Ketua Dewan Ulama Seluruh Pakistan, Hafiz Mohammad Tahir Mehmood Ashrafi (foto: AFP) |
Menurut sebuah laporan yang dimuat di British Pakistani Christian Association, imam Chishti telah dibebaskan dari tuduhan merekayasa kejahatan yang dituduhkan kepada Rimsha, setelah para saksi menarik kesaksian mereka dari pengadilan.
Hafiz Ashrafi, Ketua Dewan Ulama Pakistan, mengungkapkan kekecewaannya atas dihentikannya kasus itu.
Rimsha bersama keluarganya telah memperoleh asylum di Canada. Kedatangan keluarganya disambut hangat oleh publik. (Torontosun)
-------
PAKISTAN, Islamabad (MP) -- Rimsha Masih (14), remaja Kristen yang dituduh melakukan penghujatan agama karena membakar Al Quran, dibebaskan oleh pengadilan Pakistan dengan jaminan (7/9/12), demikian dilansir Kompas.com.
Hakim Muhammad Azam Khan memerintahkan
pembebasan Rimsha dengan uang jaminan sebesar
10.500 dollar AS atau lebih dari Rp 100 juta.
Rimsha ditahan pertengahan Agustus lalu setelah sejumlah
penduduk penuh amarah menuduh dia membakar sejumlah halaman kitab
suci Al Quran dan meminta gadis itu dihukum.
Tak hanya Rimsha yang menderita,
orangtuanya juga harus diungsikan ke tempat aman karena ancaman
pembunuhan. Selain itu, ratusan keluarga Kristen meninggalkan
kediaman mereka karena khawatir akan adanya aksi kekerasan.
Namun, kasus ini menjadi berbeda
setelah seorang ulama Pakistan ditahan. Sang ulama, Khalid Chishti, diduga sengaja
memasukkan halaman-halaman Al Quran yang sudah dibakar itu ke dalam
tas yang dibawa Rimsha.
Dalam pemberitaan Kompas.com
sebelumnya, seorang ulama Islam senior Pakistan menyatakan
dukungannya terhadap Rimsha yang disebutnya “putri bangsa.”
Dalam sebuah konferensi pers yang
berapi-api di sebuah hotel Islamabad pusat, dan diapit para ulama
senior lainnya, Hafiz Mohammad Tahir Mehmood Ashrafi mendesak semua
komponen negara Pakistan untuk bersama-sama menyelidiki keadaan di
sekitar penangkapan gadis yang diklaim mengalami down syndrome
itu.
Dukungan kuat dari ketua Dewan Ulama
Seluruh Pakistan, sebuah kelompok para ulama Islam, dilihat sebagai
titik balik yang luar biasa dari sejumlah peristiwa di negara itu di
mana orang-orang yang dituduh menghina Islam hampir tidak pernah
dibantu oleh para tokoh masyarakat yang berpengaruh.
Ashrafi juga mengecam Khalid Chishti, seorang imam dari lingkungan kumuh Mehrabadi, yang
akhir pekan lalu dituduh telah merusak barang bukti yang bisa
memastikan gadis itu bersalah atau tidak.
"Kepala kita tertunduk malu atas
apa yang dilakukan Chishti," katanya.
Ia kemudian mengatakan bahwa Chishti
hanyalah orang terdepan dari sejumlah individu lain yang "berada
di belakang layar" yang ingin memicu adanya konflik lokal
terhadap kaum minoritas Kristen di daerah itu. Orang-orang itu, kata
Ashrafi, ingin memaksa kaum minoritas Kristen melarikan diri. "Saya
sudah tahu selama tiga bulan terakhir bahwa beberapa orang di daerah
itu ingin komunitas Kristen pergi sehingga mereka bisa membangun
sebuah madrasah di sana," katanya.
Ia mengatakan, dirinya akan
mengungkapkan informasi lanjutan tentang orang-orang yang berada di
balik dugaan untuk membangun sebuah sekolah Islam pada
properti-properti yang ditinggalkan oleh orang-orang Kristen.
Kepada AsiaNews ayah Rimsha, Misrek Masih, mengungkapkan, "Saya sangat berbahagia dengan pembebasan anak perempuan saya." Ia mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya pada All Pakistan Minorities Alliance (APMA) yang tanpa lelah memperjuangkan keadilan bagi anaknya.
Tahir Naveed Chaudhry dari APMA mengungkapkan bahwa Chishti harus dihukum menurut undang-undang penghujatan agama sebagai contoh bagi mereka yang mau menyalahgunakan peraturan itu (Guardian).
Umat beragama perlu bersikap kritis terhadap kasus penghujatan agama yang diangkat dengan terlebih dahulu menghujat agama itu sendiri. +
Revisi 5/9/13: menggaris istilah "minoritas" karena mengaburkan status masyarakat ini sebagai warga negara yang mempunyai hak, kewajiban dan tanggung jawab yang sama di Pakistan.
0 komentar :
Posting Komentar