Uskup Portsmouth Philip Egan (foto: portsmouthdiocese.org.uk) |
INGGRIS, Portsmouth (9/27/12).
Seorang uskup Katolik yang baru diangkat, Uskup Philip Egan, meminta umatnya untuk berdoa baginya supaya ia bisa menjadi uskup Portsmouth yang "rendah hati dan kudus, ortodoks, kreatif dan berani" serta "seorang yang merupakan milik Tuhan," demikian dilaporkan LSN.com.
Dalam homilinya untuk Misa pengangkatan di Gereja Katedral St. Yohanes Penginjil, Senin lalu, Uskup Egan menggambarkan situasi sosial di Inggris, dan peran dirinya di dalamnya yang bakal mengejutkan bagi seorang uskup Katolik di Inggris.
Ia mendesak umat yang hadir untuk "meninggalkan misa ini dengan semangat penuh sukacita," dan "membantu membawa tentang pertobatan yang diperlukan - secara intelektual, moral dan spiritual - bagi semua orang yang kita temui untuk menerima Yesus Kristus, sang Injil Kehidupan."
Sementara tren di antara para uskup Inggris adalah menjauhkan diri dari kepausan. Uskup Egan menggambarkan dirinya sebagai seorang uskup yang mempunyai "kesatuan pikiran, kehendak, dan hati" dengan Paus Benediktus XVI.
Ia menggunakan beberapa istilah kunci yang dipopulerkan oleh tulisan-tulisan dari mendiang Paus Yohanes Paulus II, termasuk menggambarkan budaya Kristen sebagai "peradaban cinta-kasih" yang hanya bisa tercipta dengan pernyataan terus terang akan kebenaran agama.
Uskup Egan menggambarkan budaya Inggris pasca-Protestan yang sangat sekuler sebagai "budaya kematian," istilah Paus Yohanes Paulus II yang digunakan untuk menggambarkan tren sosial yang memuncak dengan praktek aborsi yang hampir universal dan yang diikuti dengan meningkatnya praktek euthanasia yang dilegalkan.
Menurutnya, pesan Kristen harus ditawarkan "kepada orang yang sangat membutuhkan arah dan harapan baru, yang dijauhkan oleh gurun politik modern Inggris, yang letih oleh siklus rutinitas kerja, belanja, hiburan, dan yang dikhianati oleh pendidikan, hukum, pembuat kebijakan sosial dan medis yang dalam dunia relativistik yang mereka ciptakan, sekalipun dengan maksud baik, telah menabur benih-benih budaya kematian tandingan yang mencekik leher."
Hal senada pernah diungkapkan oleh Edmund Adamus ketika menjabat sebagai Direktur Urusan Pengembalaan di bawah Uskup Agung Vincent Nichols. Ia mengatakan bahwa kepemimpinan di Inggris semakin "permisif anti-hidup dan progresif anti-keluarga dan pernikahan," dan masyarakat Inggris sudah terobsesi dengan seks dan pengejaran hal-hal material, mengeksploitasi kaum perempuan dan mengabaikan kebutuhan anak.
Atasan Adamus, Uskup Agung Nichols mengatakan bahwa hal itu adalah pandangan pribadi dari Adamus dan bukan mewakili keuskupan. (Baca seterusnya di sini)
Kelihatannya memang Uskup Egan butuh banyak topangan doa. (LSN.com/MP)
0 komentar :
Posting Komentar