Kisah
yang menguatkan iman orang Kristen berikut ini diterjemahkan dari
“Bounchan:
Imprisoned for Christ”
(Bounchan: Dipenjara karena Kristus) yand dipublikasikan oleh Voice
of the Martyrs
([VOM] www.persecution.com)
pada tanggal 2 Mei 2012 lalu.
Bpk.
Khum Christian Bounchan Kanthavong
mendapat hukuman penjara 13 tahun 8 bulan di Laos karena imannya.
Pada awal tahun ini ia dibebaskan. Sebelum ia menjadi orang percaya,
Bpk. Bounchan bekerja sebagai asisten gubernur distrik untuk
pemerintah komunis.
Bpk. Khum Christian Bounchan Kanthavong (foto: vom) |
Pada
tahun 1965, Bpk. Bouchan masuk tentara di Laos. Ia kemudian menjadi
asisten untuk seorang pejabat penting. Ia pertama kali bertemu dengan
orang Kristen pada saat ia dikirim untuk belajar politik di Tha Gnong
pada tahun 1975. Pada waktu itu, ia tidak memberi banyak perhatian
mengenai Kekristenan, tetapi kemudian sebagai asisten gubernur
distrik, ia mengunjungi desa-desa yang terdapat orang Kristen. Ia
merasa tertarik dengan ibadah mereka, tapi orang-orang Kristen di
sana merasa takut padanya karena jabatannya dalam pemerintahan.
Pada
satu waktu, ketika ia menginap bersama sebuah keluarga di sebuah
desa, ia mendengar sebuah program radio Kristen yang ditopang oleh
VOM. Ia mengajukan beberapa pertanyaan mengenai Kekristenan, tetapi
tidak ada seorang pun yang memberikannya jawaban terperinci. Sebagai
seorang yang bekerja untuk pemerintah, Bouchan mempunyai keluasan
masuk keluar Thailand untuk urusan bisnis. Di sana, pada tahun 1997,
ia mencari orang yang ia dengar berbicara di radio.
Orang-orang
Kristen di sana merasa takut dengannya, sama seperti ia sendiri
merasa takut jangan-jangan mereka akan melaporkannya kepada
pemerintah Laos. Tetapi orang yang ingin ia cari bersedia menemuinya.
Ia kemudian membawa Bpk. Bouchan ke sebuah ruangan dan menjelaskan
siapa Kristus padanya. Anggota tentara ini dibaptis pada malam itu
dan mulai membagikan kabar baik itu ke manapun ia pergi.
Pihak
berwenang berulang-ulang memberikan peringatan padanya untuk berhenti
berkhotbah. Ia diberhentikan dari pekerjaannya. Pada tanggal 8 Juni
1999 ia ditangkap, dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara. Pada
tanggal 2 Februari 2012, ia dibebaskan, 2 tahun lebih cepat. VOM
menopangnya dan keluarganya ketika ia berada dalam penjara, termasuk
menyediakan perawatan medis baginya setelah ia bebas.
Berikut ini adalah
wawancara staf VOM dengannya segera sesudah kebebasannya. Ia mulai
dengan membagikan apa yang terjadi padanya setelah ia dibaptis.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------Bpk. Bouchan: Saya kembali ke gereja saya dan bicara tentang Yesus. Banyak orang yang hadir; mereka mau menjadi Kristen. Tak berapa lama, seluruh desa mau hadir. Saya tidak tahu bagaimana menuntun mereka kepada Kristus, karena itu saya pergi menemui seorang pemimpin Kristen. Saya katakan, “Saya sudah memberitakan Injil, banyak orang yang ingin menjadi Kristen. Tolong datang dan bimbing mereka kepada Kristus. Saya tidak tahu bagaimana melakukannya.” Tapi ia merasa takut dan ia katakan, “Saya tidak bisa pergi ke sana. Kau juga seharusnya tidak boleh melakukan ini. Kamu bisa dipenjara.” Saya menjawabnya, “Oh, saya bekerja untuk pemerintah. Saya bekerja sesuai dengan hukum yang berlaku. Saya tahu hukum, dan mereka tidak bisa memenjarakan saya lebih dari dua setengah tahun karena saya belum pernah melakukan apa-apa yang salah.”
Pada tanggal 8 Juni 1999, pada jam 10 pagi, empat dari para penatua gereja di desa saya ditahan oleh polisi. Hanya 30 menit kemudian mereka menahan saya juga, dan mereka menaruh kami di lima ruang kecil yang berbeda.
Saya menulis pesan di selembar kertas kecil meminta mereka untuk mengatakan bahwa mereka tidak tahu apa-apa. Saya katakan, “Biarkan saya yang memikul kesalahannya. Saya yang akan menanggungnya, supaya kalian bisa kembali berkhotbah dan memimpin gereja.” Keesokan harinya, mereka dibelenggu dan diinterogasi dua kali. Para penatua mengikuti saran saya dan menyangkal tuduhan yang diberikan. Dua di antara mereka dihukum penjara selama enam bulan sebelum dilepaskan. Dua lainnya dihukum delapan tahun penjara, tetapi keduanya meninggal dunia tiga tahun sebelum masa tahanan mereka berakhir. Saya yang tersisa di penjara.
Dalam penjara, saya selalu bertindak hati-hati. Saya tidak makan makanan yang diberikan di penjara atau diberi oleh polisi. Saya tidak minum air yang mereka beri, kuatir jangan-jangan sudah diracuni. Saya tidak makan makanan mereka sama sekali. Saya harus hati-hati karena saya tahu hidup saya berharga bagi Allah dan pelayananNya.
Banyak kali, polisi yang datang untuk menginterogasi saya, mengatakan dengan halus, “Minumlah segelas air. Kau sedang sakit tenggorokan, dan kau haus. Kau bahkan terdengar haus. Ini, minumlah segelas air ini.” Saya menjawab, “Tidak, terima kasih banyak. Saya tidak haus.” Banyak kali mereka menawarkan makanan dan minuman, tetapi saya tidak menerimanya. Saya juga beri tahu teman-teman saya untuk tidak menerima makanan dan minuman dari mereka, tetapi teman-teman saya tidak mendengar saya.
Dua puluh hari sesudah saya ditahan, mereka melakukan investigasi terhadap saya selama lima hari, kemudian mengatakan, “Kau tidak mengatakan yang sebenarnya. Kami tahu kau sedang mencoba melakukan hal yang buruk terhadap negara.”
Lalu mereka membelenggu saya. Belenggunya terbuat dari kayu, kayunya besar – lumayan besar. Belenggu itu memisahkan kedua kaki saya, dan mereka juga memborgol tangan saya. Mereka kuatir saya akan melarikan diri. Mereka memborgol saya, bahkan mengikat kedua ibu jari saya. Lalu mereka menaruh saya dalam sebuah ruangan gelap selama tujuh hari tanpa makanan.
Salah seorang penjaga datang diam-diam ke ruangan saya pada jam 9 malam dan memberi saya sedikit makanan. Saya bertahan karena makanan itu – sedikit makanan dari penjaga itu.
VOM: Apakah mereka memberimu air minum selama tujuh hari itu?
Bpk. Bounchan: Tidak sama sekali. Ruangan itu sangat kotor, dan saya mendapat kusta. Ya, sama seperti yang di dalam Alkitab. Saya tidak bisa menggaruk tubuh saya karena diborgol, tapi istri saya mengirimkan cabai untuk saya karena mereka tidak mau memberikan saya obat. Saya tidak punya apa-apa selain sedikit nasi dan cabe yang diberi istri saya. Saya berdoa pada Tuhan, mengolek cabe itu dan menggunakannya untuk mengurangi rasa gatal. Saya melakukannya sampai cabe itu habis, dan kulit saya kelihat lebih baik.
Ketika cabe sudah habis, kustanya kelihatan sudah sembuh. Tapi setelah seminggu kemudian, saya merasakan rasa sakit di mata saya seperti sesuatu telah menggit saya. Istri saya datang dan minta izin untuk membawa saya ke rumah sakit untuk mendapat perawatan karena mata saya, tapi polisi mengatakan, “Ia musuh negara kita. Jangan merawatnya. Biar ia menjadi buta, dan biar ia mati di sini. Kami tidak akan mengizinkan kalian pergi ke rumah sakit.”
Mereka menginterogasi saya
16 kali, dan menanyakan, “Mengapa kau pergi ke desa-desa dan
memberi tahu mereka tentang nama Yesus?” Saya jawab, “Tidak, saya
tidak berkhotbah tentang nama Yesus. Kalian tahu hukum. Kalian
memberi kami saluran untuk melakukan ini karena kami berhak untuk
percaya tentang apapun. Saya berkhotbah tentang Allah.” Mereka
marah karena saya katakan bahwa menurut hukum saya berhak untuk
menceritakan tentang Yesus.
VOM: Sebelum Anda ditahan, ketika Anda berkunjung ke desa-desa, Anda katakan bahwa Anda mengatakan kepada mereka tentang bagaimana menjadi seorang Kristen, tetapi Anda tidak tahu bagaimana menuntun mereka. Pesan apa yang Anda sampaikan kepada mereka pada waktu itu?
[Pak Bounchan menggunakan sebuah penyajian berita injil dengan menggunakan gambar binatang yang menunjukkan kejahatan hati dan tindakan kita.]
VOM: Jadi ketika Anda katakan pada penjaga bahwa Anda tidak mengkhotbahkan Yesus, Anda tidak berkhotbah tentang namaNya.
Bpk. Bouchan: Ketika saya memberitakan Injil, saya katakan pada mereka untuk datang pada Tuhan dan bertobat. Saya hanya tahu langkah pertama. Saya tidak mengetahui secara mendalam tentang nama Yesus.
VOM: Menurut Anda apa yang membuat begitu banyak orang meresponinya?
Bpk. Bouchan: Kebanyakan mereka adalah masyarakat yang tinggal di pedesaan – mereka merokok, minum minuman keras dan menyembah roh palsu. Jadi saya katakan pada mereka jika mereka menjadi anak-anak Allah, mereka akan dilepaskan. Hal itu merupakan perubahan yang besar bagi mereka, karena setiap tahun mreka harus mempersembahkan seekor babi, sapi, atau kerbau untuk roh. Ketika saya memberi tahu mereka bahwa Allah bisa melepaskan mereka, hal itu sangat membantu bagi mereka – tidak hanya secara rohani dan jasmani, tetapi secara finansial juga.
Dalam tahanan, saya ditaruh sendirian dalam sebuah ruangan selama satu tahun, dan selama masa itu, saya tidak pernah diberikan sebuah Alkitab. Keluarga saya menganggap bahwa adalah hal yang aneh saya meminta untuk dikirimi Alkitab. Saya bahkan meminta penjaga yang memberikan saya makanan untuk memberi tahu istri saya sebuah pesan. Saya katakan, “Beri tahu istri saya, 'Boleh tolong saya? Bawa sebuah Alkitab untuk saya. Saya tidak bisa hidup tanpa Alkitab. Saya harus membaca Alkitab.”
Setelah satu setengah tahun, mereka mengeluarkan saya. Bukan keluar dari penjara, tetapi dari ruang gelap itu. Segera saya disuruh bekerja keras membawa kayu bakar dua kali sehari. Mereka memaksa saya untuk membawa kayu bakar sebesar paha. Banyak kali saya merasa sangat lelah, tapi polisi akan menaruh senjata di punggung saya dan katakan, “Panggillah Tuhan untuk menolongmu. Berserulah pada Tuhan untuk memberimu kekuatan.”
Saya memberitakan Yesus, dan
mereka berkata pada saya, “Kau percaya pada hal yang baik.”
Mereka mulai memperlakukan saya dengan sopan, tetapi setelah satu
minggu kemudian, mereka semua dipindahkan. Sebuah kelompok polisi
yang baru ditugaskan di situ.
VOM: Apa yang Anda lakukan ketika mereka mengejek Anda?
Bpk. Bouchan: Saya tidak mengatakan apa-apa. Satu kali, para penjaga bertanya pada saya jika saya lelah, dan saya katakan pada mereka kalau saya lelah. Seorang penjaga bertanya, “Apa yang kau makan dengan nasi?” Saya katakan, “Tidak ada. Istri saya hanya mengirimkan nasi dan sayur-sayuran.”* Penjaga itu mengatakan, “Uang Yesus bertebaran di seluruh dunia dan di sini juga. Kau seharusnya minta padaNya untuk mengirimkan sejumlah uang untukmu supaya kau bisa membeli makanan yang baik.”
Selama sepuluh tahun, mereka memaksa saya untuk membuka hutan untuk di jadikan ladang padi. Saya melakukannya untuk polisi yang menjaga penjara. Kebanyakan saya akan membuka tanah mereka sendiri, tapi kadang kala saya membuka untuk milik orang lain. Polisi yang mendapat uangnya. Dua kali sehari, mereka memaksa saya untuk pergi ke hutan untuk mengambil kayu bakar.
Pada tahun 2007, mereka percaya pada saya dan tidak mengawasi saya. Mereka membiarkan saya pergi sendiri untuk mengambil kayu bakar. Pada bulan Juli atau Agustus, mereka memberikan saya dua atau tiga jam untuk mengambil kayu bakar karena saat itu air sungai menguap. Saya tahu rutinitas setiap hari, sehingga pada hari pertama saya mengumpulkan kayu cukup untuk dua hari. Pada hari kedua, saya berenang menyebrang sungai yang meluap, lari ke rumah saya, mengambil lima buah Alkitab dan lari kembali. Saya menyembunyikan Alkitab-Alkitab itu dan kemudian membawa kayu bakar kembali ke kamp.
