Senin, 14 Oktober 2013

Bagaimana mempersiapkan sebuah ibadah Kristen?

Ibadah Kristen mempunyai bentuk-bentuk yang berbeda. Itu sebabnya, bagaimana mempersiapkan sebuah ibadah tergantung dari bentuk ibadah yang ada.

Namun, secara umum berdasarkan ciri-ciri sebuah acara kebaktian dapat dikatakan ada sejumlah hal yang perlu menjadi perhatian, terutama bagi penanggung jawab umum ibadah tersebut, atau mereka yang bertugas dalam pelayanan ibadah itu.  

Mengenai lagu atau nyanyian
Ibadah Kristen sudah sangat melekat dengan lagu-lagu rohani atau kidung pujian dan penyembahan.

Beberapa jemaat bahkan telah memiliki buku kumpulan lagu yang dipakai dalam ibadah turun-temurun.

Lagu atau nyanyian mempunyai tempat yang sangat penting dalam sebuah peribadatan Kristen. Karena itu, memilih lagu yang sesuai dengan situasi dan keadaan yang melatarbelakangi sebuah ibadah adalah sebuah hal yang penting.

Selain itu, penting juga menempatkan lagu itu sesuai dengan bagian-bagian dalam ibadah. Misalnya, pada bagian puji-pujian atau panggilan beribadah, lagu yang tepat adalah yang memberi ekspresi pada kedatangan kita semua untuk beribadah kepada Tuhan yang mahabesar dan mahamulia.

Demikian juga dalam bagian pengakuan dosa, pembacaan dan pemberitaan firman, persembahan syukur (jika ada) sampai bagian penutup.

Alangkah baiknya jika lagu-lagu yang dipilih juga dapat berkaitan dengan tema ibadah atau judul khotbah yang hendak disampaikan. Itu sebabnya, sebisa mungkin persiapan awal perlu dilakukan.

Alternatifnya adalah memilih lagu-lagu yang bertemakan kehidupan Kristen secara umum.

Dengan lagu-lagu yang sesuai maka keseluruhan ibadah itu, mulai dari awal hingga akhir, membentuk satu kesatuan yang kuat. Dan sepanjang ibadah orang-orang bisa merasakan aliran ibadah sebagai satu kesatuan.


Mengenai renungan Alkitab

Dalam sebuah ibadah Kristen, jemaat berbicara kepada Tuhan lewat lagu pujian dan doa. Sebagai balasannya, Tuhan kita imani berbicara kepada kita lewat sebuah renungan berdasarkan firman Tuhan.

Tergantung dari jemaat masing-masing, tanggung jawab pemberitaan firman itu dapat diberikan kepada setiap orang yang mampu dan sesuai dalam penilaian jemaat atau dikhususkan kepada orang-orang tertentu lewat jabatan gerejawi.

Kita semua dapat memanfaatkan renungan-renungan yang ada, baik yang diterbitkan oleh lembaga Kristen atau gereja di mana kita berjemaat. Kita juga dapat membaca Alkitab dan menulis sebuah renungan dari situ. Dengan menggali pesan firman, kita dapat menerjemahkannya ke dalam situasi yang dihadapi dalam jemaat atau persekutuan Kristen yang beribadah.

Untuk bagaimana mempersiapkan sebuah khotbah Kristen, lihat juga tulisan “Bagaimana mempersiapkan sebuah khotbah Kristen?

Pengutusan dan berkat
Adakalanya yang dipakai hanya istilah “berkat” atau juga “benediktum” yang berarti sama. Ada pula yang sama sekali tidak memakai istilah-istilah ini, dan cukup menutup dengan sebuah doa ucapan syukur.

Apakah dalam bentuk pengucapan berkat atau doa syukur, bagian penutup ini mempunyai tempat yang penting, karena itu berfungsi sebagai transisi antara ibadah persekutuan dan ibadah kehidupan, yaitu ketika hendak kembali ke rumah tempat tinggal, tempat pekerjaan, pergaulan, persekolahan, dsb. untuk mengejah-wantahkan kebenaran-kebenaran firman Tuhan.

Itu sebabnya, berkat atau doa ucapan syukur selalu mengandung permohonan akan kehadiran Tuhan untuk menyertai kita dengan pemahaman bahwa Ia akan memampukan kita melakukan apa yang telah kita peroleh dalam perbincangan kita dengan Tuhan lewat ibadah itu.

Bagian penutup ibadah ini dapat pula diisi dengan pesan penguatan yang singkat sesuai tema ibadah atau mengulangi kesimpulan dari renungan dalam persekutuan itu sehingga mendorong jemaat untuk mempraktekannya dengan pertolongan Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus.


Membuat catatan penolong
Catatan penolong dapat membantu para pemimpin ibadah untuk menjaga ibadah itu menjadi satu kesatuan yang utuh, terfokus, dan mengalir lancar.

Hindari pemahaman bahwa menggunakan catatan berarti kurang bersandar pada tuntunan Roh Kudus. Yang benar adalah Tuhan memberikan kepada masing-masing orang talenta yang berbeda. Ada yang bisa membuat catatan dalam ingatan, ada pula yang perlu mencatatnya di secarik kertas atau buku.

Itu sebabnya, jangan sungkan membuat catatan penolong jika memang diperlukan. Catatan dapat berupa pokok-pokok pikiran yang penting, kata-kata kunci, atau jika perlu kata-kata yang ingin kita sampaikan dalam ibadah tersebut. Ini juga dapat mencegah kita berbicara terlalu melebar, sehingga kehilangan fokus yang sebenarnya.

Catatan yang dipersiapkan dapat menjadi tanda ibadah yang dipersiapkan, sekalipun ibadah yang dipersiapkan tidak harus selalu disertai dengan sebuah catatan.

Dalam ibadah yang dilakukan secara rutin, jemaat sudah mengetahui jalannya ibadah tersebut, dan seringkali pemimpin atau penanggung jawab ibadah merasa tidak perlu lagi membuat catatan-catatan kecil menyangkut pelaksanaan ibadah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar