"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah."
Home » , , , , » Beberapa sudut pandang Kristen tentang The Twilight Saga: Breaking Dawn Part 2

Beberapa sudut pandang Kristen tentang The Twilight Saga: Breaking Dawn Part 2

Written By Ray Maleke on Jumat, 07 Desember 2012 | 23:47

Beberapa waktu lalu saya menulis tentang pengalaman saya bersama isteri dan ipar saya, menonton salah satu dari The Twilight series.1 Dari pengalaman itu saya telah mencoba memperingatkan para pencari hiburan supaya berhati-hati dan bersikap kritis jika memilih untuk menonton serial terbaru The Twilight, atau film apa saja.

Ada hal yang menarik pada waktu itu. Baru saja saya mempost tulisan bernada “peringatan” itu di blog Menara Penjaga dan berniat membagikannya buat teman-teman di Facebook, di feeds reader Fb saya muncul status salah seorang teman di kampung halaman, “Twilight, beking tagantong eh” (Melayu Manado, aduh Twilight membuat tergantung). Saya garuk-garuk kepala sambil senyum sendiri. Agak terlambat? Tanya saya dalam hati.

Kalau Anda sudah membaca tulisan saya itu, maka saya perlu menginformasikan kepada Anda bahwa ipar saya tidak datang, karena itu saya tidak menonton seri 2. Tapi dari membaca berbagai komentar kalangan Kristen mengenai film yang mempesona para remaja perempuan dan ibu-ibu ini (kalau beritanya betul), saya merasa cukup yakin bahwa keputusan saya benar (yaitu tidak menggunakan uang saya untuk mendukung produsernya). Nah buat mereka yang telah menontonnya, tolong diperbaiki kalau saya keliru menilai film ini dari mengikuti berita media informasi.


Tanggapan Vatikan

Vatikan adalah pusat gereja terbesar di dunia, yaitu Gereja Roma Katolik. Dari kota-negara ini (Vatikan adalah sebuah negara), gereja yang beranggotakan lebih dari satu milyar anggota di seluruh dunia ini memberikan masukan-masukan dan penilaian terhadap hal-hal yang dibuat manusia, termasuk film yang bersentuhan langsung dengan budaya.

Penilaian Vatikan terhadap film ini tidak akan menyenangkan hati para penggemar The Twilight (untunglah kebanyakan fansnya lebih tertarik pada cerita cintanya, yang memang mengundang emosi dan bisa menutup intelek).

Menurut komentar dari Dewan Kebudayaan Kepausan “[f]ilm ini tidak lebih dari sebuah kekosongan moral dengan pesan yang menyimpang dan dengan demikian harus menjadi keprihatinan."2

Pernyataan lainnya dari Vatikan adalah bahwa film ini diarahkan pada “orang muda” (hal yang sejalan dengan penilaian saya waktu lalu), namun siapa juga yang tak tahu itu. Tapi Msgr Franco Perazzolo yang menjadi jurubicaranya juga menyebutkan bahwa tema vampir dalam film ini menggabungkan berbagai campuran dari hal-hal yang kelewatan dan mengandung elemen kebatinan yang kuat. Silahkan menafsirkannya sendiri. 


Tanggapan seorang pemimpin megachurch di Amerika Serikat

Nilai kurang yang diberikan Vatikan di atas mengandung tingkat moderasi yang tinggi dibanding dengan komentar Pdt Mark Driscoll yang dikenal sebagai seorang pemimpin megachurch di AS. Ia menulis di blognya bahwa serial The Twilight “bagi remaja perempuan sama seperti pornografi bagi remaja laki-laki: sakit, menyimpang, jahat, berbahaya, menyesatkan, dan populer.” Judul blog postnya adalah “A Father's Fright of Twilight” [ketakutan seorang ayah mengenai Twilight].3 (Pdt Mark mempunyai seorang anak remaja perempuan berusia 13 tahun).

Pernyataannya itu terang mengundang kontroversi, dan Pdt Mark Driscoll memang seorang yang kontroversial. Ia sendiri adalah seorang yang telah menunjukkan diri sebagai seorang pemimpin gereja yang sering bersikap kritis terhadap budaya, dan sebelumnya ia juga sudah memperingatkan tentang the Twilight dalam sebuah khotbahnya yang dimuat di You Tube.4 Di situ ia mendesak supaya hadirin berhati-hati dengan budaya yang dimanipulasi oleh Setan untuk tujuannya. Menurutnya “sebuah film adalah khotbah bergambar.” Saya setuju itu, tapi ada juga yang dikatakan Pdt Mark (dalam konteks lain) yang saya tidak setuju.