Pada satu hari saya sedang membawa kayu bakar, di dalam tas saya ada Alkitab. Polisi mengatakan pada saya, “Hey, saya mau memeriksa tasmu.” Mereka menemukan Alkitab saya dan membawa saya ke kantor. Mereka memanggil saya ke lantai dua di mana ada banyak polisi. Mereka meminta saya untuk mengatakan kepada mereka tentang buku itu dan memaksa saya untuk membacanya dengan suara nyaring. Setelah saya membaca beberapa waktu lamanya, saya berhenti dan berkata, “Oh, saya tidak bisa menyelesaikannya dalam satu hari, tapi kalau kalian ingin mengetahui lebih banyak, saya akan mengatakannya pada kalian.” Saya sedang membagikan Injil kepada mereka ketika seorang kolonel masuk ke ruangan. “Apa yang kalian sedang lakukan?” tanyanya. Salah satu polisi menjawab, “Kami sedang belajar tentang Yesus. Ini buku Yesus.” Kolonel itu berkata, “Buku jelek itu? Siapa yang bawa itu kemari? Buang sana!”
Lalu saya katakan, “Pak, ini buku yang baik. Mari datang dan lihat jika Anda tak percaya.” Beberapa hari berikutnya, mereka membawa saya ke kantor kolonel itu. Ia berkata, “Sekarang, katakan pada saya tentang bukumu itu.” Ketika seorang polisi yang lain datang ke kantor dan melihatnya tertarik dengan apa yang saya sedang katakan, mereka berdua pun mendengarkan saya. Tak berapa lama, beberapa polisi lainnya masuk untuk mendengarkan saya. Saya memberitakan Yesus, dan mereka berkata pada saya, “Kau percaya pada hal yang baik.” Mereka mulai memperlakukan saya dengan sopan, tetapi setelah satu minggu kemudian, mereka semua dipindahkan. Sebuah kelompok polisi yang baru ditugaskan di situ.
Ketika mereka mengambil Alkitab saya, saya tidak pernah mendapatkannya lagi. Tapi saya punya sebuah Alkitab yang saya kubur di ruang di mana saya tidur. Sebagian lantai rusak, sehingga saya menggali tanahnya dan mengubur Alkitab saya di situ. Saya juga mendengar sebuah program Kristen dari sebuah radio kecil. Saya bahkan mendengar nama saya disebut, dan hal itu memberi saya dorongan. Tapi satu hari polisi datang dan memeriksa sekitar ruangan saya dan di bawah tikar. Mereka menemukan lubang di bawah tempat tidur saya, mengambil Alkitab dan radio dan memberi saya denda. Saya tidak mempunyai uang, karena itu saya menebang bambu dari hutan, membuat kandang ayam dan menjualnya untuk membayar denda itu.
VOM: Bagaimana Anda membawa Alkitab dan radio ke dalam penjara?
Bpk.
Bouchan:
Istri dan anak-anak saya meninggalkan radio itu di rumah seseorang
dekat penjara. Para penjaga percaya pada saya, sehingga ketika saya
membawa keranjang untuk mengambil sayur-mayur, mereka membiarkan
saya. Saya mengambil tumbuhan dengan daun besar – saya tidak tahu
namanya dalam Bahasa Inggris. Saya kemudian menggunakan tumbuhan itu
untuk membungkus sebuah Alkitab atau radio ke dalam, saya menaruh
sayuran yang lain di atasnya.
VOM: Berapa lama Anda memiliki radio itu sebelum mereka menemukannya?
VOM: Bagaimana dengan Alkitab? Berapa banyak Alkitab?
Bpk Bounchan: Mereka mengambil lima Alkitab, tapi saya memiliki enam Alkitab dalam penjara. Akhirnya mereka tak peduli lagi dengan yang keenam. Saya bisa membacanya dengan terang-terangan; mereka tidak keberatan.
VOM: Kapan Anda mendengarkan radio, apakah Anda harus melakukannya diam-diam?
Bpk Bounchan: Saya mendengarnya di bawah jaring nyamuk dengan menggunakan headphone, dan saya masuk di bawah selimut. Ketika saya mendengar bermacam program Kristen, hati saya disegarkan.
