INGGRIS, London (9/21/2012).
Sukses pelaksanaan kegiatan
Paralimpiade, iven olahraga para penyandang cacat, mendorong lahirnya
pertanyaan tentang praktek aborsi di Inggris terhadap bayi-bayi dalam
kandungan yang akan menyandang cacat.
Peraturan di Inggris menyatakan bahwa
seorang bayi dalam kandungan berumur 40 minggu dapat dimatikan jika
diketahui anak itu akan menyandang cacat.
Dalam sebuah surat kepada The Daily
Telegraph, para aktivis pembela hak hidup mengungkapkan bahwa
mengakhiri kehamilan karena anak akan menyandang cacat adalah sebuah
bentuk “eugenika.”
Yang dimaksud dengan eugenika itu
sendiri adalah keyakinan bahwa kualitas hidup masyarakat akan
meningkat dengan memberantas kelainan pada tampungan genetik.
Di dikatakan dalam surat itu bahwa
“pembunuhan bayi eugenik adalah obat yang buruk.”
“Membunuh orang yang menyandang
cacat, daripada berusaha untuk mendukung dan mempedulikan mereka,
adalah bertentangan dengan prinsip-prinsip luhur dalam ilmu
kedokteran.”
Para aktivis ini menyebutkan bahwa
Paralimpiade merupakan contoh di depan mata yang menunjukkan sebuah
ketidaksesuaian dengan peraturan hukum yang ada di Inggris saat ini.
Pada zaman awal Kekristenan, penduduk Romawi mempunyai kebiasaan menelantarkan bayi yang tidak diinginkan, terutama bayi perempuan. Orang Kristenlah yang mengambil dan membesarkan mereka. Penghargaan akan nilai kehidupan ini menjadi salah satu ciri tradisi Kristen sampai saat ini. (The
Christian Institute/MP)
0 komentar :
Posting Komentar