Ibadah
Kristen mempunyai bentuk-bentuk yang berbeda. Itu sebabnya, bagaimana
mempersiapkan sebuah ibadah tergantung dari bentuk ibadah yang ada.
Namun,
secara umum berdasarkan ciri-ciri sebuah acara kebaktian dapat
dikatakan ada sejumlah hal yang perlu menjadi perhatian, terutama
bagi penanggung jawab umum ibadah tersebut, atau mereka yang bertugas dalam pelayanan ibadah itu.
Mengenai
lagu atau nyanyian
Ibadah
Kristen sudah sangat melekat dengan lagu-lagu rohani atau kidung
pujian dan penyembahan.
Beberapa
jemaat bahkan telah memiliki buku kumpulan lagu yang dipakai dalam
ibadah turun-temurun.
Lagu
atau nyanyian mempunyai tempat yang sangat penting dalam sebuah
peribadatan Kristen. Karena itu, memilih lagu yang sesuai dengan
situasi dan keadaan yang melatarbelakangi sebuah ibadah adalah sebuah
hal yang penting.
Selain
itu, penting juga menempatkan lagu itu sesuai dengan bagian-bagian
dalam ibadah. Misalnya, pada bagian puji-pujian atau panggilan
beribadah, lagu yang tepat adalah yang memberi ekspresi pada
kedatangan kita semua untuk beribadah kepada Tuhan yang mahabesar dan
mahamulia.
Demikian
juga dalam bagian pengakuan dosa, pembacaan dan pemberitaan firman,
persembahan syukur (jika ada) sampai bagian penutup.
Alangkah
baiknya jika lagu-lagu yang dipilih juga dapat berkaitan dengan tema
ibadah atau judul khotbah yang hendak disampaikan. Itu sebabnya,
sebisa mungkin persiapan awal perlu dilakukan.
Alternatifnya
adalah memilih lagu-lagu yang bertemakan kehidupan Kristen secara
umum.
Dengan
lagu-lagu yang sesuai maka keseluruhan ibadah itu, mulai dari awal
hingga akhir, membentuk satu kesatuan yang kuat. Dan sepanjang ibadah
orang-orang bisa merasakan aliran ibadah sebagai satu kesatuan.
Mengenai
renungan Alkitab
Dalam
sebuah ibadah Kristen, jemaat berbicara kepada Tuhan lewat lagu
pujian dan doa. Sebagai balasannya, Tuhan kita imani berbicara kepada
kita lewat sebuah renungan berdasarkan firman Tuhan.
Tergantung
dari jemaat masing-masing, tanggung jawab pemberitaan firman itu
dapat diberikan kepada setiap orang yang mampu dan sesuai dalam
penilaian jemaat atau dikhususkan kepada orang-orang tertentu lewat
jabatan gerejawi.
Kita
semua dapat memanfaatkan renungan-renungan yang ada, baik yang
diterbitkan oleh lembaga Kristen atau gereja di mana kita berjemaat.
Kita juga dapat membaca Alkitab dan menulis sebuah renungan dari
situ. Dengan menggali pesan firman, kita dapat menerjemahkannya ke
dalam situasi yang dihadapi dalam jemaat atau persekutuan Kristen
yang beribadah.
Untuk
bagaimana mempersiapkan sebuah khotbah Kristen, lihat juga tulisan
“Bagaimana mempersiapkan sebuah khotbah Kristen?”
Pengutusan
dan berkat
Adakalanya
yang dipakai hanya istilah “berkat” atau juga “benediktum”
yang berarti sama. Ada pula yang sama sekali tidak memakai
istilah-istilah ini, dan cukup menutup dengan sebuah doa ucapan
syukur.
Apakah
dalam bentuk pengucapan berkat atau doa syukur, bagian penutup ini
mempunyai tempat yang penting, karena itu berfungsi sebagai transisi
antara ibadah persekutuan dan ibadah kehidupan, yaitu ketika hendak
kembali ke rumah tempat tinggal, tempat pekerjaan, pergaulan,
persekolahan, dsb. untuk mengejah-wantahkan kebenaran-kebenaran
firman Tuhan.
Itu
sebabnya, berkat atau doa ucapan syukur selalu mengandung permohonan
akan kehadiran Tuhan untuk menyertai kita dengan pemahaman bahwa Ia
akan memampukan kita melakukan apa yang telah kita peroleh dalam
perbincangan kita dengan Tuhan lewat ibadah itu.
Bagian
penutup ibadah ini dapat pula diisi dengan pesan penguatan yang
singkat sesuai tema ibadah atau mengulangi kesimpulan dari renungan
dalam persekutuan itu sehingga mendorong jemaat untuk mempraktekannya
dengan pertolongan Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus.
Membuat
catatan penolong
Catatan
penolong dapat membantu para pemimpin ibadah untuk menjaga ibadah itu
menjadi satu kesatuan yang utuh, terfokus, dan mengalir lancar.
Hindari
pemahaman bahwa menggunakan catatan berarti kurang bersandar pada
tuntunan Roh Kudus. Yang benar adalah Tuhan memberikan kepada
masing-masing orang talenta yang berbeda. Ada yang bisa membuat
catatan dalam ingatan, ada pula yang perlu mencatatnya di secarik
kertas atau buku.
Itu
sebabnya, jangan sungkan membuat catatan penolong jika memang
diperlukan. Catatan dapat berupa pokok-pokok pikiran yang penting,
kata-kata kunci, atau jika perlu kata-kata yang ingin kita sampaikan
dalam ibadah tersebut. Ini juga dapat mencegah kita berbicara terlalu
melebar, sehingga kehilangan fokus yang sebenarnya.
Catatan
yang dipersiapkan dapat menjadi tanda ibadah yang dipersiapkan,
sekalipun ibadah yang dipersiapkan tidak harus selalu disertai dengan sebuah catatan.
Dalam
ibadah yang dilakukan secara rutin, jemaat sudah mengetahui jalannya
ibadah tersebut, dan seringkali pemimpin atau penanggung jawab ibadah
merasa tidak perlu lagi membuat catatan-catatan kecil menyangkut
pelaksanaan ibadah.
0 komentar :
Posting Komentar