Tetapi ketika kelompok penjaga baru datang, mereka menemukan Alkitab saya dan membakarnya. Tidak semuanya terbakar, ada bagian-bagian yang tertinggal. Saya marah, dan mengambilnya dan membacanya terang-terangan, sekalipun hanya tinggal sebagian kecil yang tertinggal. Saya tidak peduli dengan perasaan mereka. Saya menjadi marah dan berdoa, “Oh Tuhan, hukumlah mereka supaya mereka tahu bahwa Engkaulah yang mahatinggi.”
[Beberapa tahun setelah doa Bounchan itu, kepala polisi meninggal karena virus yang menyerang liver, dan empat penjaga lainnya dipenjara karena mencuri dan perdagangan obat terlarang]
Bpk Bounchan: Pada tahun terakhir di penjara, para penjaga minum banyak setelah menyembelih seekor sapi. Seorang kapten lupa pistolnya di atas tempat tidur saya, dan saya melihatnya dan merasa takut. Apa yang harus aku lakukan? Jika saya membawa pistol ini ke kantor, mereka mungkin akan menuduh saya dengan sesuatu yang tidak saya lakukan. Saya memutuskan untuk menunjukkan pistol itu pada seorang penjaga, dengan berkata, “Pak, saya menemukan pistol ini. Seseorang datang ke pondok saya dan lupa.” Penjaga itu mengatakan, “Lihat nomornya. Oh, ini pistol Kapten Pornchai.” Sebuah pesan disampaikan kepada kapten itu untuk datang menemui saya, tapi ia berkata, “Bounchan mau bertemu saya?” Ia marah. “Mengapa tahanan ini berani memanggil saya? Mengapa ia perlu bertemu dengan saya?” Tapi penjaga itu mendesaknya. Ia sangat marah ketika ia datang pada saya. “Apa yang kau mau?” tanyanya. Saya katakan, “Apakah ini pistol Anda?” dan tingkah lakunya berubah. “Oh terima kasih. Terima kasih. Baik. Terima kasih. Terima kasih banyak,” katanya sambil berlutut di lantai. Kau menyelamatkan pekerjaan saya. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih.” Ia menyalami tangan saya. Ia tanyakan apa yang ingin saya makan. Ia menanyakan apa yang bisa ia lakukan untuk saya.
VOM: Kapten itu, ia sungguh berlutut?
Bpk Bounchan: Ya, ia bisa kehilangan pekerjaannya karena kehilangan pistolnya.
Bulan Januari tahun ini, seorang kepada penjara mengatakan pada saya, “Keluarga Anda sangat kuat dalam iman mereka sehingga Kekristen menyebar kemana-mana. Itu sebabnya kau tinggal di sini. Kami tidak bisa membiarkan kau keluar karena keluargamu masih terus menyebarkan Injil. Kalau kau mau dilepaskan, pulang ke rumah, minum dan bermain dan bergabung dengan partai seperti kami – itu hal yang terbaik bagi seseorang di dunia ini – jangan hidup seperti kau ini. Berhenti percaya pada imanmu atau kau akan tetap miskin. Banyak orang percaya yang menjadi miksin dan semakin miskin sampai pada akhirnya tidak percaya sama sekali.”
Tapi saya tahu tinggal sebentar lagi saya akan bebas. Saya katakan padanya, “Kalau Anda berhenti menyembah berhala dari semen, kalau Anda berhenti menyembah berhala dari emas atau perunggu, maka saya akan berhenti menyembah Allahku. Anda tidak mau berhenti. Mengapa Anda mau memaksa saya untuk berhenti?”
Pada tahun 2010, saya dipaksa untuk membersihkan toilet polisi di kamp. Saya harus membawa air dari tempat yang sangat jauh. Saya gunakan dua ember untuk membawa air untuk ditaruh di toilet. Saya lakukan ini setiap hari selama delapan bulan.
Suatu kali saya jatuh karena saya sudah tua dan membawa ember berat berisi air. Ada rasa sakit di bagian punggung, dan saya mencoba untuk berdiri tapi jatuh ke dalam sungai. Polisi mengejek saya sambil berkata, “Hey, mengapa kau tidak memanggil Allahmu untuk memberimu kekuatan?”
VOM: Jadi ketika tentara dan polisi mengejekmu karena imanmu, mengapa kau diam saja?
Bpk Bounchan: Saya takut kalau-kalau mereka akan melakukan suatu kekerasan. Aku sudah melihat penjaga menembak tahanan lainnya yang mencoba menanggapi mereka. Mereka tidak menembakmu, tapi menakutimu. Mereka menembakimu dan kau yang membayar lima dolar untuk setiap peluru.
