Masyarakat Perancis memperjuangkan fondasi masyarakat dan hak-hak anak (foto: NOM). |
PERANCIS,
Paris (20 November 2012).
Jalanan di Paris
dipadati oleh sekitar 200.000 orang yang berdemonstrasi menentang
perubahan peraturan tentang pernikahan. Unjuk rasa pada hari Sabtu
(17/11) ini terjadi juga di berbagai tempat lainnya di Perancis.
Menurut laporan Reuters, di kota Lyon hampir 30.000 pendukung pernikahan menurut tradisi melakukan protes. Di pihak lain, kepolisian setempat melaporkan bahwa ada 40 kontra-demonstran yang ditangkap karena berusaha untuk mengganggu unjuk rasa itu.
Polisi di Toulouse melaporkan bahwa gas air mata digunakan untuk memecah sekelompok homoseksualis yang mencoba untuk mengganggu pertemuan dari sekitar lima ribu pendukung pernikahan sebagai antara satu orang laki-laki dan satu orang perempuan.
Menurut laporan Reuters, di kota Lyon hampir 30.000 pendukung pernikahan menurut tradisi melakukan protes. Di pihak lain, kepolisian setempat melaporkan bahwa ada 40 kontra-demonstran yang ditangkap karena berusaha untuk mengganggu unjuk rasa itu.
Polisi di Toulouse melaporkan bahwa gas air mata digunakan untuk memecah sekelompok homoseksualis yang mencoba untuk mengganggu pertemuan dari sekitar lima ribu pendukung pernikahan sebagai antara satu orang laki-laki dan satu orang perempuan.
Le Parisien
melaporkan bahwa antara 6.000 dan 8.000 orang berdemonstrasi di
Marseille, yang juga disambut oleh para homoseksualis yang
membentangkan spanduk yang bertuliskan "Model masyarakat kamu
sudah mati, selamat datang di Sodom dan Gomora" dan menghina
pada demonstran.
Demonstrasi pada
hari Sabtu itu didukung oleh para pemimpin dari masyarakat Katolik,
Muslim, Protestan dan Yahudi. Mereka menuntut administrasi
pemerintahan Presiden François Hollande
untuk mempertimbangkan dampak dari merubah "fondasi sebuah
masyarakat."
Demonstrasi
kedua
Sebuah demonstrasi
kedua dilakukan oleh organisasi Katolik Civitas di Paris pada hari
Minggu (18/11).
Gloria TV melaporkan bahwa sekitar 9.000 pendukung pernikahan menurut tradisi, termasuk banyak pendeta, berbaris dengan spanduk bertuliskan "Perancis membutuhkan anak-anak, bukan homoseksual," dan "Pernikahan = satu orang + satu perempuan."
Salah satu pemimpin Civitas, Alain Escada, mengatakan "Tujuan kami adalah mengobarkan perlawanan yang sungguh-sungguh untuk melindungi keluarga dan anak," kata Escada, yang kelompoknya mengklaim 1.200 anggota dan jaringan sekitar 100.000 pendukung.
Menurut laporan AFP demonstrasi damai hari Minggu itu dinodai oleh kedatangan anggota kelompok feminis radikal, Femen, dari Ukraina, yang mengenakan kerudung biarawati sambil bernyanyi lagu olokan. Mereka kemudian (maaf) bertelanjang dada, dan kemudian dibawa oleh polisi.
Gloria TV melaporkan bahwa sekitar 9.000 pendukung pernikahan menurut tradisi, termasuk banyak pendeta, berbaris dengan spanduk bertuliskan "Perancis membutuhkan anak-anak, bukan homoseksual," dan "Pernikahan = satu orang + satu perempuan."
Salah satu pemimpin Civitas, Alain Escada, mengatakan "Tujuan kami adalah mengobarkan perlawanan yang sungguh-sungguh untuk melindungi keluarga dan anak," kata Escada, yang kelompoknya mengklaim 1.200 anggota dan jaringan sekitar 100.000 pendukung.
Menurut laporan AFP demonstrasi damai hari Minggu itu dinodai oleh kedatangan anggota kelompok feminis radikal, Femen, dari Ukraina, yang mengenakan kerudung biarawati sambil bernyanyi lagu olokan. Mereka kemudian (maaf) bertelanjang dada, dan kemudian dibawa oleh polisi.
Janji kampanye
Presiden Hollande
'Pernikahan' sesama
jenis adalah salah satu janji kampanye Presiden Hollande. Ia
mengatakan administrasi pemerintahannya berencana untuk melegalkannya
pada pertengahan 2013. Dia juga berjanji akan memberikan hak adopsi
untuk pasangan sejenis laki-laki, dan bahwa pasangan sejenis
perempuan akan diberi akses untuk inseminasi buatan dan fertilisasi
in vitro.
Para Uskup Katolik
Perancis menjadi memimpin perlawanan terhadap RUU yang akan mengubah
definisi pernikahan menurut tradisi yang mendunia. Baru-baru ini
Uskup Agung Paris mengatakan bahwa 'pernikahan' sesama jenis akan
membahayakan keseimbangan masyarakat Perancis dan anak-anak. "Itu
tidak akan menjadi 'pernikahan untuk semua'," ungkap Kardinal
Andre Vingt-Trois, mengutip slogan
pemerintah, melainkan pernikahan untuk beberapa orang yang memberi
dampak pada semua.
Lindungi anak-anak
dan keluarga
"Ketika kita membela hak anak-anak untuk membangun kepribadian mereka dengan mengacu pada pria dan wanita yang memberi mereka kehidupan, kita tidak membela posisi tertentu," kata Uskup Agung Paris, "Kita memahami apa yang terlihat lewat praktek dan kebijaksanaan semua orang sejak awal mula dan yang dikonfirmasi oleh para spesialis modern saat ini."
Paus Benediktus XVI
sebelumnya telah meminta uskup Perancis pada kunjungannya di Vatikan
untuk menentang undang-undang yang diusulkan itu, dengan mengatakan,
"Suara Gereja harus diperdengarkan, tanpa henti dan dengan
tekad." (LSN)
0 komentar :
Posting Komentar