Sebuah pergumulan luar biasa yang sering meminta tumbal manusia justru membawa Kartini mengenal
Kristus, dan satu jiwa manusia dilahirkan dengan selamat.
Malam
itu ketika Kartini hendak pergi ke luar kota, walau sebelumnya ia
tidak pernah berpergian jauh pada malam hari, karcis dari bus yang ia
tumpangi ternyata bukan untuk ke kota tujuan dimana ia seharusnya
turun. Disana ia berkenalan dengan seorang pemuda yang tidak begitu
ia responi sebenarnya.
“Ia
menawarkan satu minuman… Dia memberikan minuman itu dan tanpa
basa-basi saya meminumnya…”
Pada
waktu Kartini turun dari bus, ia merasa kepalanya sangat pening yang
tak tertahankan. Pemandangan kabur dan tidak stabil.
“Saya
memanggil becak yang lagi mangkal, dan minta antar saya ke terminal.
Tapi itu yang terakhir kali saya ingat. Saya naik ke becak. Saya
nggak tau pemuda itu ada dimana dan kenapa saya bisa jadi begini.
Saya benar-benar nggak berpikir”
Dalam
keadaan tak sadarkan diri, Kartini dibawa oleh pemuda tersebut ke
sebuah hotel. Dan di dalam kamar hotel inilah mahkota kesucian Kartini
direnggut. Sebuah persitiwa yang menghancurkan hidupnya.
“Saat
saya sadar akan keberadaan saya, saya sudah ada di sebuah kamar di
sebuah hotel. Dan pakaian saya yang semula licin, sudah jadi
berantakan. Terus saya lihat isi tas saya sudah keluar, dan saya
lihat dompet saya sudah ada di meja. Ada beberapa lembar uang ribuan
yang ditinggal sama pemuda ini.”
Dengan
tubuh yang merasa sakit, Kartini berjalan tertatih-tatih meninggalkan
hotel tersebut. Ia kehilangan fokus pada apa yang telah terjadi
karena ia ingat bahwa pagi itu ia hendak pergi wawancara kerja.
Beberapa
bulan kemudian, beberapa pertanyaan berkecamuk dalam diri Kartini
tentang apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Sampai akhirnya ia
bertemu dengan seorang kawan.
“Saya
punya sahabat kental dari kecil. Dia begitu mengenal pribadi saya,
dan mengenal pula perubahan apa yang terjadi dalam diri saya. Setelah
ia paksa terus, akhirnya saya berani ceritakan semuanya. Teman itulah
yang menganjurkannya untuk melakukan tes kehamilan.
“Saat
saya mengetahui keadaan saya positif hamil, itu saya baner-benar
nggak terima dengan keadaan saya. Kenapa semua harus terjadi? Kenapa
semua harus saya alami? Saya diwn selama satu bulan dan tidak mau
melsayakan segala sesuatu. Saya hanya bisa merenung dan menangis.
Kadang kalau saya sudah terlalu sedih, ibu saya kadang sering
mendapatkan saya seperti orang gila, tersenyum dan tertawa
sendirian.”
“Kalau
saya ingat masa itu, saya bingung sendiri. Mungkinkah itu saya? Masa’
saya seperti itu? Karena saat-saat itu adalah saat di mana saya
mengalami harus mengandung anakku. Rasanya saya nggak mau terima apa
yang ada didalam tubuh saya. Saya nggak mau nerima! Apa yang ada pada
anakku juga saya nggak mau terima, karena saya merasa ini bukan apa
yang saya kehendaki! Kenapa ini harus terjadi dalam kehidupan saya?”
Seorang
kawan membawa Kartini ke sebuah Panti Rehabilitasi, sebuah tempat
pemulihan untuk korban perkosaan. Di tempat inilah Kartini
diperkenalkan kepada Tuhan Yesus, pribadi yang mengasihinya dan yang
sanggup memulihkan hidupnya.
Meskipun
pada awalnya Kartini ingin menggugurkan kandungannya, namun ia
memutuskan untuk melahirkan bayi yang ada dikandungannya.
“Karena
nasihatnya itu begitu menguatkan saya, dia berkata bahwa anak yang
ada dalam kandunganku itu bukan milik dan hakku. Ia adalah hak-Nya
Tuhan yang memberi kehidupan. Anak itu ada dalam rahimku juga karena
Roh Tuhan.”
Di
panti ini, Kartini belajar untuk semakin mengenal pribadi Yesus. Kini
setelah melahirkan bayinya, hari-hari Kartini dilalui dengan menolong
orang-orang yang bernasib sama dengannya. Bahkan Tuhan juga
memberikan seorang pasangan hidup yang mau menerima dia apa adanya
dan tidak melihat masa lalunya.
“Saya
bisa melewati masa-masa pahit saya karena semua kasih yang mengalir
dalam hidup saya. Yesus itu segala-galanya buat saya. Dia kekasih
hati saya, sahabat saya, dan menjadi penolong dalam hidup saya.”
Karena
Yesus sanggup memulihkan hidup yang hancur.
Mazmur
126:4 “Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan
batang air kering di Tanah Negeb!”
Sumber: www.jawaban.com via Kisah Nyata dan Kesaksian Kristen
Judul asli: Saya lahirkan anak hasil perkosaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar