Jack Bulan (foto: abbalove) |
Sebuah firman Tuhan dalam Mazmur 75:6-8, “Jangan mengangkat tandukmu tinggi-tinggi, jangan berbicara dengan bertegang leher! Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain,” Firman ini sangat menghibur saya dan yang selalu menjadi kekuatan saya.
Nama saya Jack Bulan, saya lahir di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Dahulu saya bekerja sebagai cleaning service di Abbalove. Saat saya sedang menyapu lantai di Abbalove, tiba-tiba seorang teman saya mendekati saya dan berkata,” Jack, Tuhan berkata bahwa Ia akan mengirim engkau ke segala bangsa.” Saat itu saya marah sekali dan berpikir mana mungkin saya bisa, karena saya hanya seorang cleaning service. Setelah saya selesai menyapu, saya masuk ke menara doa di Abbalove untuk berdoa. Disitu saya mendengar suara Tuhan yang berbicara lagi kepada saya bahwa Tuhan akan membawa saya sampai ke ujung-ujung bumi. Saya sempat protes ke Tuhan dan pesimis dengan suara Tuhan ini. “Tuhan, saya kan cuma tukang sapu, masa Engkau mau membawa saya ke ujung bumi?”
Beberapa waktu kemudian, saya mengalami rotasi pekerjaan sehingga saya dipindahkan ke bagian security. Herannya, setelah saya menerima nubuatan tentang janji-janji Tuhan ini, timbullah ide-ide di dalam hati saya tentang bagaimana mengembangkan bakat saya di musik tradisional Timor, yakni Sasando. Kemudian saya memodifikasi model lama sasando yang saya punya, menjadi lebih modern. Di waktu-waktu senggang saya pun, saya gunakan untuk berlatih alat musik ini. Ketika ada tamu-tamu dari luar negeri yang berkunjung ke Abbalove, saya pun juga diminta untuk memainkan sasando untuk menyambut mereka. Lama kelamaan sasando sudah melekat di hati saya.
Suatu hari, ada seseorang menghubungi saya, beliau meminta saya untuk bermain sasando di sebuah acara. Sejak saat itu, saya yang masih tetap berstatus security, diundang ke mana-mana untuk bermain sasando. Tidak hanya itu, saya juga diundang untuk bermain sasando di istana presiden saat Megawati menjabat sebagai presiden. Kemudian saat Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Presiden, saya kembali diundang untuk bermain sasando di istana, saat acara peringatan HUT RI 17 Agustus, juga acara-acara penting yang diadakan oleh beberapa menteri.
Melihat kesempatan yang luar biasa ini, salah seorang pemimpin di Abbalove menyarankan untuk saya lebih berfokus untuk bermain sasando. Untuk itu saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari security di Abbalove untuk lebih berfokus kepada sasando. Awalnya saya takut, tapi Tuhan yang berjanji kepada saya untuk mulai bertindak menggenapi janji-janjiNya.
Kemudian, Tuhan membawa saya lebih jauh lagi untuk melihat rencana Tuhan terjadi dalam hidup saya. Karena saya sering bermain di acara penting kenegaraan, maka saya bergabung dengan tim promosi pariwisata dan kebudayaan Indonesia. Tugas dari tim ini adalah memperkenalkan pariwisata dan kebudayaan Indonesia ke negara-negara, waou…luar biasa….apa yang tidak pernah saya pikirkan, yang tidak pernah timbul dalam hati saya, itu yang Tuhan sediakan buat saya. Pada tahun 2008, pertama kali saya ikut dengan tim kebudayaan Indonesia untuk bermain sasando selama lima belas hari di Zaragoza, Spanyol. Lalu kami pergi ke Singapura, dan beberapa kota di Amerika.
Suatu kali ketika saya harus bermain sasando di markas besar PBB di New York, saya sangat terharu, bahwa saya seorang yang cuma putus sekolah di STM negeri di Kupang, akhirnya bisa sampai kesana. Untuk itu saya memilih lagu Amazing Grace dalam bermain sasando. Setelah saya memainkan sasando dengan lagu itu, ada seorang yang mendekati dan menyalami saya untuk berterima kasih. Kami juga mengunjungi Kanada dan Niagara Falls. Saat itu cuacanya sangat dingin dan seorang teman saya berkata kepada saya,”Jack, ini adalah ujung bumi.” Mendengar kata-katanya itu saya terhentak dan kaget. Saya teringat akan janji Tuhan kepada saya ketika saya sedang menyapu dahulu di Abbalove. Saya menangis dan meminta ampun kepada Tuhan karena dulu saya tidak percaya dan mempunyai hati yang pesimis akan janji Tuhan tersebut.
Pada tahun 2010, kami berkunjung ke Jepang untuk promosi pariwisata dan kebudayaan Indonesia. Kemudian pada akhir tahun 2010, kami mengunjungi Inggris. Di London, saya membawakan instrumen lagu-lagu Kristen. Ada kejadian lucu ketika saya bermain sambil membawakan lagu, “Yesus ada sobat kita”, saat itu, teman saya menyanyi “kulihat ibu pertiwi” dalam bahasa Indonesia, rupanya kedua lagu ini mempunyai nada yang mirip. Tetapi orang-orang Belanda yang menonton tetap menyanyikan Yesus ada sobat kita dalam bahasa Belanda.
