Sonya Lawalata (foto: Jawaban) |
Aku
adalah wanita kelahiran Palu 1954. Ayahku seorang tentara yang dinasnya
selalu berpindah-pindah tempat. Di usia aku yang ke-4, ayah dan ibuku
bercerai karena tidak harmonisnya hubungan mereka. Karena kasih saying Oma terhadap cucu-cucunya, ia membawa dan mengasuhku beserta adik-adikku ke Sangir Talaud, Manado.
Pernikahan yang tidak bahagia
Ketika
aku berumur 16 tahun, oma meninggal, sehinggga aku beserta adik-adik
tinggal dengan saudara lainnya di kampung itu. Merasa beranjak dewasa,
tahun 1979, aku mengambil keputusan untuk merantau ke Balikpapan seperti
teman-teman sebayaku saat itu. Setelah beberapa waktu bekerja di sana
aku pun mulai kenal dan dekat dengan seorang pria bernama Efendi.
Walaupun kami berbeda keyakinan, namun hubungan kami semakin dekat
sehingga kami berani mengambil keputusan untuk maju ke tahap yang lebih
serius. Keputusan tersebut terlaksana dan aku pun mengikuti keyakinan
suamiku. Tak pernah terbesit sedikitpun dibenakku bahwa rumah tangga ini
harus berakhir. Hubunganku dengan suami tidak pernah harmonis seperti
masa-masa pacaran. Tahun 1985, aku harus menghadapi kenyataan yang
sangat pahit ketika suamiku menyatakan untuk bercerai, bahkan ia menikah
dengan wanita lain.
Setahun
kemudian, aku nekad pergi ke Jakarta dengan keinginan kuat untuk
melupakan semua pengalaman pahit hidup ini dan memulai hidup yang baru.
Namun apa yang terjadi tenyata jauh diluar dugaanku. Bukannya hidup
yang lebih baik yang kudapatkan, sebaliknya, aku terpaksa mendekam dalam
penjara wanita selama 7 bulan. Hukuman yang harus jalani setelah
sebelumnya aku mabuk berat dan tanpa sadar telah membuat keributan di
sebuah restoran. Sungguh, benar-benar jauh dari perkiraanku.
Mencintai sesama jenis
Dalam
tahanan, ada seorang wanita yang memperhatikanku. Kedekatanku denganya
membuatku merasa nyaman. Pelan tapi pasti, tanpa disadari ternyata kami
mulai memiliki perasaan selayaknya rasa cinta terhadap lawan jenis. Hubungan ini terus berlanjut sampai masa tahananku selesai dan aku dibebaskan.
Bebas
dari tahanan ternyata tidak juga menjadi kesempatan baik buatku untuk
memulihkan hidupku dari jerat dosa. Saat itu aku tinggal dengan teman
lamaku yang tergabung dalam sebuah tim band wanita. Di sinilah hidupku
semakin tenggelam dalam kubangan lumpur dosa. Narkotika dan minuman
keras selalu menjadi santapanku hampir setiap harinya, bahkan aku sering
menyakiti diriku sendiri dengan mengiris-iris tangan dan perutku dengan
pisau. Semakin dalam lukanya, aku sepertinya merasakan kenikmatan yang
memuaskan hatiku. Tanpa disadari, pengalaman-pengalaman ini justru
mendorongku untuk segera mengakhiri hidup.
Perasaan mencintai
sesama jenis terus merasuki hidupku. Tahun 1993 aku berkenalan dengan
Marsa dan kami menjalin hubungan layaknya pasangan suami istri. Lima
tahun kemudian, aku meninggalkannya untuk merantau ke Batam. Akibat
rantai dosa yang semakin kuat menjerat hidupku, aku pun mendapatkan
pasangan baru, seorang wanita yang berusia 10 tahun lebih muda dariku.
Suatu
hari aku dan beberapa teman pergi ke Pub "Nagoya." Pengaruh minuman
keras membuatku lupa diri. Ternyata teman-temanku telah meninggalkanku
sendirian dengan tagihan yang besar yang tidak bisa kubayar. Malam itu 3
orang bodyguard yang berbadan besar dan kekar, menghajarku
tanpa ampun sampai babak-belur dan tidak sadarkan diri lagi di luar area
pub tadi. Keesokan harinya, sekitar pukul 5 pagi, aku terbangun dengan
rasa sakit yang menjalar disekujur tubuh. Bagian kepalaku retak dan
terus mengalirkan darah. Tiba-tiba aku teringat dengan Sari, teman
baikku sewaktu pertamaku berada di Batam. "Mungkin dia bisa membantuku...," pikirku. Saat itu aku teringat kepada Tuhan. Tuhan Yesus, kumohon tolonglah aku...," seruku dalam hati.
Aku adalah wanita sempurna di dalam Kristus
Akhirnya
aku dirawat di RS Harapan Bunda. Setelah menjalani perawatan intensif
selama 5 hari, kondisiku membaik dan aku diijinkan pulang. Setelah
keluar dari rumah sakit, Sari mengajakku ke Jakarta untuk bertemu dengan
ibu Linneke. Ia melayaniku dengan penuh ketulusan, tidak seperti
perhatian yang ditunjukkan temen-temanku sebelumnya yang akhirnya
menyeretku dalam jerat dosa lesbian. Melalui ibu Linneke, aku diperkenalkan kepada Kristus melalui seluruh perbuatannya yang mencerminkan kasih Kristus. Hubungan kami seperti keluarga yang penuh kasih
dan damai sejahtera. Bahkan, 3 keponakannya juga turut ambil bagian
membantuku dalam proses pemulihan iman dan kejiwaanku. Mereka tidak
pernah lelah mengajakku pergi ke gereja. Hingga aku pun mulai berani
berdoa, "Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau telah menyelamatkan hidupku. Terima kasih karena Engkau telah mengampuniku dari seluruh dosa-dosa yang pernah kubuat..."
Sejak
saat itu, aku menjadi sangat yakin bahwa Tuhan Yesus telah mematahkan
segala ikatan dosa yang akan membawaku kepada kebinasaan kekal.
Keberanian dan pemulihan iman yang terjadi dalam hidupku membuatku
semakin taat dan konsisten untuk berdoa, membaca firman Tuhan dan aku
terus mengikuti persekutuan-persekutuan ibadah yang benar-benar menjamah
hatiku dan menguatkan keyakinanku di dalam Kristus sehingga akhirknya
aku berserah total kepada Tuhan serta menyatakan kesediaan untuk
dibaptis. Maret 2003, ketika aku dibaptis, aku merasa ada suatu roh yang
keluar dari tubuhku. Saat itu aku menangis karena aku sangat yakin
bahwa aku sudah dibebaskan dari kutuk dosa lesbianku dan kasih Kristus yang luar biasa kini ada di dalam hidupku. "Aku telah menjadi wanita sempurna di dalam Yesus Kristus," ucapku.
Sekarang
aku adalah seorang hamba Tuhan yang melayani sebagai pendoa bagi
orang-orang yang terbaring lemah di rumah sakit. Tuhan selalu menyertai
setiap pelayananku. Mukjizat-mukjizatNya yang luar biasa terus terjadi
melalui pelayanan ini. Bonus yang mulia dari Tuhan ialah melalui
kehidupanku sekarang ini, Marsa akhirnya bertobat dan terlepas dari
jerat dosa lesbian. Ia menjadi wanita yang sempurna di dalam Tuhan Yesus Kristus, bahkan kini ia juga menjadi seorang pelayanan Tuhan. (Jawaban)
Yeremia 29:11
Sebab
Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai
kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan
bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang
penuh harapan.
0 komentar :
Posting Komentar