Pada tanggal 3 September 2010 polisi memberi tahu saya bahwa mereka menerima sebuah surat dari Amerika dan Kanada, tapi saya tidak pernah diijinkan untuk melihatnya. Mereka juga menaruh saya dalam sebuah ruangan kecil tanpa makanan selama 10 hari karena surat itu. Selama 10 hari saya tidak ada makanan atau air, tapi saya ditahan dalam ruangan itu selama sebulan dan lima belas hari.
VOM: Jadi pada satu waktu, ketika nama Anda disebut di program radio Voice of America, hal itu memberi dorongan besar pada Anda. Tapi sekarang [surat] itu mengakibatkan masalah serius bagi Anda.
Bpk Bounchan: Saya mengirim pesan pada istri saya untuk mencari tahu di mana surat itu. Ia coba, tetapi ia tidak bisa menemukan apa-apa. Tapi mereka katakan bahwa surat itu ada pada mereka, dan mereka menaruh saya dalam sebuah ruangan kecil selama sebulan dan lima belas hari. Saya juga harus membayar denda 200,000 kip [kurang lebih Rp 225.000] ketika saya dikeluarkan.
Sebelum saya dikeluarkan dari penjara, pejabat tinggi yang berwenang di penjara itu mengatakan pada saya, “Kalau kau dilepaskan, hentikan kepercayaanmu. Jangan percaya sama sekali. Jangan ambil apapun, dan jangan pergi ke manapun. Jangan berkomunikasi dengan orang Kristen lainnya, atau kau tidak akan mendapatkan apa-apa.” Saya dilepaskan tiga bulan setelah itu.
VOM: Anda tidak kelihatan marah atau merasa kepahitan karena dipenjara. Apakah Anda merasa marah sewaktu Anda masih berada di penjara?
Bpk Bounchan: Saya tidak merasa menyesal, tapi di sisi lain, saya bersyukur kepada Tuhan. Bahkan di penjara, saya tahu Allah menyertai saya, dan saya tahu apa yang Ia telah lakukan untuk saya di kayu salib. Hal itu lebih besar dari apa yang saya alami di penjara.
VOM: Pada waktu kapan Anda merasa sangat lemah atau waktu kapan Anda merasa kesulitan yang sangat? Kapan menurut Anda merupakan waktu terburuk bagi Anda?
Bpk Bounchan: Waktu terburuk bagi saya adalah dari tahun 1999-2001 – sekitar tiga atau empat tahun – karena pada waktu itu saya tidak mempunyai sebuah Alkitab. Saya juga baru menjadi seorang percaya, tapi tetap mempunyai damai sejahtera dalam hati saya. Ketika saya memperoleh Alkitab atau radio, saya akan membaca dan mendengar untuk bertumbuh dalam iman saya setiap hari.
VOM: Jadi pada waktu Anda tidak mempunyai apapun sama sekali. Mengapa Anda tetap setia kepada Allah?
Bpk Bounchan: Saya mengingat sesuatu yang saya dengar di radio. Pembawa acara mengatakan bahwa Tuhan kita adalah Allah yang menciptakan dunia, alam semesta. Ketika saya mendengar kata-katanya, saya memikirkan bumi, bintang-bintang dan bulan, dan saya melihat kemuliaan Allah. Betapa menakjubkan! Kalau tidak ada seorang pun yang dapat menciptakan itu semua, bagaimana itu semua dapat ada? Ketika saya memandang semua itu, saya melihat bahwa semua itu nyata adanya. Hal itu menghibur dan mendukung saya dan menyebabkan saya bergantung pada iman saya ketika itu.
VOM: Dapatkah Anda mengatakan sedikit tentang bagaimana kelihatannya penjara itu? Gambarkan ruang gelap itu.
Bpk Bounchan: Ruang itu dibuat dengan batu-batu besar dan semen, tapi pintunya terbuat dari besi dengan sebuah lubang seperti jendela. Pada pukul 11.30 pagi, seorang penjaga akan membuka jendela itu dan menjatuhkan makanan. Kemudian pada pukul 3 sore makanan dibawa lagi. Selain itu, saya tidak tahu waktu hari itu. Syukur pada Allah karena pintunya terbuat dari besi. Ada sebuah lubang kecil akibat karatan. Di situ saya akan berdiri dan menaruh hidung saya dilubang itu dan menghirup udara segar.
VOM: Kalau seseorang memberitahu kisah Anda kepada orang Kristen di seluruh dunia, apakah ada sesuatu yang ingin Anda katakan kepada orang-orang yang berdoa untuk Anda?
