AMERIKA SERIKAT, Washington, D.C.
Hari Rabu (15/8) lalu Seorang pria yang hendak masuk ke kantor administrasi Family Research Council (FRC) di Washington D.C., AS, melepaskan tembakan pada Leo Johnson, diberitakan sebagai satuan pengaman (satpam) kantor tersebut, mengakibatkan lengannya ditembus timah panas. Namun penembak itu berhasil ditangkapnya, dan sekarang ini berada dalam tahanan kepolisian.
Hari Rabu (15/8) lalu Seorang pria yang hendak masuk ke kantor administrasi Family Research Council (FRC) di Washington D.C., AS, melepaskan tembakan pada Leo Johnson, diberitakan sebagai satuan pengaman (satpam) kantor tersebut, mengakibatkan lengannya ditembus timah panas. Namun penembak itu berhasil ditangkapnya, dan sekarang ini berada dalam tahanan kepolisian.
Kepala polisi
setempat menyebut Leo
Johnson sebagai seorang "pahlawan"
karena dapat menghentikan Floyd Lee
Corkins, II (28), yang membawa senjata
dan mencoba masuk ke kantor tersebut dengan berpura-pura sebagai
tenaga magang. Ketika Johnson berusaha menghalanginya memasuki pintu
gedung, Corkins menembaknya di lengan.
Menurut saluran berita Fox News
Leo Johnson, yang sebenarnya adalah salah satu staf FRC, berhasil
merebut pistol itu dari tersangka yang kemudian mengatakan “Jangan
tembak aku; ini bukan mengenai kamu, ini mengenai kantor ini dan apa
yang dilakukannya. (Don't shoot me; it was not about you, it was
what this place stands for.)
Dikatakan juga bahwa
pelaku penembakan mempunyai “masalah” dengan kebijakan FRC.
FRC
adalah sebuah organisasi nirlaba yang memperjuangkan
kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi institusi keluarga
dan kebebasan
beragama.
Gary
Bauer, yang pernah mencalonkan diri
sebagai kandidat presiden AS serta pernah menjadi pemimpin FRC
menyampaikan
kesedihannya atas insiden ini.
"Masyarakat
beriman tidak boleh sampai diintimidasi
untuk mengambil sikap diam. Saya bangga
berdiri dengan Tony Perkins dan staf FRC. Kami bangga untuk terus
berjuang dalam perjuangan yang baik demi keluarga,
iman dan
kebebasan!"
“Kebencian”
Dengan informasi yang dibukakan oleh
penyelidik di Washington bahwa Corkins bekerja sebagai tenaga
sukarela di sebuah pusat kegiatan untuk kelompok sesama jenis dan
transeksual, maka berbagai organisasi yang mendukung platform ini
menyampaikan statement keprihatinan mereka atas insiden ini serta
“menolak dan mengutuk tindakan kekerasan itu.”
Direktur utama FRC,
Tony Perkins,
mengadakan
jumpa pers Kamis kemarin menyampaikan
penghargaannya atas keprihatinan organisasi-organisasi tersebut
sambil menghimbau untuk menghentikan retorika “kesembrunoan” yang
mencap FRC sebagai organisasi “kebencian” karena nilai-nilai yang
dijunjungnya, sehingga menghasilkan intimidasi seperti yang dilakukan
Corkins.
Wayne Besen
dari Truth Wins Out, salah satu organisasi homoseksualis yang
menyatakan keprihatinan itu, menyatakan lewat websitenya “[Kami]
tidak bisa.”
Dana Milbank dari
Washington Post menulis Kamis kemarin bahwa ia sendiri melihatnya
sebagai kekonyolan bahwa FRC dianggap pembenci. Sekalipun ia tidak
memiliki pandangan yang sama dengan FRC, ia setuju bahwa label
“kebencian” terhadap pembela pernikahan menurut tradisi “harus
diakhiri.” “Tidak ada yang memberi Corkins ijin untuk membunuh.
Namun pada saat yang sama, 'kebencian', sebuah kata yang keras,
telah dipakai terlalu bebas.”
0 komentar :
Posting Komentar