahwa sebagian besar para pemimpin Afrika lebih
suka Mr. Obama menyimpan pendapatnya tentang praktek hubungan sejenis
untuk dirinya sendiri dan fokus pada isu-isu ekonomi yang dihadapi
benua Afrika.
Masalah hubungan sejenis "bukan
merupakan masalah penting bagi kami sekarang," katanya. "Kami
tidak mengakui atau bahkan memikirkan hal itu, apalagi
melegalisasinya. Saya pikir karena kita memiliki banyak sumber daya,
diskusi kami dengan segenap bangsa lain harus lebih menyangkut
investasi dan perdagangan."
Sebanyak 38 negara di seluruh Afrika,
di mana agama-agama mayoritas adalah Islam dan Kristen, memiliki
hukum yang melarang perilaku homoseksual. (BCNN5)
Terkait:
0 komentar :
Posting Komentar