Protes menolak LG di Filipina (foto: google) |
MP -- Sebuah konferensi yang digelar Rabu (23/5) lalu untuk membicarakan tentang apa arti pernikahan hampir saja dibatalkan setelah untuk kedua kalinya pihak gedung tempat pelaksanaan membatalkan penggunaan fasilitas mereka.
Christian Concern (kepedulian Kristen) menyelenggarakan konferensi ini untuk menyikapi konsultasi yang sementara ditempuh oleh pemerintah Inggris saat ini untuk melegalkan 'pernikahan' sesama jenis.
Para pembicara yang diundang adalah Philip Blond, Cristina Odone, Professor Brenda Almond dan Brian S. Brown dari National Organisation for Marriage (organisasi nasional untuk pernikahan), Amerika. Tujuannya adalah untuk mendebatkan apakah pernikahan tradisional dapat dibela atau dipertahankan dengan meyakinkan.
Awalnya konferensi ini telah memesan gedung Law Society untuk tempat pelaksanaannya, tapi kemudian harus dipindahkan setelah pihak pengelolanya membatalkan penggunaan fasilitas mereka dengan alasan kegiatan itu tidak sesuai dengan kebijakan keberagaman yang dianutnya.
Penyelenggara kemudian memindahkannya ke conference center (pusat kegiatan) Queen Elizabeth II di Westminster. Namun, hari Selasa sore, sehari sebelum pelaksanaan konferensi - organisasi Christian Concern dihubungi oleh pihak conference center bahwa kegiatan ini dianggap tidak patut diadakan di fasilitas mereka karena tidak sesuai dengan nilai yang dianut oleh badan pemerintahan yang mengeolah gedung tersebut.
Upaya hukum semalaman untuk menolak keputusan tersebut gagal dan konferensi tersebut terpaksa harus dipindahkan ke tempat lain berhubung para delegasi sudah berdatangan.
Buru-buru mencari tempat lain, konferensi ini akhirnya dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal di Thistle Hotel.
Andrea Minichiello Williams, pemimipin Christian Concern mengatakan, “Adalah hal yang luar biasa bahwa pada saat pemerintah masih sementara berkonsultasi dengan masyarakat tentang definisi sah dari pernikahan, [pihak pengelolah dari] sebuah fasilitas milik pemerintah telah tiba-tiba memutuskan bahwa sebuah konferensi yang hendak meneliti permasalahan itu tidak bisa dilaksanakan.”
“Iklim ketakutan dan intimidasi sedang diciptakan untuk menekan diskusi yang pantas dan bebas mengenai masalah-masalah yang sangat penting ini. Hal ini harus menjadi keprihatinan bagi semua yang peduli dengan keberlangsungan demokrasi kita,” ujarnya.
Sementara itu, seperti yang diberitakan oleh beberapa media nasional, konser Lady Gaga (LG) yang dijadwalkan 3 Juni mendatang telah dibatalkan oleh pihak penyelenggara karena alasan keamanan.
Penolakan keras terutama datang dari ormas-ormas Islam dengan alasan bahwa konser LG merupakan pertunjukkan yang tidak patut, menghina dan menghujat agama dan racun bagi moralitas generasi muda.
“Lady Gaga adalah maskot budaya lepas dan di Indonesia kebebasan bukanlah tanpa batas,” ungkap Asrorun Niam dari Majelis Ulama Indonesia kepada sebuah agen berita Perancis. “Ada batasan menyangkut norma-norma, moral dan agama.”
“Kami menolak konser LG atas dasar sejumlah pertimbangan, termasuk penyebaran budaya lepas yang mendegradasi moralitas generasi muda,” ungkap Muhammad Rahmad Kurnia, ketua Hizbut Tahrir Indonesia dalam wawancara dengan Jakarta Globe.
Keengganan komunitas-komunitas Kristen untuk terlibat dalam boykot dan penolakan secara lebih tegas seperti yang nampak di Filipina dan Korea adalah karena komunitas-komunitas Kristen Indonesia merasa hampir senasib dengan LG, artis penghujat agama Kristen tersebut.
Media nasional maupun internasional terus menyoroti aksi kekerasan dan penutupan rumah ibadah yang menimpa gereja-gereja dan kelompok-kelompok agama minoritas lainnya.
Front Pembela Islam telah menjadi sasaran keberatan berkaitan dengan dibatalkannya penyelenggaraan konser yang banyak dilihat sebagai penyebar kemaksiatan itu, sekalipun penolakan tegas juga disuarakan oleh Menteri Agama, Suryadharma Ali.
Ketika di Indonesia, Filipina, dan Korea, komunitas-komunitas agama menolak konser LG yang dikatakan "terlalu homoseksual dan berbau porno," di Inggris sebuah konferensi hampir dibatalkan karena mendukung definisi Alkitab tentang pernikahan. (Christian Today | LifeSiteNews)
Updated 23/9/2013.
0 komentar :
Posting Komentar