Petani Indonesia (foto: kpshk.org) |
INDONESIA, Jakarta.
Upaya pemerintah untuk mengangkat kehidupan para petani masih perlu ditingkatkan. Strateginya perlu dimantapkan karena masih sering salah arah, demikian terungkap dalam wawancara KBR68H dengan Ketua Bidang Advokasi dan Pendidikan Aliansi Petani Indonesia, Muhamad Fadil Kirom.
Perayaan Hari Tani Indonesia (24 September 2012) diwarnai dengan keprihatinan akan kehidupan para petani yang semakin terpinggirkan.
"Sekarang mayoritas atau tujuh puluh persen petani di Jawa adalah petani gurem. Tidak punya tanah memadai hanya 0,3 hektar. Di luar Jawa juga kecil hanya 0,9 hektar. Bahkan kalau diteliti betul data dan statistik, kebanyakan orang desa itu tidak punya pekerjaan karena itulah terjadi kemiskinan di pedesaan. Sementara lahan saat ini dikuasai segelintir orang. Hampir tujuh puluh persen (lahan -red) dikuasai segelintir orang," ungkap Henry Saragih, Ketua Umum Serikat Tani Indonesia, kepada KBR68H.
Keadaan di Jawa juga merupakan cermin situasi yang sedang terjadi di berbagai pelosok Tanah Air. Situasi ini menuntut reformasi agraria yang berpihak pada petani.
"Berbagai
daerah di Indonesia juga ikut merayakan Hari Tani Indonesia hari ini,"
ujar Henry Saragih ditengah orasinya, seperti dilansir TribunNews.com.
Daerah-daerah di Indonesia juga ikut merayakan Hari Tani
Indonesia dalam berbagai bentuk. Ada yang melakukan aksi demonstari yakni, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, NTB dan NTT. Ada pula yang mengadakan pameran pertanian dan
budaya, diskusi dan seminar seperti di Aceh, Kota Padang dan Yogyakarta. (*)
0 komentar :
Posting Komentar