Umat Kristen Koptik menangisi korban meninggal dalam peristiwa kerusuhan yang menyebabkan 12 orang (5 di antaranya Muslim) meninggal dan dua gereja dibakar di Kairo (5/8). Foto: Reuters |
Seperti dilaporkan The Associated Press, Senin (21/5), kasus ini bermula dari perselisihan seorang supir bus dengan penjaga keamanan rumah seorang konglomerat beragama Kristen Koptik. Sang supir ini tidak terima dengan adanya pembuatan polisi tidur di depan rumah konglomerat ini.
Berdasarkan keterangan sang sopir, saat ia mengatakan keberatannya itu ia justru dipukul oleh penjaga keamanan. Tidak terima dengan perlakuan tersebut, sepulang ke desanya pria itu mengeluh ke rekan-rekan tetangga dan ke sebuah kelompok garis keras.
Menerima informasi ini, mereka mendatangi daerah Kristen di mana rumah konglomerat itu berada. Masyarakat Koptik Kristen menilai mereka akan menyerang sehingga dari atas tembok melakukan penembakan, demikian menurut Ishak Ibrahim, seorang peneliti hak-hak asasi. Dua orang dari kelompok tersebut tewas dan dua lainnya luka-luka.
Selang beberapa hari kemudian masyarakat desa yang marah membakar rumah-rumah dan toko-toko yang dimiliki umat Kristen Koptik di sana.
Pemerintah transisi kemudian memerintahkan aparat berwajib menangkap para tersangka di kedua belah pihak.
Kedua belas orang Kristen Koptik tersebut dinyatakan bersalah oleh pengadilan atas tuduhan menyebabkan kerusuhan, memiliki senjata ilegal, dan terbunuhnya dua orang dari kelompok Muslim di propinsi Minya, 220 kilometer dari Kairo.
Ibrahim menilai adanya ketidak-adilan dalam kasus yang kembali menunjukkan dampak merugikan dari tindakan kekerasan itu.
Keputusan ini sudah tidak dapat diajukan banding, tetapi dewan militer Mesir memiliki kewenangan untuk meminta pengadilan ulang. (AP/jawaban.com)
0 komentar :
Posting Komentar