INDONESIA, Jakarta (KBR68H, 13 Oktober 2012).
Lembaga Swadaya Masyarakat LSM Anak Bangsa mencatat sebanyak 60 perempuan korban trafficking sepanjang tahun ini sudah dipulangkan dari Malaysia. Mereka dipulangkan melalui Entikong, Kalimantan Barat.
Direktur LSM Anak Bangsa Arsinah Sumetro mengatakan korban trafficking itu datang dengan kondisi luka, depresi, bahkan terganggu jiwanya. Menurut Arsinah, pihaknya masih menampung tiga perempuan korban traffiking yang usianya 14 dan 17 tahun. Satu diantaranya akan dipulangkan Senin besok.
"Dalam keadaan sakit, dalam keadaan depresi. Kadang-kadang kalau dimasukan ke shelter kita, kita terapi dulu, pendekatan dulu, sampai dia bisa menyebutkan nama, alamat. Nah, kita antar ke dinas sosial provinsi, di sana kan pelayanannya juga sangat memprihatikan. Jadi kemarin saya dengar, yang stress kami pulangkan itu, masih di rumah sakit jiwa, sedangkan mereka di sini sudah mulai sembuh," ungkapnya.
Arsinah menambahkan Entikong memang rawan traffiking. Namun Arsinah mengaku, korban traffiking tahun ini cenderung menurun dibanding tahun lalu. LSM Anak Bangsa mengaku hanya bisa menampung para korban maksimal selama dua pekan. (*)
LAWAN TRAFFICKING!
Berita terkait:
Pada tanggal 19 Desember 2011 Sidang Umum PBB menerima Resolusi 66/170 yang menetapkan tanggal 11 Oktober sebagai "Hari Internasional bagi Anak Perempuan," sebagai bentuk penghargaan atas hak-ahak anak-anak perempuan serta tantangan yang harus mereka hadapi di seluruh dunia.
Menyoroti masalah eksploitasi seksual dan perdagangan manusia di India, ANS melaporkan bahwa dalam 10 orang korban lebih dari 3 terjangkit HIV/AIDS.
Perdagangan seks
terorganisir telah begitu menyebar sehingga para mucikari telah
menerobos ke desa-desa terpencil, memangsa gadis-gadis muda dari
keluarga miskin yang rentan dan memaksa mereka menjadi budak dan pekerja seks
di seluruh negeri.
Gadis-gadis ini diberi janji-janji seperti perkawinan, pekerjaan, dan
bahkan makanan untuk memikat mereka meninggalkan rumah mereka, hanya
untuk menemukan diri mereka dipaksa masuk ke dalam perdagangan seks.
Ketika mereka dijual ke rumah-rumah bordil hidup mereka menjadi sangat mengerikan.
Salah seorang gadis korban
perdagangan seks yang dientaskan oleh Indian Rescue Mission (Misi
Penyelamatan India), sebuah organisasi Kristen, sangat terpukul saat
ia menceritakan pengalaman yang ia alami di sebuah rumah bordil. Ia
diselamatkan dari situ hanya beberapa yang hari lalu.
Ia mengungkapkan, selama dua minggu ia taruh dibawah pengaruh bius dan ditawarkan kepada para lelaki hidung belang sebelum dia diizinkan makan.
Setiap gadis mengalami berbagai bentuk pelecehan, penyiksaan, perbudakan dan berbagai tindakan tidak manusiawi lainnya, yang meninggalkan trauma yang dalam.
Ia mengungkapkan, selama dua minggu ia taruh dibawah pengaruh bius dan ditawarkan kepada para lelaki hidung belang sebelum dia diizinkan makan.
Setiap gadis mengalami berbagai bentuk pelecehan, penyiksaan, perbudakan dan berbagai tindakan tidak manusiawi lainnya, yang meninggalkan trauma yang dalam.
Persoalan
Kebanyakan dari
mereka yang berhasil dientaskan tidak diterima oleh komunitas dan
keluarga mereka. Sedangkan mereka yang diterima masih menghadapi
stigma dan prasangka buruk masyarakat sehingga membuat sangat sulit
bagi mereka untuk kembali hidup seperti sediakala.
Mereka kehilangan
rasa percaya diri di tengah-tengah masyarakat yang menjunjung
nilai-nilai tradisional.
Situasi ini tak
jarang membuat para korban perdagangan manusia merasa terperangkap
dalam kehancuran. Kadang pilihan satu-satunya adalah kembali pada
mucikari yang memperbudak mereka.
Sementara itu, di
India, masih sedikit jumlah para pelaku perdagangan manusia yang dipenjarakan. Hal ini menyebabkan banyak pekerja seks yang
merasa sendirian dan tak berdaya.
Indian Rescue
Mission, yang berkomitmen untuk menyelamatkan
gadis-gadis ini, tak hanya berupaya untuk membantu pemulihan
gadis-gadis ini, tetapi juga berusaha mencegah anak-anak gadis
menjadi korban trafficking. Sejauh ini mereka telah menyelamatkan
lebih dari 200 gadis dari berbagai lokasi pelacuran di India. (MP)
0 komentar :
Posting Komentar