California, USA (foto: Wikipedia) |
PPC adalah organisasi yang para anggotanya adalah mereka yang telah meninggalkan gaya hidup homoseksual, termasuk mereka yang masih dalam proses untuk meninggalkan gaya hidup tersebut.
RUU 1172 telah melalui Senat California pada 30 Mei lalu lewat voting dua partai yang hasilnya adalah 23-13. Sekarang RUU ini dijadwalkan untuk didengar pada Rapat Sidang 26 Juni mendatang.
Dalam RUU ini dicantumkan, “Tidak boleh dalam situasi apapun penyedia perawatan kesehatan mental melibatkan diri dalam upaya merubah orientasi seksual dari pasien umur 18 tahun ke bawah, sekalipun dengan persetujuan pasien, orangtua pasien, penjaganya, walinya, atau orang lain untuk menempuh upaya itu.”
“RUU 1172 sangat jelas merupakan diskriminasi. RUU itu membuka peluang bahkan mendorong terapi untuk menetapkan orientasi homoseksual bagi minor, tapi melarang terapi alternatif, yaitu menetapkan ketertarikan pada lawan jenis,” ungkap Rich Wyler, pendiri dan pemimpin PPC.
“RUU ini mengenyampingkan hak klien untuk menentukan nasib sendiri, dan menekankan pada seseorang bahwa jika ia mempertanyakan seksualitasnya, hanya identitas homoseks yang betul. Hal itu sama saja dengan memberikan konseling aborsi terhadap anak di bawah umur yang telah hamil tetapi melarang konseling yang menawarkan adopsi atau single parenting sebagai alternatif lain yang memungkinkan.”
Menurut Wyler RUU 1172 mengikuti kebohongan bahwa terapi untuk merubah orientasi seksual tidak pernah berhasil dan lebih sering membahayakan, dan mengabaikan setiap penelitian yang menunjukkan keuntungan dan kemanjuran dari terapi-terapi tersebut untuk banyak sekali orang.
Wyler mengungkapkan pengalamannya sendiri dalam menjalani terapi perubahan orientasi seksual.
“[Terapi itu] menyelamatkan hidup saya. Sebelum menjalani terapi saya di California Selatan di tahun 1990an, saya merasa ingin bunuh diri dan mengikuti jalan kehancuran karena ketertarikan pada sesama jenis yang bertentangan dengan identitas saya, iman saya dan tujuan hidup saya,” ungkapnya. “Mendapat terapi dari seorang yang percaya akan kemungkinan terjadinya perubahan dan yang mendukung saya dalam tujuan saya itu memulihkan hidup dan harga diri saya. [Terapi itu] menyelamatkan pernikahan dan keluarga saya. Sekarang saya tidak lagi tertarik pada sesama jenis.”
RUU ini diusulkan oleh Senator Ted Lieu yang menyebut usaha untuk merubah orientasi seksual “tidak benar” dan membahayakan. Dikutip di dalamnya laporan dari American Psychological Association tahun 2009 yang menganjurkan penyedia perawatan kesehatan mental untuk menghindari terapi reparatif karena dapat merupakan “critical health risk” (resiko kesehatan yang kritis) terhadap mereka yang mempunyai ketertarikan sesama jenis dan biseks.
National Association for Research and Therapy of Homosexuality (NARTH), sebuah organisasi yang mendukung terapi perubahan, melayangkan keberatannya atas RUU ini, atas dasar bahwa tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa terapi reparatif mengandung resiko yang lebih besar dibanding semua bentuk intervensi psikologi lainnya.
“American Psychological Association telah memahami bahwa tidak ada penelitian yang olehnya bisa diperkirakan secara akurat efektivitas dari intervensi perubahan orientasi seksual atau bahaya yang dapat ditimbulkannya,” ungkap Presiden NARTH, Dr. Christopher Rosik. “Dalam pandangan NARTH, tanggapan yang betul-betul bersifat ilmiah adalah mengundang suatu penelitian yang lebih banyak dan lebih baik untuk menjawab pertanyaan itu, bukan sebuah larangan legislatif yang secara kasar melindas penilaian profesional dan pilihan orangtua.”
Sementara itu, Exodus International, diklaim sebagai organisasi pelayanan terbesar di dunia yang membantu orang-orang dan keluarga-keluarga yang bergumul dengan masalah ketertarikan terhadap sesama jenis, menolak anggapan bahwa mereka adalah organisasi terapi reparatif. Dikatakan bahwa tujuan utama mereka bukan merubah orientasi seksual seseorang. Tanggapan ini adalah klarifikasi dari pemberitaan ABC News yang memberi kesan demikian.
“Sebagai sebuah organisasi, kami tidak melihat
terapi untuk merubah orientasi seksual seseorang sebagai tujuan utama,” demikian
diungkapkan dalam sebuah statemen.
“Tujuan pelayanan kami adalah memperlengkapi
Gereja untuk menjadi tempat utama di mana orang beriman mencari dukungan,
penghiburan dan pemuridan seiring mereka membuat keputusan untuk hidup menurut
prinsip-prinsip Kristen.”
Bagi mereka yang memilih untuk mencari
pertolongan lewat Exodus, organisasi ini membantu mereka untuk “menyerahkan
pergumulan seksual mereka pada Yesus Kristus sebagai Tuhan.”
“Kami percaya mengenai padangan yang berpusat
pada Injil, maksudnya bahwa semua orang, tanpa peduli akan pergumulan pribadi
masing-masing, dapat mengalami pembebasan dari kuasa dosa lewat hubungan dengan
Yesus Kristus setiap hari, komitmen terhadap firman Tuhan, dan dengan menjadi
bagian dari sebuah komunitas orang percaya yang bersemangat, terbuka, dan
relasional yang terdapat di gereja setempat.” (Charismanews/LSN/MP)
0 komentar :
Posting Komentar