Kejadian 2:7 mengungkapkan cara Allah menciptakan manusia. Dari seluruh
makhluk hidup yang diciptakan-Nya, hanya makhluk ini yang menerima
hembusan (yippakh) nafas Allah. Tidak ada makhluk lain yang dihembus
atau yippakh. Ini luar biasa, sebab dalam hembusan ini manusia menerima
(nishmath khayyim), nafas hidup. Nafas hidup itu bukan sekedar nyawa
kepada manusia, sebab hewan yang tidak
dihembusi-Nya juga hidup sebagai makhluk yang bernyawa. Nafas hidup itu
merupakan roh yang memberikan martabat kepada manusia.
Manusia fisiknya dibentuk dari debu tanah. Tetapi intinya apa yang menggerakkan fisik manusia itu dihembuskan oleh Allah. Jadi bisa dikatakan bahwa manusia pertama itu dilahirkan oleh Allah.
Kita sering takut mengucapkan seperti ini, karena takut disangka mengaku sebagai Allah. Filsafat kebatinan mengatakan bahwa manusia itu adalah peletikan atau pijaran api Allah, dan hal ini ditentang habis-habisan oleh para teolog dulu. Tetapi melihat fakta Alkitab, kita sulit untuk membantahnya, karena memang roh yang ada di dalam manusia itu keluar dari dalam diri Allah.
Perhatikan, tidak pernah ditulis dalam Alkitab bahwa roh manusia diciptakan oleh Allah. Yang diciptakan dan dibentuk-Nya adalah tubuh manusia, tetapi roh manusia tidak diciptakan; Roh itu keluar dari dalam diri Allah.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa Adam dilahirkan oleh Allah sendiri, seperti seorang ibu yang melahirkan anak. Anak itu keluar dari diri sang ibu, tetapi setelah dilahirkan, ia menjadi sosok individu sendiri yang terpisah dari ibunya.
Sebetulnya di Perjanjian Baru pun tercatat pernyataan bahwa kita adalah keturunan Allah. Seperti yang diungkapkan dalam khotbah Paulus di Atena berikut ini:
Kisah Para Rasul 17:28-29
Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada,seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujangga mu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga. Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas, perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia.
Dan penulis surat kepada orang Ibrani juga menyatakan bahwa Tuhan Semesta Alam adalah Bapa segala roh.
Ibrani 12:9
Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?
Jadi sebutan anak untuk kita dan panggilan Bapa untuk Tuhan itu bukan basa-basi. Kalau kita diadopsi oleh seseorang dan kemudian kita memanggilnya "Ayah," itu sesungguhnya dikarenakan status saja, yang disahkan dengan dengan selembar kertas adopsi. Tetapi kalau kita memanggil Allah sebagai Bapa, itu bukan sekedar status, tetapi memang kenyataannya manusia dilahirkan oleh Allah.
Karena manusia adalah anak-anak Allah, maka manusia memiliki unsur-unsur yang ada pada sang pencipta. Oleh karena itulah, manusia dikatakan segambar dan serupa Allah. Kita memiliki gambar-Nya, Imago Dei.
Manusia fisiknya dibentuk dari debu tanah. Tetapi intinya apa yang menggerakkan fisik manusia itu dihembuskan oleh Allah. Jadi bisa dikatakan bahwa manusia pertama itu dilahirkan oleh Allah.
Kita sering takut mengucapkan seperti ini, karena takut disangka mengaku sebagai Allah. Filsafat kebatinan mengatakan bahwa manusia itu adalah peletikan atau pijaran api Allah, dan hal ini ditentang habis-habisan oleh para teolog dulu. Tetapi melihat fakta Alkitab, kita sulit untuk membantahnya, karena memang roh yang ada di dalam manusia itu keluar dari dalam diri Allah.
Perhatikan, tidak pernah ditulis dalam Alkitab bahwa roh manusia diciptakan oleh Allah. Yang diciptakan dan dibentuk-Nya adalah tubuh manusia, tetapi roh manusia tidak diciptakan; Roh itu keluar dari dalam diri Allah.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa Adam dilahirkan oleh Allah sendiri, seperti seorang ibu yang melahirkan anak. Anak itu keluar dari diri sang ibu, tetapi setelah dilahirkan, ia menjadi sosok individu sendiri yang terpisah dari ibunya.
Sebetulnya di Perjanjian Baru pun tercatat pernyataan bahwa kita adalah keturunan Allah. Seperti yang diungkapkan dalam khotbah Paulus di Atena berikut ini:
Kisah Para Rasul 17:28-29
Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada,seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujangga mu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga. Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas, perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia.
Dan penulis surat kepada orang Ibrani juga menyatakan bahwa Tuhan Semesta Alam adalah Bapa segala roh.
Ibrani 12:9
Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?
Jadi sebutan anak untuk kita dan panggilan Bapa untuk Tuhan itu bukan basa-basi. Kalau kita diadopsi oleh seseorang dan kemudian kita memanggilnya "Ayah," itu sesungguhnya dikarenakan status saja, yang disahkan dengan dengan selembar kertas adopsi. Tetapi kalau kita memanggil Allah sebagai Bapa, itu bukan sekedar status, tetapi memang kenyataannya manusia dilahirkan oleh Allah.
Karena manusia adalah anak-anak Allah, maka manusia memiliki unsur-unsur yang ada pada sang pencipta. Oleh karena itulah, manusia dikatakan segambar dan serupa Allah. Kita memiliki gambar-Nya, Imago Dei.
Seperti seorang anak memiliki DNA-nya
orang tuanya, demikian pula manusia semestinya mewarisi DNA-nya Tuhan.
Tapi kalau kita lihat manusia hari ini - atau kita lihat hidup kita
sendiri-sulit bagi kita untuk percaya kalau kita ini anak-anak Allah.
Tuhan Yesus Memberkati Saudara dan Saya ^_^
Tuhan Yesus Memberkati Saudara dan Saya ^_^
Yohana Setiani
Tentang Sharing FirTu.
0 komentar :
Posting Komentar