Bpk Bounchan: Saya berada dalam penjara. Saya tahu bagaimana sulitnya hidup ini, tapi saya ingin mendorong orang percaya di Amerika untuk tetap kuat dalam iman mereka. Saya tahu banyak orang Amerika belum menerima Yesus, tapi kalian mempunyai kebebasan untuk memberitakan Yesus dan membagikan Injil. Pergilah memberitakan Injil dalam nama Yesus karena kalian bisa. Kalian punya hak untuk membaca Alkitab, untuk berdoa dan pergi ke gereja. Saya mohon, lakukan itu.
Saya mohon doakan negara saya Laos, supaya Allah akan mengubah negera ini menjadi negeri milik Tuhan. Doakan supaya setiap orang menerima Yesus Kristus karena saya tahu tidak ada yang berharga dalam hidup ini selain menjadi Kristen dan mengikuti Yesus Kristus.
Terima kasih kepada saudara dan saudari di Amerika, Kanada dan negara lainnya untuk doa Anda yang setia. Saya tahu bahwa saya masih hidup hari ini karena kesetiaan Anda berdoa. Saya sekarang membagikan kesaksian saya karena doa Anda yang berkuasa.
Saya
mohon doa untuk hidup saya sekarang ini. Ketika saya hidup, saya
ingin hidup saya memuliakan kerajaan Tuhan kita. Saya ingin
membagikan Injil dan melakukan hal-hal yang baik untuk memuliakan
Dia. Doakan saya. Doakan keluarga saya untuk melayani, dan doakan
supaya Allah akan menyediakan apa yang kami perlu.
Anak
perempuan Bpk Bounchan,
Sangdara, mengingat penyalahgunaan obat oleh ayahnya dan
perilaku kasarnya terhadap ibunya. Tetapi ketika ayahnya bertemu
Yesus, semua itu berubah. Bahkan dengan ayahnya berada di penjara,
pelayanan Kristen keluarga ini terus bertumbuh.
Sangdara: Sejak
hari di mana ayah saya pulang dan mengatakan kepada ibu saya tentang
Tuhan, kami melihat perubahan yang besar di dalam hidupnya. Ketika
ibu saya menjadi marah, ia tidak akan menanggapinya. Ketika ibu saya
sudah tenang, ia akan mengulangi, “Apa yang kau pikir tentang Tuhan
yang kukatakan beberapa hari lalu?” Ibu saya akan memakinya lagi,
tapi ayah saya selalu diam saja. Saya melihat suatu perubahan besar,
tapi saya tidak mengerti mengapa ayah saya begitu berbeda atau
mengapa ia membiarkan ibu saya berbicara seperti itu padanya. Mengapa
ia tidak memukul ibuku seperti sebelum-sebelumnya? Mengapa ia tidak
menanggapinya? Setelah itu, ibu saya mulai bertanya-tanya tentang hal
yang sama. Sejak ia menjadi seorang Kristen, ia tidak pernah
meninggalkan rumah dengan perempuan-perempuan lain. Ia berhenti
minum. Ia berhenti meminjam uang dari orang lain.
Kami mempunyai altar untuk roh di rumah kami, tapi satu hari, ia mematahkan altar itu. Ia membongkarnya dan melemparkannya keluar. Kami semua terkejut. Tidak seorang pun yang bisa mengatakan sepatah kata. Beberapa minggu berikutnya, ia bertanya lagi pada ibu saya, “Apa yang kau pikir tentang Tuhan yang kuceritakan padamu? Apakah kita perlu percaya pada Allah ini?”
Ibu saya menjadi marah padanya. Ia mengambil sebuah kendi logam dan memukul kepala ayah saya. Ia masih tidak membalasnya. Kemudian, dua orang laki-laki datang ke rumah saya, membuka Alkitab dan membagikan Injil kepadanya. Ia belajar tentang Allah, dan seminggu kemudian, ia menyerahkan hidupnya kepada Kristus.
Ketika ayah saya dipenjara, saya melihat ibu saya menjadi sangat haus dan lapar akan Firman Tuhan. Jujur, ia tidak pernah meletakkan Alkitab. Pada malam hari, siang hari, di rumah – ia tidak pernah meninggalkan Alkitab. Saya tidak tahu apa-apa pada waktu itu, tapi saya melihat bahwa ayah saya juga suka membaca buku itu.
Namun ketika itulah saya mengalami bagaimana Allah
mengubah kami. Sebelumnya, jika seseorang mengatakan hal-hal yang
buruk atau mengutuk saya, saya akan panik dan merasa tak senang.