Saya juga pergi bermain di China. Lalu, kami melanjutkan ke Paris, Perancis. Saya sempat pingsan di pesawat ketika kami pergi ke Equador, sebab perjalanan ke Equador membutuhkan waktu tiga hari, sehingga enam hari lamanya untuk perjalanan pulang pergi Jakarta-Equador-Jakarta. Saya bersyukur bisa kembali ke Indonesia dengan baik. Kemudian kami pergi ke Timor Leste untuk memperkenalkan budaya dan pariwisata kita di sana. Di Timor saya juga memainkan musik sasando dengan lagu-lagu Kristen.
Saya juga pergi bermain di China. Lalu, kami melanjutkan ke Paris, Perancis. Saya sempat pingsan di pesawat ketika kami pergi ke Equador, sebab perjalanan ke Equador membutuhkan waktu tiga hari, sehingga enam hari lamanya untuk perjalanan pulang pergi Jakarta-Equador-Jakarta. Saya bersyukur bisa kembali ke Indonesia dengan baik. Kemudian kami pergi ke Timor Leste untuk memperkenalkan budaya dan pariwisata kita di sana. Di Timor saya juga memainkan musik sasando dengan lagu-lagu Kristen.
Yang paling menghibur dan lucu adalah kami mengikuti pameran tourism terbesar Eropa yang diadakan di Serbia. Ketika saya memainkan sasando dan menyanyi “kuberbahagia yakin teguh, Yesus abadi kepunyaanku” atau yang dalam bahasa Inggris “Blessed Asurance”. Tiba-tiba ada seseorang dari Suriname yang datang dan berkata bahwa lagu itu adalah lagu yang paling populer di negara Suriname. Ia mengundang semua teman-temannya datang untuk mendengarkan lagu yang saya nyanyikan. Ada juga pengalaman indah yang sampai saya dibayarin untuk makan dan minum gratis di Korea. Pada saat saya sedang menyanyikan lagu-lagu Kristen tersebut, ada seorang wanita Korea yang datang dan menjelaskan kepada saya bahwa saya membawakan lagu-lagu karismatik yang terkenal di negaranya. Hampir semua lagu yang saya bawakan lewat instrumen sasando adalah instrumen tentang lagu-lagu Kristen. Orang Korea sampai heran, karena saya dari negara yang mayoritasnya muslim, tapi lagu-lagu yang saya bawakan merupakan lagu-lagu Kristen. Satu prinsip yang saya pegang adalah dimanapun saya berada, kemanapun Tuhan membawa saya, saya harus membawa terang dan garam untuk memberkati dan menghibur orang lain dengan kasih Kristus.
Ada dua kejadian yang membuat saya sadar bahwa tangan Tuhan tetap menuntun langkah hidup saya. Peristiwa pertama adalah saya diselamatkan oleh Tuhan saat saya berada di London. Saat saya baru tiba kembali ke Indonesia, ternyata terjadi kerusuhan dan pembakaran di hotel tempat saya menginap. Peristiwa kedua yang membuat saya sadar akan perlindungan Tuhan adalah saya harus bermain sasando secara penuh selama empat hari dalam acara pameran tourism international di Paris. Pada hari keenam, saya diminta untuk memperkenalkan musik sasando dari Nusa Tenggara Timur di kedutaan Indonesia. Saya menghibur para tamu dan undangan serta orang-orang Indonesia yang ada di Paris. Banyak orang yang hadir pada saat itu. Setelah selesai, kami baru kembali di Jakarta, saya mendapat kabar bahwa bom baru saja meledak di kedutaan Indonesia di Paris. Saya selamat karena sudah kembali ke Indonesia. Hal ini membuat saya bersyukur bahwa tangan Tuhan tetap menjaga saya di mana pun saya berada.
Ada dua kejadian yang membuat saya sadar bahwa tangan Tuhan tetap menuntun langkah hidup saya. Peristiwa pertama adalah saya diselamatkan oleh Tuhan saat saya berada di London. Saat saya baru tiba kembali ke Indonesia, ternyata terjadi kerusuhan dan pembakaran di hotel tempat saya menginap. Peristiwa kedua yang membuat saya sadar akan perlindungan Tuhan adalah saya harus bermain sasando secara penuh selama empat hari dalam acara pameran tourism international di Paris. Pada hari keenam, saya diminta untuk memperkenalkan musik sasando dari Nusa Tenggara Timur di kedutaan Indonesia. Saya menghibur para tamu dan undangan serta orang-orang Indonesia yang ada di Paris. Banyak orang yang hadir pada saat itu. Setelah selesai, kami baru kembali di Jakarta, saya mendapat kabar bahwa bom baru saja meledak di kedutaan Indonesia di Paris. Saya selamat karena sudah kembali ke Indonesia. Hal ini membuat saya bersyukur bahwa tangan Tuhan tetap menjaga saya di mana pun saya berada.
Melihat perjalanan hidup saya, saya melihat ada banyak proses yang harus saya lewati untuk menggenapi rencana Tuhan. Saya yang tidak memiliki apa-apa, tetapi saya dipakai Tuhan untuk memasyhurkan nama Dia di bangsa-bangsa melalui talenta yang Tuhan beri kepada saya. (ayub).
0 komentar :
Posting Komentar