Asap membumbung dari Gaza setelah serangan udara oleh Israel pada 14 November 2012 (foto: lpj.com) |
Seorang uskup dari
Patriarkat Latin Yerusalem meratapi kekerasan yang telah menjadi
"lingkaran setan" dalam aksi militer baru antara Israel dan
Jalur Gaza.
Uskup William Shomali, Vikaris Patriarkat Latin Yerusalem, mengatakan kepada Radio Vatikan (15/11) bahwa saat ini sulit untuk mengetahui siapa yang memulai kekerasan "masing-masing mengutuk yang lain."
"Yang benar adalah bahwa banyak korban yang sedang berjatuhah. Banyak orang tak berdosa menjadi korban," lanjutnya. Ia mengungkapkan bahwa banyak orang di kedua pihak menghadapi kelaparan dan para siswa tidak dapat pergi ke sekolah.
"Hidup menjadi tidak mungkin di daerah itu," katanya.
Dalam beberapa pekan terakhir, serangan roket ke Israel dari gerilyawan Palestina di Gaza menyebabkan serangan udara balasan dari militer Israel. Pada 14 November, Israel melancarkan serangan yang menewaskan kepala militer Hamas Ahmed Jabari dan menghancurkan sejumlah peluncur roket.
Militan Palestina membalas dengan menembak lebih dari 200 roket di wilayah Tel Aviv, menewaskan setidaknya tiga orang. Serangan mencapai jauh ke dalam wilayah kota dibandingkan dengan yang sebelumnya, demikian dikatakan Associated Press.
Sedikitnya 15 warga Palestina telah tewas dalam dua hari dan hampir 200 lainnya terluka.
Konflik ini adalah pertempuran terberat dalam empat tahun terakhir dan dapat mendorong Israel untuk melakukan invasi darat ke Gaza. Uskup Shomali mendesak umat Kristen untuk berdoa bagi mereka yang menderita dan untuk mengupayakan bantuan kemanusiaan bagi para korban.
"Orang-orang ini tidak hanya membutuhkan doa kita. Mereka membutuhkan bantuan kita," katanya.
Patriarkat Latin Yerusalem sendiri menyatakan "keprihatinan yang mendalam" atas meningkatnya ketegangan antara Palestina dan Israel.
"Kekerasan tidak akan menyelesaikan apapun dalam sebuah krisis," dan menganjurkan suatu "solusi internasional."
Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada tanggal 15 November itu Patriarkat Yerusalem menyatakan solidaritasnya dengan semua korban, dan bahwa mereka "menjadi fokus pikiran dan doa-doa."
Demikian juga agar mereka yang bertanggung jawab dalam konflik ini supaya "jangan menyerah pada kebencian." [*]
Uskup William Shomali, Vikaris Patriarkat Latin Yerusalem, mengatakan kepada Radio Vatikan (15/11) bahwa saat ini sulit untuk mengetahui siapa yang memulai kekerasan "masing-masing mengutuk yang lain."
"Yang benar adalah bahwa banyak korban yang sedang berjatuhah. Banyak orang tak berdosa menjadi korban," lanjutnya. Ia mengungkapkan bahwa banyak orang di kedua pihak menghadapi kelaparan dan para siswa tidak dapat pergi ke sekolah.
"Hidup menjadi tidak mungkin di daerah itu," katanya.
Dalam beberapa pekan terakhir, serangan roket ke Israel dari gerilyawan Palestina di Gaza menyebabkan serangan udara balasan dari militer Israel. Pada 14 November, Israel melancarkan serangan yang menewaskan kepala militer Hamas Ahmed Jabari dan menghancurkan sejumlah peluncur roket.
Militan Palestina membalas dengan menembak lebih dari 200 roket di wilayah Tel Aviv, menewaskan setidaknya tiga orang. Serangan mencapai jauh ke dalam wilayah kota dibandingkan dengan yang sebelumnya, demikian dikatakan Associated Press.
Sedikitnya 15 warga Palestina telah tewas dalam dua hari dan hampir 200 lainnya terluka.
Konflik ini adalah pertempuran terberat dalam empat tahun terakhir dan dapat mendorong Israel untuk melakukan invasi darat ke Gaza. Uskup Shomali mendesak umat Kristen untuk berdoa bagi mereka yang menderita dan untuk mengupayakan bantuan kemanusiaan bagi para korban.
"Orang-orang ini tidak hanya membutuhkan doa kita. Mereka membutuhkan bantuan kita," katanya.
Patriarkat Latin Yerusalem sendiri menyatakan "keprihatinan yang mendalam" atas meningkatnya ketegangan antara Palestina dan Israel.
"Kekerasan tidak akan menyelesaikan apapun dalam sebuah krisis," dan menganjurkan suatu "solusi internasional."
Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada tanggal 15 November itu Patriarkat Yerusalem menyatakan solidaritasnya dengan semua korban, dan bahwa mereka "menjadi fokus pikiran dan doa-doa."
Demikian juga agar mereka yang bertanggung jawab dalam konflik ini supaya "jangan menyerah pada kebencian." [*]
0 komentar :
Posting Komentar