Bahkan ketika gurunya mempermalukan saya di hadapan murid-murid lain
dan ketika saya tidak mempunyai teman, saya merasakan kehangatan
dalam hati saya. Saya mempunyai damai sejahtera seperti seseorang
berdiri di samping saya dan menghibur saya.
VOM: Kapan setelah itu kau melihat ayahmu?
Sangdara: Setelah hampir dua bulan, polisi mengizinkan saya bertemu dengan ayah saya. Ayah saya mengatakan pada saya, “Tetap kuat dalam Tuhan, kasihi Dia, layani Dia dan jangan kuatir dengan aku. Jika mereka akan membiarkanku mati di sini, aku rela mati demi nama Allah.”
Saya bertanya-tanya Allah mana yang dimaksud ayahku. Siapakah Allah? Tetapi dorongan ayah saya mengiang-ngiang di kepala saya: tetap kuat, kasihi dan layani Allah. Hal itu mengganggu pikiranku setiap hari. Saya pergi pada ibu saya, dan ia memberikanku sebuah Alkitab, sambil berkata, “Allah ada di dalamnya. Bacalah.” Setelah saya menjadi orang percaya, saya ingin belajar Alkitab. Saya ingin melayani Allah. Hanya ada tiga orang percaya di daerah kami: ibu saya, salah satu kakak laki-laki saya, dan saya sendiri. Kami duduk di sebuah meja kecil setiap hari Minggu, membaca Alkitab dan berdoa. Kemudian sebuah keluarga bergabung dengan kami, lalu sebuah keluarga. Bulan demi bulan, tahun demi tahun, banyak orang menghadiri gereja rumah kami. Tak lama, 36 gereja rumah beroperasi di daerah di mana kami tinggal.
Pada waktu ayah saya baru dipenjara, keadaan sangat sulit. Orang-orang memandang remeh dan membenci kami. Di sekolah saya, gurunya mengatakan kepada murid-murid lain, “Inilah putri dari musuh negara kita.” Saya tidak mempunyai teman. Tidak ada yang bicara pada saya di sekolah, dan semuanya memandang remeh terhadap saya.
Namun ketika itulah saya mengalami bagaimana Allah mengubah kami. Sebelumnya, jika seseorang mengatakan hal-hal yang buruk atau mengutuk saya, saya akan panik dan merasa tak senang. Bahkan ketika gurunya mempermalukan saya di hadapan murid-murid lain dan ketika saya tidak mempunyai teman, saya merasakan kehangatan dalam hati saya. Saya mempunyai damai sejahtera seperti seseorang berdiri di samping saya dan menghibur saya.
VOM: Bagaimana perasaanmu sekarang ini dengan kebebasan ayahmu setelah 14 tahun? Bagaimana pemikiranmu sekarang?
Sangdara: Saya sangat bersyukur karena ayahku telah dibebaskan. Lewat masa-masa sulit yang ia lalui di penjara, ia menjadi teladan pelayanan bagi kami yang hidup di luar. Karena kesabarannya, kami dapat melalui banyak masalah. Ia tidak pernah mengeluh, bahkan ketika ia jatuh sakit. Ia tetap mengirimkan pesan pada kami mendorong kami supaya tetap kuat. Ketika ia dilepaskan, hal itu adalah sukacita yang besar bagi keluarga kami.
VOM: Adalah hal yang luar biasa yang dikerjakan Allah di dalam keluarga kalian. Ini adalah cerita yang luar biasa tentang kasih dan kesetiaan Allah.
Sangdara: Karena ayah saya dipenjara, kami mengalami kebaikan, kasih dan kemurahan dari Tuhan. Banyak orang menangis bersama kami, berdoa untuk kami dan mendukung kami. Jika kami tidak mempunyai Allah, doa dan dukungan, pasti kami sudah mendapat masalah. Karena kasih karunia Allah dan karena kasih dan doa yang tak henti-hentinya, kami tak pernah tidur dengan perut kosong sekalipun kami miskin. Tuhan menyediakan bagi kami dengan makanan sehari-hari, dan kami selalu punya cukup makanan.
Terima kasih banyak untuk bantuan dan dukungan Anda yang setia. Karena kalian, kami bisa tegak berdiri dalam iman dan melayani Allah seperti yang sedang kami lakukan hari ini. Apa yang kalian telah lakukan untuk kami, kami lakukan untuk orang lain. Kami akan mengembalikan perbuatan kasih kalian kepada orang lain dan membuatnya hidup bersama mereka.
Posted:
2 Mei 2012
0 komentar :
Posting Komentar