Tanggapan seorang profesor dan penulis buku terhadap Pdt Mark

Beth Felker Jones adalah seorang profesor teologi di Wheaton College, Illinois, AS. Ia juga adalah pengarang buku Touched by Vampire (disentuh oleh vampir) yang menurutnya ditulis dengan harapan “gereja dapat berpikir secara alkitabiah dan dengan iman mengenai tema-tema dalam cerita ini.”5 Saya berpikir, kalau sampai ada buku yang ditulis mengenai hal ini tentunya ada sesuatu yang penting mengenai buku dan film Twilight ini.

Prof Beth dalam sebuah artikel yang dimuat di Her.meneutics berpendapat bahwa isu gender (jenis kelamin) yang nampak dari kritik Pdt Mark adalah bagian dari masalah yang menciptakan fenomena Twilight ini. Hal ini karena Twilight diarahkan kepada para gadis dan perempuan, sehingga muncul anggapan bahwa masalah di sini adalah masalah gender.

Tidak demikian menurut Prof Beth. Baginya masalah di sini adalah menjadikan seseorang sebagai segala-galanya, sehingga hidup seseorang, apakah perempuan atau laki-laki, menjadi sekedar satelit yang berorbit pada yang diidolakannya. Sama seperti Bella yang rela mengorbankan apa saja – “keluarga, teman, pendidikan, kemungkinan untuk menjadi seorang ibu, kemanusiaannya, bahkan jiwanya” – untuk bisa bersama-sama dengan Edward.

Dan hal yang paling menakutkan dalam film ini menurutnya bukanlah hal yang menyangkut spiritualnya, melainkan hal-hal yang hakikatnya ada pada kejatuhan, kisah yang menunjukkan bahwa perempuan dibuat untuk pria, dan bukan untuk Tuhan.

Menyangkut perbandingan Twilight dengan pornografi, Prof Beth menulis:

Saya kuatir bahwa menyamakan Twilight dengan pornografi menyembunyikan beberapa masalah yang sebenarnya. Saya tidak meragukan bahwa fan mania film Twilight mempunyai beberapa kemiripan dengan kecanduan pornografi. Sama seperti pornografi, Twilight menawarkan versi palsu dari cinta, seks, dan asmara yang dapat menjauhkan kita dari rancangan baik Allah bagi kita dalam berbagai bidang kehidupan. Tapi untuk menyebut Twilight sebagai pornografi bagi remaja putri adalah hal yang memalukan dan menyelubungi masalah pornografi yang sebenarnya. Twilight bukan pornografi. Pornografi adalah pornografi.”

Ia menambahkan bagaimana pornografi menghalangi orang untuk melihat bahwa seksualitas adalah pemberian yang suci dari Tuhan.

Jika ada masalah dengan Twilight, maka itu lebih menyangkut penyembahan berhala daripada pornografi,” lanjut Prof Beth. “[Twilight] melahirkan fantasi yang besar, yang ternoda, bahwa seorang gadis dapat menemukan penyelamat dalam diri seorang laki-laki - kalau dia rela menyerahkan segala-galanya.”

Prof Beth mendorong supaya impian yang positif seseorang tidak ditaruh dalam pencarian akan 'si dia', melainkan tentang melayani Kristus sebagai Tuhan dan menggunakan semua bakat yang Tuhan beri untuk membagikan kasih dan menjadi saksi bagi Kerajaan Surga.

Bagian itu mengingatkan saya akan sebuah ayat Alkitab yang mengatakan "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Matius 6:33).

Prof Beth terkesan ingin memberikan dorongan bagi remaja puteri untuk menemukan kepenuhan dalam Juruselamat mereka. Namun, tentu saja hal ini tidak hanya untuk remaja puteri, tapi juga remaja putra yang akan dipertemukan Tuhan pada waktunya, supaya keduanya menjadi teman sejiwa dan sepenanggungan, untuk saling menghargai dan saling melindungi, di sepanjang hidup.*** 




 
1 Hati-hati menonton The Twilight Saga: Breaking Dawn Part 2, Menara Penjaga (link). 

2 Vatican official slams "Twilight" series, Catholic Media Review (link); Twilight is a 'deviant moral vacuum': Vatican slams blockbuster New Moon film, Mail Online (link).

3 A father’s fright of Twilight, Resurgence (link).

4 You Should Be Discerning about Twilight, You Tube (link). 

5 Why Mark Driscoll Is Wrong about Twilight, Her.meneutic (link); Kutipan dan referensi seterusnya berasal dari artikel ini.
Share this article :

1 komentar :

bento kemalam mengatakan...

Thanks tuk info yg bagus ini gan, sukses slalu.

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Menara Penjaga - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger