Jenazah Pnt. Ngai diratapi keluarga dan jemaat (foto: MoSN). |
Ia beserta
saudaranya, Hoang Van Pa,
ditangkap oleh polisi tanpa dokumen resmi dua hari sebelumnya (15
Maret).
Tanggal 14 Maret
polisi sudah datang mencari mereka, tetapi mereka berhasil
menghindar. Namun Ly Thi Lagu,
istri Pnt. Ngai, dan adik iparnya, Ly
Thi My, dibawa polisi. Menurut
penuturan Pa, kedua tangan perempuan ini diikat dan mereka diseret ke
mobil polisi. Mereka juga dipukul dengan tongkat.
Tidak ada tuduhan
resmi terhadap mereka, namun ada laporan mengatakan bahwa mereka
“merusak hutan.” Mereka telah membeli sebuah lahan di Kecamatan
Dak Glong dan mulai membersihkan semak-semaknya. Menurut Hoang Van Pa
yang ada di lahan itu hanya tunggul pohon.
Pnt. Ngai (38), yang
dalam bahasa Hmong dipanggil Vam Ngaij
Vaj, rupanya telah membuat marah
beberapa pejabat pemerintah yang tidak suka dengan kelangsungan
aktivitas Gereja Bui Tre
yang telah dilarang bertemu 2000-2003 lalu. Ia juga menolak membayar
suap dan sebaliknya "sangat menentang penyalahgunaan kekuasaan
mereka," demikian diungkapkan Pa dalam sebuah laporan kepada
pejabat pemerintah dan pemimpin gereja.
Penganiayaan dalam penjara
Ketika berada dalam tahanan, sekitar pukul tiga sore tanggal 17 Maret, Pa mendengar suara teriakan, gesekan perabot dan pemukulan keras yang datang dari sel saudaranya, demikian dinyatakan dalam laporannya.
Penganiayaan dalam penjara
Ketika berada dalam tahanan, sekitar pukul tiga sore tanggal 17 Maret, Pa mendengar suara teriakan, gesekan perabot dan pemukulan keras yang datang dari sel saudaranya, demikian dinyatakan dalam laporannya.
Pada pukul empat
tiga puluh, seorang polisi melihat ke dalam sel dan berkata, "Orang
ini [Pnt. Ngai] mungkin sudah mati," ungkap Pa.
Sejumlah polisi
datang dengan cepat dan membawa Pnt. Ngai keluar dari sel ke sebuah
taksi yang telah dipanggil lewat telpon. Pa menyatakan bahwa
saudaranya kelihatan "benar-benar lemas seolah-olah ia sudah
mati, ... tanda lebam di lehernya."
Ketika Pa memohon untuk pergi membantu saudaranya, penjaga mengejek sambil mengatakan kepadanya bahwa Pnt. Ngai hanya sakit perut.
Ketika Pa memohon untuk pergi membantu saudaranya, penjaga mengejek sambil mengatakan kepadanya bahwa Pnt. Ngai hanya sakit perut.
Mencari keadilan
Le Hien,
pimpinan Komite Rakyat provinsi Dak Nong, memberi pernyataan bahwa
kematian Pnt. Ngai adalah akibat bunuh diri (BBC, 24 Maret).
Sebelumnya, tanggal 18 Maret kepolisian memberi keterangan bahwa Pnt.
Ngai dengan sengaja menyetrum dirinya sendiri dengan memasukan tangan
ke colokan listrik.
Pernyataan pemerintah setempat ditolak oleh keluarga almarhum. Mereka mengatakan bahwa ada lebih dari 300 saksi yang melihat tubuh Ngai, dan mereka sependapat dengan apa yang digambarkan Pa, bahwa "banyak memar dan lebam di leher, punggung, dan kepala, dan luka yang dalam di tubuhnya dan kepalanya pecah." Mereka juga marah karena Pnt. Ngai diautopsi tanpa pengetahuan dan persetujuan keluarga.
Anggota keluarga menyatakan bahwa Pnt. Ngai adalah pria yang kuat dan sehat, serta tidak ada alasan baginya untuk melakukan bunuh diri.
