Salah satu sudut kota Damaskus (foto: Republika) |
Para pengungsi di wilayah konflik Suriah datang setiap hari ke gereja Bait Tabbaleh untuk mendapatkan bantuan. Gereja ini didedikasikan untuk mengingat pertobatan Rasul Paulus di Damaskus ketika mengejar-ngejar orang Kristen.
Pengelola gereja ini, yakni para rahib ordo Fransiskan dari Custody of the Holy dan para suster misionari Hati Maria Tak Bernoda, telah menyambut delapan keluarga untuk menetap di situ dan memberikan perawatan bagi 45 keluarga, baik orang Kristen maupun Muslim.
Keluarga-keluarga ini mengungsi dari Damaskus. Mereka adalah korban sipil bentrokan antara tentara Suriah dan kelompok oposisi bersenjata yang dalam beberapa hari ini telah membakar kota Damaskus.
"Kami berjalan dalam pengharapan dan mencoba untuk menghibur semua orang yang berada dalam saat-saat tragis ini," ungkap Fr. Romualdo Fernandez OFM, pemimpin gereja. Dia bercakap-cakap dengan banyak orang yang datang setiap hari untuk berdoa di gereja. Seringkali sebuah lingkaran yang yang terdiri atas umat Kristen dan Muslim terbentuk secara spontan dan mereka berdoa bersama untuk perdamaian dan meminta perlindungan Allah dan dari Bunda Maria.
Suster Suo Yola, salah satu yang membantu para pengungsi setiap hari, mengatakan pada Fides: "Kami mengupayakan yang terbaik untuk membantu keluarga-keluarga pengungsi. Orang-orang menangis dan mengharapkan keadaan yang lebih baik. Biaya hidup sangat tinggi, tak ada obat-obatan, penderitaan sebagai dampak embargo semuanya dirasakan oleh penduduk sipil dan yang termiskin. Kami berharap dan berdoa bahwa penderitaan ini akan segera berakhir.”
"Kami tidak punya rasa percaya pada yang disebut 'revolusioner' ini. Siapa revolusioner yang menyakiti masyarakat? Mereka telah rusak semua, baik Kristen atau Muslim, banyak keluarga yang telah kehilangan segalanya. ”
"Tindakan-tindakan dengan menggunakan senjata dan penderitaan ini tidak ada hubungannya dengan agama. Kami telah hidup berdampingan dengan umat Muslim dan akan terus demikian. Pemerintah Suriah yang selama ini adalah sekuler [tidak menganut satu agama negara, red], telah memberikan keamanan dan stabilitas di Suriah. Sekarang yang kami miliki hanyalah kekacauan, ketidak-amanan, dan penderitaan. Apa yang akan terjadi besok? Tetapi sebagai orang Kristen, kami tahu bahwa Allah melindungi kami dan pengharapan kami akan tetap hidup. Dan sebagai orang Kristen, kami tahu pasti: kami tidak akan pernah meninggalkan Suriah." (ICN)
0 komentar :
Posting Komentar