Sinode Godang HKBP Tahun 2010 lalu (foto: iwanvictorleonardo.wordpress.com) |
INDONESIA, Taput (Metro Siantar).
Sinode Godang HKBP resmi dibuka hari ini, Senin(10/9) di Auditorium Seminarium, Kecamatan Sipoholon, Taput. Sinode Godang yang merupakan salah satu perhelatan sakral untuk pemilihan Ephorus, Sekjend, Kepala Departemen dan Preases distrik kali ini, akan berlangsung selama seminggu, hingga Minggu (16/9).
Bertempat di Kantor Pusat HKBP, Pearaja, Kota Tarutung, Sabtu ( 8/9) dalam sebuah konfrensi pers yang dihadiri tiga dari lima calon ephorus HKBP yakni Sekjen HKBP Pendeta Ramlan Hutahaean, Kepala Departemen Marturia Pendeta Binsar Nainggolan dan Pendeta Nelson Siregar Kepala Departemen Diakonia, terlontar kekhawatiran akan terjadinya politik uang dan Nepotisme dari para peserta sinode maupun dari pengaruh kepentingan luar yang berbau politik.
“Sesuai dengan tri tugas gereja, kriteria ephorus harus seorang yang memberitakan firman Tuhan secara benar, menjalankan sakramen dengan benar dan disiplin gereja. Hal itu dicakup dalam tri tugas panggilan gereja. Yaitu menjalankan persekutuan (Koinonia) menjalankan kesaksian Yesus ke seluruh dunia (marturia), menjalankan pelayanan dan melayani sesama manusia (Diakonia). Inilah tri tugas gereja yang dijalankan oleh ephorus HKBP,” ujar Pendeta Binsar Nainggolan.
Dia menyerukan kepada peserta sinode atau sinodestan untuk menghempang segala dukungan eksternal. Baik yang berupa dukungan politik praktis, money politik dan unsur nepotisme. “Karena itu akan menodai kesakralan pemilihan ephorus,” tegasnya. Ia menjelaskan, bahwa ephorus ditugaskan oleh gereja untuk memelihara identitas gereja atau hakekat gereja sebagai tubuh Kristus yang melayani di dunia ini. “Makanya saya katakan HKBP sebagai gereja bukan organisasi. Untuk itu perlu dibedakan yang mana menjalankan roda organisasi dengan ilmu prinsip manajemen dengan menjalankan pelayanan gereja yang merupakan tubuh kristus,” ujarnya.
Perbedaannya lagi, lanjutnya, dalam pemilihan pemimpin sebuah organisasi, orientasinya adalah kekutan yang dimana siapa yang berkuasa itu yang memimpin. “Kekuasaan disitu bukan dalam arti yang negatif. Tetapi memang itulah dalam organisasi. Sedangkan HKBP dalam memilih pemimpin yang dalam hal ini ephorus orientasinya adalah pelayanan. Karena sesuai dengan Markus 10 ayat 45. Yesus datang ke dunia bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani. Seperti itu juga lagi ephorus yang harus melayani,” tambahnya.
Sementara itu, calon ephorus lainnya Pendeta Ramlan Hutahaean, yang juga merupakan ketua panitia Sinode Godang HKBP kali ini mengatakan, bahwa semua orang harus membedakan Pemilukada dan Sinode Godang. “Kriteria yang bagaimana (ephorus), ya kriteria yang bisa dipanggil Ompu (yang dituakan dan dihormati) itulah,” kata Ramlan sembari meminta kepada wartawan untuk mengartikan ucapannya.
Namun Ramlan balik menjelaskan lagi, bahwa kriteria Ephorus yang dibutuhkan adalah seseorang yang memang benar-benar bisa dipanggil Ompu. Dan Ompu yang tampil beda dan juga pemberani. Sedangkan Pendeta Nelson Siregar mengatakan, HKBP membutuhkan pemimpin yang menjalankan prinsip kristokrasi yang menerapkan kepemimpinan Kristus dan dalam setiap kegiatan pastoralnya, ephorus tidak membebani jemaatnya.
Dia menambahkan, bahwa pemimpin HKBP saat ini juga yang harus fokus kepada pelayanan generasi jemaat agar dapat menghadapi arus globalisasi atau menghadapi perkembangan jaman. “Jangan memilih ephorus hanya karena melihat dari penampilan semata. Ephorus harus mampu menyuarakan keberadaan gereja dan menyejahterakan jemaat dalam pelayanannya secara khusus,” ujarnya.
Baca seterusnya di sini.
0 komentar :
Posting Komentar