Prof Harvey Cox (foto: pbs.org) |
ITALIA, Roma -- Dalam sebuah acara peluncuran buku di
Roma, Itali, teolog Harvey Cox, seorang dosen pengajar di Harvard
University, Massachusetts (AS), mengungkapkan bahwa Cina akan menjadi
negara dengan penduduk Kristen terbesar dalam dua puluh tahun yang
akan datang.
“Dialog antar-iman adalah kenyataan
sehari-hari di Cina, [negara] yang akan memiliki populasi Kristen
terbesar di dunia dalam 20 tahun yang akan datang,” demikian ungkap
Prof Cox seperti dilansir CNA
(12/1) di Gregorian University milik Serikat Yesus.
Dalam laporan ini dikatakan bahwa Prof
Cox mempresentasikan sebuah buku berjudul “Catholic Engagement
with World Religions: A Comprehensive Study” [Peran-serta
Gereja Katolik dengan Agama-Agama Dunia: Sebuah Study Komprehensif],
dalam dialog bersama dengan para editor, termasuk Kardinal Karl
Joseph Becker, seorang teolog Jerman mewakili Kongregasi Doktrin Iman
Vatikan.
Menurut Prof Cox,
buku ini akan “memainkan peran yang sangat penting” dalam
menentukan “di mana kita berada di masa lalu, di mana kita
sekarang, dan ke mana kita sedang menuju.”
Identitas agama
untuk masuk ke dalam dialog yang lebih mendalam
Salah satu editor,
Ilaria Morali, yang duduk di Dewan Kepausan untuk Dialog Antar-agama
dan mengajar teologi di Harvard bidang dialog dengan Islam, memberi
catatan bahwa "titik awal dari buku ini adalah pengalaman yang
kita dapati dalam konteks yang berbeda."
"Saya sudah tujuh kali ke Turki di mana saya bertemu seorang seorang profesor Muslim dan kami membahas banyak topik mengenai agama kami," kata Prof Morali.
"Saya mengungkapkan kepadanya tentang perlunya bagi para pelajar muda untuk mempunyai suatu cara yang dapat membantu mereka memahami dan memperdalam pengetahuan teologi dan sikap teologi Katolik terhadap agama non-Kristen."
Menurut Prof Moreli, adalah hal yang fundamental bahwa orang menjaga identitas mereka.
"Kita harus mengakui bahwa kita memiliki cara yang berbeda memahami Yang Ilahi dan kita tidak bisa menghindari perbedaan, tapi saya percaya identitas kita seringkali merupakan instrumen yang diperlukan untuk masuk ke dalam dialog yang lebih mendalam," katanya.
Prof Morali mengungkapkan bahwa dialog antaragama penting karena "itu adalah cara yang unik saat ini yang bisa mengatasi beberapa ketegangan yang ada dan untuk saling mengenal satu dengan yang lain."
"Saya sudah tujuh kali ke Turki di mana saya bertemu seorang seorang profesor Muslim dan kami membahas banyak topik mengenai agama kami," kata Prof Morali.
"Saya mengungkapkan kepadanya tentang perlunya bagi para pelajar muda untuk mempunyai suatu cara yang dapat membantu mereka memahami dan memperdalam pengetahuan teologi dan sikap teologi Katolik terhadap agama non-Kristen."
Menurut Prof Moreli, adalah hal yang fundamental bahwa orang menjaga identitas mereka.
"Kita harus mengakui bahwa kita memiliki cara yang berbeda memahami Yang Ilahi dan kita tidak bisa menghindari perbedaan, tapi saya percaya identitas kita seringkali merupakan instrumen yang diperlukan untuk masuk ke dalam dialog yang lebih mendalam," katanya.
Prof Morali mengungkapkan bahwa dialog antaragama penting karena "itu adalah cara yang unik saat ini yang bisa mengatasi beberapa ketegangan yang ada dan untuk saling mengenal satu dengan yang lain."
Kembali ke teladan Kristus
Seorang partisipan
asal Meksiko, Pastor Fernando Velázquez, mengatakan kepada CNA bahwa
ia percaya dialog antaragama merupakan "salah satu isu paling
penting" yang dihadapi Gereja [Katolik] saat ini.
"Dialog membuka masa depan yang baik dan Gereja sedang menuju ke situ dengan sangat terbuka karena [Gereja] tidak takut," katanya. "Prof Cox telah menyegarkan pikiran kita dan kita harus kembali ke pesan utama Yesus Kristus dan apa yang Dia lakukan ketika Dia akan bertemu seseorang yang berbeda."
"Yesus selalu bertemu dengan orang-orang yang berbeda dengan-Nya," ungkap Fr. Velázquez, sambil menambahkan bahwa ketakutan dan kesalahpahaman yang sering muncul dari media, "yang hanya menggambarkan sebagian kecil dari agama lain dan, disayangkan bahwa orang tidak mencari informasi bagi diri mereka secara lebih baik."
"Solusinya adalah untuk bertemu dengan orang-orang dari agama lain dan membagikan iman Anda dari pengalaman pribadi," tegasnya.
"Dialog membuka masa depan yang baik dan Gereja sedang menuju ke situ dengan sangat terbuka karena [Gereja] tidak takut," katanya. "Prof Cox telah menyegarkan pikiran kita dan kita harus kembali ke pesan utama Yesus Kristus dan apa yang Dia lakukan ketika Dia akan bertemu seseorang yang berbeda."
"Yesus selalu bertemu dengan orang-orang yang berbeda dengan-Nya," ungkap Fr. Velázquez, sambil menambahkan bahwa ketakutan dan kesalahpahaman yang sering muncul dari media, "yang hanya menggambarkan sebagian kecil dari agama lain dan, disayangkan bahwa orang tidak mencari informasi bagi diri mereka secara lebih baik."
"Solusinya adalah untuk bertemu dengan orang-orang dari agama lain dan membagikan iman Anda dari pengalaman pribadi," tegasnya.
Peluncuran buku ini
pada 30 November lalu adalah bagian dari pertemuan dua hari di Gregorian University dalam
rangka memperingati ulang tahun ke-80 fakultas misiologi. (MP)
0 komentar :
Posting Komentar