Apakah mereka ini adalah Muslim atau pengikut Buddha? Apakah mereka Rohingya atau Burma? Apapun mereka mereka adalah manusia. |
INDONESIA, Sumatera (MP) -- Inilah akibatnya ketika media
memproyeksikan dan membakar suatu konflik sebagai konflik sektarian,
terutama menyangkut suku dan agama. Entah mengapa media sekarang
banyak kali terkesan kehilangan kekritisan dalam menempatkan masalah.
Ataukah ada kesengajaan?
Sebuah peristiwa menyedihkan terjadi di salah satu pusat keimigrasian di Sumatera yang menyebabkan delapan orang
meninggal. Mereka ini adalah nelayan Myanmar (Burma).
Menurut laporan Jakarta Globe para
pelaku adalah para pengungsi Rohingya.1
Peristiwa tragis di
pusat keimigrasian itu terjadi setelah para pengungsi Rohingya
melihat “gambaran kekerasan yang terjadi “antara non-Rohingya
Muslim dan pemeluk Agama Buddha”2
(Sebagai contoh. Coba pikir apakah penulis berita tersebut tahu bahwa semua yang
terlibat adalah Muslim dan Buddha?)
Konflik di Myanmar dalam rangka
reformasi politik sarat dengan berbagai kepentingan, baik domestik
maupun pihak luar.
Kekerasan
komunal kembali terjadi bulan lalu dan diberitakan dipicu oleh adu
argumen di sebuah toko emas di kota pusat Meiktila yang kemudian
berubah menjadi kerusuhan, namun saksi mata mengatakan gelombang
kekerasan sejak itu tampaknya telah terorganisir dengan baik.
Mengeksploitasi konflik di Asia
Betapa mudahnya mengeksploitasi sebuah konflik, dan menempatkannya dalam kesadaran yang paling dijunjung tinggi oleh kebanyakan masyarakat Asia: agama.
Betapa mudahnya mengeksploitasi sebuah konflik, dan menempatkannya dalam kesadaran yang paling dijunjung tinggi oleh kebanyakan masyarakat Asia: agama.
Bahwa ada mesjid dibakar, rumah
penganut Islam dihancurkan, apakah itu berarti para penganut agama
Dharma (Buddha), misalnya, adalah pembakar mesjid dan penghancur
rumah Muslim?
Tidak ada yang bisa menjamin
pemberitaan demikian, dan terkesan hanya ingin menyulut masalah
supaya menjadi lebih besar lagi.
Kalau konflik ini hendak juga dibawa ke
Indonesia dengan mempolitisir sentimen umat Muslim dan penganut
Buddha di Indonesia, maka ini merupakan sebuah politik kotor.
Bekas luka konflik Poso dan Ambon sudah
cukup untuk mengingatkan bahwa menjadikan saudara kita sendiri
sebagai musuh yang harus dihancurkan dan dilenyapkan adalah berarti
menghancurkan dan melenyapkan diri kita sendiri.
Perlu reformasi kinerja keimigrasian dan kepolisian
Kombes.
Jenderal Nanan Soekarna, wakil kepala Polri, mengatakan pada
hari Jumat bahwa pihaknya sedang menyelidiki peristiwa ini.
"Kami sedang menyelidiki karena itu adalah tugas kami dan kami menyesalkan kejadian yang menyebabkan delapan orang meninggal," kata Nanan, seperti dilansir Jakarta Globe.
"Kami sedang menyelidiki karena itu adalah tugas kami dan kami menyesalkan kejadian yang menyebabkan delapan orang meninggal," kata Nanan, seperti dilansir Jakarta Globe.
Kejadian tragis di pusat keimigrasian
Indonesia hanya mempermalukan Indonesia di mata internasional karena
tidak dapat menjamin keselamatan warga asing di rumah tahanan.
Kinerja polisi pun perlu dievaluasi karena nanti tiba di tempat
kejadian setelah delapan orang yang mungkin memiliki anak dan isteri
telah dibunuh dengan cara yang tidak manusiawi.***
1 Eight
Myanmar Nationals Killed After Riot Breaks Out in Medan Detention
Center, Jakarta Globe (link).
2 Eight
Myanmar Nationals Killed After Riot Breaks Out in Medan Detention
Center, Jakarta Globe (link).
1 komentar :
Jadi catatan penting utk Kapolri...
Posting Komentar