Uskup Agung Philip Tartaglia (foto: spuc-director.blogspot.com) |
Dampak dari ideologi modernisme yang sejak era Pencerahan mulai mengambil alih Eropa Barat yang secara historis adalah Kristen mulai terasa di mana-mana. Masalah definisi pernikahan hanyalah merupakan salah satu dari banyak hal yang sedang berubah dengan begitu cepat, namun jika selama ini aliran-aliran gereja terkesan mengikuti arus saja, sekarang mereka mulai menentukan sikap.
Pada hari penunjukannya diumumkan, Uskup Agung Philip Tartaglia, yang telah lama dan sangat vokal menentang agenda politik para homoseksualis, mengatakan kepada wartawan bahwa ia percaya ia bisa berakhir di penjara karena pandangan-pandangannya.
"Saya dapat melihat kemungkinan diri saya masuk penjara dalam kurun waktu 15 tahun ini – jika Allah menghindarkan saya – untuk mengungkapkan pendapat saya dengan tegas," ungkap uskup berumur 61 tahun ini kepada STV News pada hari Selasa lalu.
"Saya sangat prihatin bahwa sekarang ini membela pemahaman perkawinan sesuai tradisi yang ada dianggap hampir sama dengan 'ungkapan kebencian' dan dicap intoleran. Tanggapan seperti itu tidak demokratis, menutup adanya argumentasi dan sangat manipulatif," ungkapnya seperti dikutip Catholik News Agency.
Dalam sebuah pidato yang diberikan di sebuah simposium di Universitas Oxford April lalu, Uskup Tartaglia yang pada waktu itu masih memangku jabatan sebagai Uskup Paisley memperkirakan bahwa keinginan pemerintah untuk memaksakan "pernikahan sesama jenis" adalah hampir-pasti berarti penganiayaan terhadap kelompok keagamaan yang tidak menganut paham liberal. Orang-orang Kristen yang menolak untuk "bertekuk supaya dapat mengikuti agama negara," tidak akan lagi mendapat toleransi, katanya.
Ia bertanya, "Akankah masyarakat dapat menyediakan nafas dan ruang untuk Gereja Katolik dan badan-badan bersifat keagamaan lainnya untuk bisa menjadi diri mereka sendiri dan mengekspresikan diri di tengah publik, atau akankah gereja saya dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan bentuk keagamaan yang diterima publik, yaitu semacam gereja patriotik?"
"Atau lebih buruk lagi, akankah kami dipinggirkan dalam masyarakat, dan mungkin dilarang mempraktekkan hak legal kami untuk melaksanakan misi kami dan menyatakan iman kami di depan umum?" tanyanya.
Menjawab sebuah pertanyaan dari hadirin mengenai risiko kesehatan dan bahaya dari gaya hidup homoseksual. Ia mengatakan, "Jika apa yang saya dengar mengenai kaitan antara hubungan fisik dan kesehatan mental laki-laki gay... maka masyarakat sedang mendiamkan hal ini." Dalam ungkapan keprihatinan atas "diamnya" masyarakat terhadap isu hubungan sejenis, Uskup Tartaglia mendapat kecaman dari homoseksualis karena menyebut sebuah contoh di tengah-tengah masyarakat Skotlandia.
Catholic News Agency melaporkan, Aidan O'Neill, seorang pengacara di Skotlandia, telah turut menyuarakan peringatan bahwa legislasi "perkawinan” sejenis, yang untuknya Pemerintah Skotlandia telah membuka sebuah "konsultasi," akan secara radikal merusak kebebasan beragama. O'Neill mengatakan bahwa mengubah definisi perkawinan akan menimbulkan ancaman berupa perkara hukum perdata dan kehilangan pekerjaan bagi siapa saja, termasuk para pelayan gereja (pendeta) dan imam, yang menolak untuk berpartisipasi dalam upacara "pernikahan" seperti itu. Parlemen Skotlandia baru-baru ini menolak untuk mempertimbangkan dilakukannya sebuah referendum publik mengenai topik ini.
Sementara itu, di Spanyol, sebuah pengadilan telah menolak gugatan yang dilayangkan oleh organisasi homosexualis dan politisi sayap kiri terhadap Juan Antonio Reig Plá, Uskup Alcala de Henares, karena kritikannya terhadap gaya hidup homoseksual dalam khotbahnya pada Jumat Agung tahun ini.
Uskup Reig Plá mengatakan kepada sejumlah besar hadirin di Kongres Keluarga Sedunia pada Mei lalu bahwa "ideologi gender," dan "teori queer" (teori homoseks) merusak "hakikat seorang manusia" dan ditujukan untuk menghancurkan keluarga. Ia juga mengkritik feminisme radikal, moral relativisme, dan reproduksi buatan, serta menegaskan bahwa sakramen pernikahan adalah "satu institusi yang diadakan oleh Sang Pencipta."
Penunjukkan Uskup Tartaglia disambut hangat oleh organsiasi SPUC yang membaktikan diri untuk melindungi anak-anak yang belum dilahirkan. Dalam pernyataan mereka dikatakan bahwa Uskup Tartaglia "telah dengan terang-terangan membela kesakralan hidup manusia, serta martabat keluarga yang didasarkan atas perkawinan antara seorang pria dan seorang wanita."
Dalam tanggapannya sesudah penunjukkannya Uskup Tartaglia mengatakan, “Saya sedikit terkejut dengan reaksi publik terhadap posisi kami, karena agama sudah dianggap mati. Tapi kelompok-kelompok Kristen lainnya mengatakan hal-hal yang baik dan penting, dan mereka juga harus didengar.”
“Misi utama gereja akan terus maju, lepas dari situasi yang ada. 'Perkawinan' sejenis adalah salah satunya. Hal ini akan menunjukkan bagaimana hubungan antara Gereja Katolik dan pemerintah Skotlandia ke depan, tapi kita bisa berurusan dengan itu,” ungkapnya. (LifeSiteNews)
0 komentar :
Posting Komentar