Dalam surat protes
yang dilayangkan tanggal 29 Maret kepada kepala polisi Provinsi Dak
Nong, istri, saudara serta serta adik ipar almarhum memberikan
kesaksian bahwa mereka semua ditahan tanpa tuduhan atau dokumen
hukum. Di dalamnya termasuk protes karena kedua perempuan ini
dipukuli dalam tahanan dan bahwa mereka tidak diijinkan untuk
membantu Pnt. Ngai mengikuti penganiayaan kejam para polisi. Mereka
meminta pihak berwenang untuk meminta pertangungan jawab mereka yang
melakukan tindakan melanggar hukum tersebut.
Organisasi Christian Solidarity Worldwide (Solidaritas Kristen Sedunia), bersama organisasi HAM lainnya telah menyerukan diadakannya "sebuah penyelidikan baru yang disertai kesaksian dari tahanan lainnya dan bukti foto" untuk memperjelas situasi penangkapan, penahanan, dan kematian korban.
Pada
pertengahan bulan Mei, pihak berwajib dilaporkan memberitahu keluarga
bahwa penyebab kematian adalah menyetrum diri sendiri.
Organisasi Christian Solidarity Worldwide (Solidaritas Kristen Sedunia), bersama organisasi HAM lainnya telah menyerukan diadakannya "sebuah penyelidikan baru yang disertai kesaksian dari tahanan lainnya dan bukti foto" untuk memperjelas situasi penangkapan, penahanan, dan kematian korban.
Pnt. Ngai mempunyai
empat orang anak yang berusia antara 7 sampai 15 tahun. Ia bekerja
sebagai kontraktor bangunan, sekaligus berdagang dan bertani.
Pnt. Ngai, seorang berlatarbelakang etnik Hmong, menjadi pengikut Kristus tahun 1999, dan telah melayani ibadah di Gereja Bui Tre, sebuah jemaat Gereja Injili Vietnam (Selatan) yang resmi diakui pemerintah. Lebih dari 600 orang secara teratur menghadiri ibadahnya, termasuk 230 anak-anak.
Pnt. Ngai, seorang berlatarbelakang etnik Hmong, menjadi pengikut Kristus tahun 1999, dan telah melayani ibadah di Gereja Bui Tre, sebuah jemaat Gereja Injili Vietnam (Selatan) yang resmi diakui pemerintah. Lebih dari 600 orang secara teratur menghadiri ibadahnya, termasuk 230 anak-anak.
Pnt. Ngai membantu
pembangunan gereja kayu yang menarik bagi jemaat Bui Tre tahun 2006,
sekalipun melalui rintangan dan yang gangguan dari pihak pemerintah.
Ratusan pelayat membanjiri upacara pemakaman Pnt. Ngai.
"Kita tahu bahwa almarhum (Pnt. Ngai) dicintai dan dihormati oleh ribuan orang Kristen dan masyarakat luas sebagai orang yang jujur dan murah hati," ungkap salah satu pimpinan masyarakat Hmong di wilayah itu. "Dia adalah orang yang melatih dan mempekerjakan banyak orang di usaha bisnis dan pertaniannya yang sukses; yang membantu orang miskin tanpa menghitung-hitung. Dia adalah seorang yang antusias dan pemimpin yang efektif di gerejanya. Betapa merupakan kehilangan bagi kami!"
Saudara Pnt. Ngai, Pdt. Hoang van Qua, pemimpin Gereja Tre Bui, mengatakan bahwa Pnt. Ngai memiliki perhatian khusus terhadap masyarakat miskin.
"Dia membantu mereka dalam hal bangunan, dengan pengangkutan beras, memberikan uang kepada mereka yang miskin dan orang-orang yang menghadapi saat sulit, membantu anak-anak sekolah yang tidak memiliki buku sekolah atau pakaian sekolah," ungkap Pdt. Qua. "Apapun yang ada dalam sakunya, ia siap memberikannya kepada orang miskin, tidak pernah repot-repot menghitung." (MoSN/BNL/News.Va)
-------
Topang dalam doa
keluarga alm. Pnt. Ngai dan jemaat Tre Bui supaya lewat peristiwa
kematian ini kebangkitan terjadi dalam kehidupan keluarga dan
jemaat, dan dengan ditegakkannya keadilan, masyarakat di Provinsi Dak
Nong, Vietnam, mengalami transformasi yang mendatangkan hidup.
Barangsiapa
mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa
kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. (Matius 10:39)
1 komentar :
Dengan demikian Penatua Ngai dari Gereja Injili Vietnam, menjadi martyr. Semoga keluarga Penatua Ngai, dikuatkan dan dihiburkan Tuhan Yesus dan Roh Kudus. Amin.
Posting Komentar