(foto: newspaperafrica.com) |
LIBERIA, Monrovia (12 November 2012)
Sebuah “kerumunan besar” (mammoth
crowd) mewakili pemeluk agama Kristen dan Islam, serta organisasi
kemasyarakatan lainnya pada hari Sabtu (10/11) menandai sebuah upaya
inter-faith dalam rangka menentang agenda homoseksualisasi di
Liberia, Afrika Barat.1
Perdebatan
mengenai praktek hubungan sejenis atau advokasi untuk melegalkan
pernikahan sesama jenis dalam dua tahun terakhir telah meningkat di
Liberia, melibatkan warga biasa, para pemimpin dari komunitas
Kristen dan Muslim, termasuk para pejabat eksekutif dan legislatif.
Presiden Liberia,
Ellen Johnson Sirleaf, secara tegas mengatakan dalam sebuah wawancara
dengan The Guardian di awal tahun ini bahwa Liberia menolak legalisasi hubungan sesama
jenis. “Kami menyukai diri kami apa adanya,”
ungkapnya waktu itu. “Kami memiliki nilai-nilai tertentu sesuai
dengan tradisi kami yang ingin kami lestarikan.”2
Menyusul tekanan
Amerika Serikat dan Inggris terhadap negara-negara Afrika
untuk menerima 'hak-hak' pelaku hubungan sejenis, suara vokal
pemenang Nobel perdamaian atas perannya membela hak-hak perempuan ini
dianggap melemah. Sekalipun, kebijakannya adalah bahwa ia takkan
merubah hukum yang ada saat ini yang melarang praktek homoseks tapi
juga tidak akan menerima RUU yang akan memperketatnya.3
Republik Liberia
adalah negara yang dibentuk pada tahun 1847 oleh orang Afrika yang
diperbudak di Amerika yang kemudian membentuk koloni di pantai barat
Afrika.
Aktivis
homoseksualisme
Aktivis
homoseksualisme Liberia, Archie Ponpon,
mengungkapkan Sabtu lalu bahwa masyarakat Liberia harus dibiarkan
untuk melakukan apa yang mereka mau. “Adalah hak mereka melakukan
apa yang sedang mereka lakukan,” ungkapnya pada AP merujuk pada
gabungan masyarakat Islam dan Kristen itu. Namun menurutnya mereka salah “melakukan serangan verbal terhadap saya dan
mencoba mematikan upaya advokasi saya.”
Dalam pembicaraan
lewat telpon Archie mengatakan bahwa ia ingin “meliberalisasi
pemikiran masyarakat [Liberia] tentang hak orang lain untuk melakukan
apa yang ingin mereka lakukan.”4
Reaksi konfrontal terhadap upaya legalisasi praktek yang tabu dan oleh masyarakat Afrika di sebut "un-Africa" (bukan Afrika) ini telah membuat rumah Archie (yang
adalah milik ibunya) menjadi sasaran pembakaran dan penghancuran
sekelompok orang setelah ia mengumumkan pembentukan kelompok
advokasi hubungan sesama jenis.
Prospek kampanye
inter-faith
Pdt
Rudolph Marsh,
mewakili Dewan Gereja-Gereja Liberia (Liberia
Council of Churches), mengecam para
pendukung hubungan sesama jenis atas anggapan dipengaruhi oleh
kekuatan asing.
"Ada hal-hal yang baik di Amerika yang dapat kita tiru," katanya. “Kita tidak harus meniru yang buruk; mari kita tinggalkan yang buruk itu dengan orang Amerika."
Pendeta Marsh mendesak pemeluk Kristen dan Muslim Liberia untuk tetap bersatu "dan berdiri bersama-sama dan mengatakan kepada dunia bahwa Liberia adalah tempat orang-orang beradab dan tidak akan mengizinkan pernikahan sejenis."
Seorang juru bicara dari umat Islam, Sheikh Omaru Kamara, memuji para pemeluk Kristen dan Islam untuk "kesatuan tujuan dalam kampanye melawan homoseksualitas."
Pemimpin dari Citizens' Movement Campaign (gerakan kampanye warga negara), Jim Tornonlah, mengatakan kepada wartawan pada Sabtu lalu bahwa mereka telah mengumpulkan lebih dari 25.000 tanda tangan.
"Ada hal-hal yang baik di Amerika yang dapat kita tiru," katanya. “Kita tidak harus meniru yang buruk; mari kita tinggalkan yang buruk itu dengan orang Amerika."
Pendeta Marsh mendesak pemeluk Kristen dan Muslim Liberia untuk tetap bersatu "dan berdiri bersama-sama dan mengatakan kepada dunia bahwa Liberia adalah tempat orang-orang beradab dan tidak akan mengizinkan pernikahan sejenis."
Seorang juru bicara dari umat Islam, Sheikh Omaru Kamara, memuji para pemeluk Kristen dan Islam untuk "kesatuan tujuan dalam kampanye melawan homoseksualitas."
Pemimpin dari Citizens' Movement Campaign (gerakan kampanye warga negara), Jim Tornonlah, mengatakan kepada wartawan pada Sabtu lalu bahwa mereka telah mengumpulkan lebih dari 25.000 tanda tangan.
Tujuannya adalah mencapati satu juta tanda tangan, supaya dapat diajukan kepada pemerintah, dan mereka
dapat memfokuskan diri pada masalah “mentega dan roti” (makanan).
Resolusi satu juta
tanda tangan sedang dipersiapkan di Liberia saat Gereja Anglikan
Nigeria telah siap untuk melepaskan diri dari Komuni Anglikan jika
Uskup Agung Canterbury yang baru mendukung pernikahan sesama jenis di
gereja.
Namun prospek
negara-negara Afrika tidak begitu
bagus secara ekonomi. (Bagaimana dengan Asia?)
Malawi
adalah salah satu negara Afrika yang dengan tegas menentang
pernikahan sejenis. Dengan batasan yang diterapkan oleh 'rekan
pembangunan' dari Eropa dan Amerika, terkesan Presiden Joyce Banda lebih
memilih menelan batu daripada melihat rakyat sengsara.
Aljazeera
melaporkan
Presiden Malawi
mengatakan bahwa hukum yang melarang praktek homoseks dapat
dibatalkan sebagai upaya untuk menyenangkan hati donor Barat.5
Entah bagaimana nasib
Liberia nanti...***
1
Liberia: Same Sex Marriage Debate - Can't Liberia Be Definitive?,
New Democrat (link);
Christian and Muslim Liberians Launch Campaign Against Homosexual
Marriage, Associated Press (link).
AP menggunakan istilah deskriptif “several hundreds”
(beberapa ratus) masyarakat Liberia yang tampil dalam aksi tersebut.
2
Nobel peace prize winner defends law criminalising homosexuality
in Liberia, The Guardian (link).
3
Nobel peace prize winner defends law criminalising homosexuality
in Liberia, The Guardian (link).
4
Christian and Muslim Liberians Launch Campaign Against Homosexual
Marriage, Associated Press (link).
5
Tertekan, Presiden Malawi bermaksud mencabut undang-undang yang
melarang praktek homoseks,
Aljazeera & MP (link).
0 komentar :
Posting Komentar