Salah seorang korban yang dibawah ke rumah sakit (foto: WND) |
Dua serangan dilakukan terhadap African
Inland Church di Garissa, sebuah kota yang terletak 195 kilomoter
sebelah barat perbatasan Somali. Komandan polisi Philip Ndolo
mengatakan 15 orang terbunuh dan sedikitnya 40 orang luka-luka.
Sebuah granat yang dilemparkan ke sebuah gereja lainnya mengakibatkan
tiga orang luka-luka, demikian dilaporkan AP.
Dua orang bersenjata memasuki sebuah
gereja berbahan kayu di kota Garissa pada hari Minggu pukul 10.15
pagi, sementara dua orang lainnya menunggu di luar. Mereka
memberondong peluru ke anggota jemaat yang sementara beribadah, setelah sebelumnya menembak dua polisi yang sedang berjaga-jaga.
“Kami sedang berdoa khusuk dan dalam
persiapan untuk memberi persembahan,” ungkap David Mwange, salah
seorang anggota jemaat menuturkan kronologi peristiwa yang menyayat
hati itu.
Walikota Garissa Ismail Garat menyebut
serangan itu “jahat.”
“Kami tidak biasa menyaksikan
tindakan demikian di negara kami, di mana orang-orang ditembaki di
siang bolong. Kami sungguh-sungguh ingin tahu siapa orang-orang tak
berhatinurani yang melakukan ini,” ungkapnya.
Ndolo menyatakan pada wartawan bahwa ia
ingin menuduh siapa-siapa sebelum penyelidikan dilaksanakan.
Masyarakat menyalahkan al-Shabab, kelompok militan dari Somalia, yang
dianggap bertanggung jawab atas serangan itu.
Sumber dari pihak berwenang mengatakan
bahwa gereja-gereja dekat perbatasan dengan Somalia sedang dijadikan
target oleh militan Islam Somalia. Pernyataan seperti ini dapat
mengirimkan pesan keliru bahwa agama dan para pemeluk agama adalah
substansi masalah, sehingga mengaburkan kejahatan para pelaku yang
telah lepas dari ajaran ke-Tuhan-an agamanya dan menimbulkan
korban-korban tak bersalah.
Juru bicara Vatikan mengutuk serangan
itu sebagai tindakan “keji” dan “memalukan” dan menekankan
supaya orang Kristen diberikan haknya untuk merayakan imannya dan
supaya tindakan yang hendak mengobarkan kebencian antara pemeluk
agama dilawan.
Merebaknya tindakan kekerasan tak
berperikemanusiaan yang diarahkan pada pemeluk agama menantang para
pemimpin agama serta masyarakat pada umumnya untuk terus
berkomunikasi dan berkonsolidasi untuk menjaga ketertiban hidup
bersama, dan menjauhkan tindakan-tindakan yang mencoreng keberagamaan
yang hakikatnya adalah menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.
(Associated Press/bcnn5/MP)
0 komentar :
Posting Komentar