AMERIKA SERIKAT, Washington, DC (7 November 2012).
Kemenangan Presiden Barack Obama untuk menduduki kursi kepresidenan Amerika Serikat yang kedua kali meninggalkan kesan monumental dan pengaruh yang luas. Kemenangannya sangat dirayakan terutama oleh para pendukung gerakan revolusi seksual, aborsi, dan apa saja yang diusung oleh platform Partai Demokrat, di dalamnya termasuk hal yang patut dipuji seperti pendekatannya terhadap para imigran tak berdokumen.
Kemenangan Presiden Barack Obama untuk menduduki kursi kepresidenan Amerika Serikat yang kedua kali meninggalkan kesan monumental dan pengaruh yang luas. Kemenangannya sangat dirayakan terutama oleh para pendukung gerakan revolusi seksual, aborsi, dan apa saja yang diusung oleh platform Partai Demokrat, di dalamnya termasuk hal yang patut dipuji seperti pendekatannya terhadap para imigran tak berdokumen.
Di pihak lain, awan kelabu menggantung
di hati para pemilih yang didorong oleh iman dan hati nurani Kristen.
Steve Strang, pendiri dan penerbit Charisma News,
dengan kecewa bertanya, “...Apakah ini merupakan suatu bentuk
penghakiman Allah atas Amerika [Serikat]?"1
Sementara calon presiden dari Partai
Republik, Mitt Romney, mengakui kekalahannya dengan kata-kata,
“Saya doakan supaya presiden akan sukses memimpin bangsa kita.”2
Sebelumnya, kelompok-kelompok Kristen
telah mengorganisir berbagai kegiatan untuk mendorong AS lebih
ke arah warisan kekristenannya. Doa dan harapan mereka adalah supaya
AS dianugerahi pemimpin “yang menghormati Allah dan kebebasan
beragama, termasuk hak asasi manusia dan keadilan,”3
dan bagi banyak di antara mereka, kualitas tersebut ada dalam diri
calon Partai Republik, Mr. Romney, sekalipun latar-belakangnya
sebagai penganut Later Day Saints diperdebatkan
publik Kristen.
Namun, lebih banyak rakyat AS memilih
memberikan kesempatan pada Mr. Obama untuk empat tahun lagi menghuni
Gedung Putih dengan memberikan paling kurang 303 electoral
vote (dibutuhkan 270 untuk menang). Menurut The New
York Times, para pemilih Hispanic (penduduk
berlatar belakang Amerika-Latin) turut menentukan kemenangan Mr.
Obama.
Kampanye
kebijakan Mr. Romney untuk memperketat keimigrasian melawan para
imigran tak berdokumen adalah hal tak menguntungkan,4
dan kelihatannya Partai Republik tak cukup meyakinkan kelompok akar
rumput bahwa mereka mengerti keadaan masyarakat kecil, dan lebih
terkesan ingin menjaga kepentingan orang kaya.
Para
pemimpin Kristen merasakan kekecewaan yang mendalam. Beberapa hari
yang lalu penginjil terkenal Billy
Graham menghimbau
penduduk Minnesota untuk memberikan suara mereka mendukung pernikahan
sesuai tradisi Kristen.5
“Saya
berdoa supaya masyarakat yang baik di Minnesota akan menunjukkan
dukungan mereka terhadap definisi pernikahan dari Allah, yaitu antara
seorang laki-laki dan seorang perempuan.”
Meskipun
demikian, jumlah suara hanya mencapai 48 persen, kurang dua persen
dari yang dibutuhkan.6
Sementara
itu, di Maine, Maryland, dan kemungkinan besar Washington DC,
pernikahan sesama jenis dilegalkan. Di dua negara bagian itu,
perolehan suara masing-masing berkisar pada 52-48 dan 51-49.7
Ini
merupakan pukulan bagi Bishop
Harry Jackson, Jr. yang
tak lelah mengupayakan supaya aktivis gerakan sesama jenis tidak akan
berhasil menerapkan agendanya di Maryland.8
Kembali
ke Steve Strang, dalam kekecewaannya ia merasa bahwa publik Kristen
di Amerika masih kurang memberikan dukungan terhadap wakil politik
yang mewakili suara mereka. “Saya melihat sendiri bagaimana
sungkannya orang Kristen yang sungguh-sungguh untuk mendukung seorang
yang adalah salah satu dari mereka,” keluhnya menunjuk Scott
Plakon yang gagal di laga
perwakilan negara bagian Florida.
“Sebagai
orang Kristen pekerjaan ini yang diberikan untuk kita. Demografi
sedang berubah. Mereka yang berpegang pada prinsip-prinsip Alkitab
semakin menjadi minoritas. Kita berada dalam demokrasi di mana yang
mayoritas mengatur. Mereka yang mendukung perjudian, aborsi, praktek
seksual apapun, [dan] berbagai jenis kebejatan, [dan] sebenarnya
melihat kita sebagai ekstremis yang harus ditakuti, semakin meningkat
setiap hari.
“Sementara itu, masih ada sisa orang di Amerika yang mencintai Yesus. Tapi mereka tampaknya lebih tertarik melompat dan berteriak dan 'bergereja' daripada menjadi garam dan terang [dunia].”9
“Sementara itu, masih ada sisa orang di Amerika yang mencintai Yesus. Tapi mereka tampaknya lebih tertarik melompat dan berteriak dan 'bergereja' daripada menjadi garam dan terang [dunia].”9
Russell
D. Moore, dekan sekolah
teologi dari Southern Baptist Theological Seminary, Louisville,
Kentucky, menulis:
“Banyak
di antara kita yang memiliki perbedaan pendapat dengan Presiden.
Sebagai seorang Kristen konservatif, saya percaya anak-anak yang
belum lahir memiliki hak tertentu, termasuk hak untuk hidup, dan saya
berharap Presiden Obama akan bekerja untuk melindungi mereka. Saya
percaya kebebasan hati nurani adalah hak utama dalam masyarakat
madani, dan serangan Administrasi [Pemerintah] terhadap kebebasan
beragama adalah hal yang meresahkan. Saya tidak berpikir untuk mundur
sedikit pun mengenai hal-hal ini, bahkan seperti para pendahulu kita,
Isaac Backus dan John Leland yang tak henti menyatakan sikap demi
membangun generasi pemimpin demi kebebasan beragama dan demi martabat
manusia.
“Kita tidak akan sependapat dengan Presiden menyangkut beberapa hal (penting); [tapi] akan ada bagian lain di mana kita bisa bekerja sama dengan Presiden. Namun, apakah setuju atau tidak setuju dengannya, kita bisa menghormati. Menghormati bukan berarti memberikan persetujuan.”10
“Kita tidak akan sependapat dengan Presiden menyangkut beberapa hal (penting); [tapi] akan ada bagian lain di mana kita bisa bekerja sama dengan Presiden. Namun, apakah setuju atau tidak setuju dengannya, kita bisa menghormati. Menghormati bukan berarti memberikan persetujuan.”10
Kesedihan
paling mendalam datang dari pihak gerakan pembela kehidupan.
“Pekerjaan
kita untuk membela kehidupan dari mereka yang paling lemah dan
menjaga martabat manusia tidak bergantung pada pemilihan umum,”
ungkap pemimpin Live Action,
Lila Rose.
“Ini adalah perjuangan bagi setiap orang, satu orang setiap saat.
Kami hanya akan bekerja lebih keras, lebih berharap dan lebih
percaya, dan memohon Allah untuk membuat hidup kami cerminan atas
kasih-Nya yang tidak pernah mengecewakan.”11
“Saya
tahu banyak orang akan pergi istirahat malam ini dengan kekecewaan
yang sangat atas hasil pemilihan umum,” ungkap Patrick Mahoney dari
Christian Defense Coalition.
“Saya tahu perasaan kalian! Butuh beberapa minggu untuk menganalisa
data dan mendapat pemahaman tentang apa yang telah terjadi. Akan
tetapi, ketika saya menaruh kepala di atas bantal, ini yang membuat
saya bersukacita:
“Keluaran
15:2: 'TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi
keselamatanku. Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan
Dia'. Kristus adalah Raja. Blessings!”12
Dari
hasil pemilihan umum di AS ini, berbagai reaksi umat Kristen,
kenyataan hidup sehari-hari sebelum pemilu dan sesudahnya, dan
bagaimana politik seharusnya menjadi alat yang melayani kepentingan
umat manusia dan bukan sebaliknya, dapat menjadi bahan renungan bagi
kita semua.
Tidak
ada salahnya mengundang umat Kristen di Indonesia, baik yang
bersimpati pada Presiden AS atau yang kurang bersimpati terhadap
berbagai kebijakannya, untuk turut memanjatkan doa supaya Presiden
Barack Obama dan para pemimpin dunia lainnya dapat memberi telinga
pada tuntunan suara Tuhan yang berbicara di dalam hati nurani mereka,
untuk membawa kehidupan masyarakat yang dipimpin mereka pada
kedamaian yang berkeadilan, martabat manusia, dan penghargaan akan
hidup yang dianugerahkan Allah.***
-------
1 After
Election, the Church Has Work To Do, Charisma News (link)
2 Mitt
Romney concedes White House race to Barack Obama, says he will ‘pray
that the president will be successful in guiding our nation’,
Boston.com (link).
3 Christians
pray as US heads to the polls, Christian Today (link)
4 Divided
U.S. Gives Obama More Time, New York Times (link).
5 Billy
Graham Speaks Out on Gay Marriage in Minnesota, Charisma News
(link).
6 Minnesota
voters reject marriage amendment, Duluth News Tribune (link).
7 Gay
Marriage Passing in Three, Possibly Four States, The Christian Post
(link).
8 Gay
Marriage Passing in Three, Possibly Four States, The Christian Post
(link).
9 After
Election, the Church Has Work To Do, Charisma News (link).
10 How
Should Christians Respond to Obama's Re-Election?, The Christian
Post (link).
11 ‘Surrender
is not an option’: pro-life leaders react to Obama re-election,
LifeSiteNews (link).
12 ‘Surrender
is not an option’: pro-life leaders react to Obama re-election,
LifeSiteNews (link).
0 komentar :
Posting Komentar