Nabi Lot dan keluarganya diselamatkan (ilustrasi: free Bible image) |
Bro D,
trims utk pertanyaan yg baik ini.
Mengawali jawaban saya, saya kira kita
berdua setuju bahwa melarang anak bermain pisau, bukan berarti
membenci anak itu. Hal ini saya katakan untuk menjaga supaya jangan
terkesan jawaban saya ini cenderung legalistis dan tidak mencerminkan
kasih. Justru menurut saya kalau kita sungguh-sungguh ingin mengasihi
orang lain, kita harus sungguh-sungguh mengasihi mereka.
Yang pertama, Alkitab tidak berbicara
tentang "pernikahan sejenis." Perilaku seksual yang
dilakukan oleh dua orang berjenis kelamin sama dilarang dalam Imamat
18:22 (dengan implikasi kepada perempuan).
Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian.
Bagi umat Tuhan, pernikahan itu adalah hal yang sakral antara
dua manusia berlawanan jenis yang diamanatkan Allah kepada umat
manusia (Kej 1, 2) dan yang ditekankan kembali oleh Kristus dalam
Matius 19:5.
Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Dalam Roma 1:20-28, Rasul Paulus
menulis bahwa penolakan untuk mengakui Tuhan sebagai Tuhan dan
menyembah Dia turut menghasilkan perilaku seksual yang menunjukkan
pemberontakan terhadap rancangan Allah.
Teks ini menunjukkan bahwa
perilaku seksual dengan sesama jenis sekalipun dilakukan secara suka
sama suka, [dalam konteks penyembahan berhala atau tidak,] adalah berawal dari dosa dan mengakibatkan dosa.
Namun
keseluruhan dari teks Roma 1 [sampai 3] itu hendak menunjukkan bahwa kita SEMUA
adalah orang berdosa dan membutuhkan Kristus untuk berdamai dgn
Allah.
Karena itu implikasi dari 1 Kor 6:9-11 adalah bahwa ada di
antara mereka yang mempraktekkan hubungan sejenis, yang meninggalkan
cara hidup itu, dan mengambil bagian dalam penyucian, pengudusan, dan
pembenaran dalam Yesus Kristus.
Rasul Paulus menempatkan semua orang,
tak peduli siapa dan apa praktek hidupnya, sebagai orang berdosa.
Karena itu, janganlah kita melihat bahwa dalam keberdosaan diri kita
lebih baik dari siapapun. Kita perlu melihat bahwa dalam Kristus
kita semua sama dikasihi dan menerima anugerah keselamatan secara
sama.
Kita bisa dapati banyak kesaksian dari
mereka yg mempraktekkan hubungan sejenis, yang kemudian meninggalkan
gaya hidup itu oleh karena kuasa Tuhan.
Namun, hal ini perlu dipahami
bahwa [ada di antara] mereka yang bergumul dengan ketertarikan sesama jenis [yang] mempunyai
salib berat yang harus dipikul untuk mengikut Tuhan. Mereka perlu
pendampingan, dorongan, dan doa-doa, dan memang setiap orang percaya
membutuhkan semua itu dalam setiap pergumulan hidup.
Komunitas orang percaya (gereja) ada
untuk saling mendorong, mendoakan, dan mendampingi dalam bertumbuh
setiap hari menjadi sama seperti Kristus. Di situ akan ada banyak
tantangan dan godaan, dan tak jarang orang percaya harus jatuh
bangun. Namun, dengan anugerah dari Tuhan tetap maju pantang menyerah
dalam damai sejahtera Allah.
Mohon maaf karena jawaban saya menjadi
terlalu panjang. Namun, harapan saya kiranya ini dapat menjadi bahan
refleksi dan diskusi bersama. Gb.
Syalom,
Pertanyaan dan jawaban ini merupakan percakapan di Facebook yang penulisan kata-kata dan kalimatnya telah diperbaiki serta dilengkapi dengan ayat referensi.
0 komentar :
Posting Komentar