Selasa, 03 September 2013

Manado CityFest 2013: Terjepit antara menolak, menjangkau atau melegitimasi gerakan homoseksualisme

Monumen Yesus Memberkati di Manado, Sulawesi Utara
(foto: kompitasulut.wordpress).
INDONESIA, Manado (MP) – Manado CityFest 2013 yang diselenggarakan 26-31 Agustus diharapkan memberi warna positif terhadap kota yang dikenal religius ini.

Kegiatan pelayanan ini melibatkan Palau Association dan gereja-gereja lokal, pengusaha dan pimpinan masyarakat setempat.

Rangkaian kegiatan termasuk aksi sosial, pertunjukan musik, demo ketangkasan skateboard dan sepeda BMX, termasuk ibadah KKR yang dipimpin oleh penginjil dari Amerika Serikat, Ps. Andrew Palau.


Keresahan

Yang menjadi kontroversi adalah berdirinya tenda pameran sebuah LSM pendukung gerakan homoseksualisme di kegiatan yang dilangsungkan di kawasan perbelanjaan Megamas Manado ini.

“Iya kami ambil bagian dan mendirikan stand di Manado CityFest, nanti kami akan menampilkan program, kegiatan, dan juga hasil karya komunitas kami,” terang seorang aktivis kepada Beritamanado.com.

Kelompok ini tidak hanya mencatut komunitas waria (transgender) yang sudah lama hidup di tengah masyarakat Manado, tapi juga hendak mewakili para pelaku praktek hubungan seks sejenis.

Kehadiran stand ini menimbulkan keresahan di tengah jemaat-jemaat dan masyarakat pada umumnya.

Ada kekuatiran bahwa ajang sosial rohani ini justru adalah ajang untuk melegalkan praktek menyimpang yang ditentang budaya dan agama ini.



Kasih Yesus mencari

Menanggapi keresahan itu, pihak panitia pelaksana dan Palau Association mengadakan sebuah konferensi press pada tanggal 28 Agustus.

Ps. Palau tak mengomentari masalah stand itu. Ia menjelaskan bahwa kehadirannya adalah untuk membawa kabar baik Yesus Kristus “bagi semua orang.” Ia mengutip Injil Yohanes 3:16 yang terkenal:

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Mengenai hal lainnya ia memberi kesempatan pada panitia lokal untuk menjelaskannya. 

Charles Lepar, SE, sekretaris Forum Pemuda Lintas Gereja (FPLG), mengutip Ps. Palau, mengatakan “Kasih Yesus itu mencari.”

Ia menunjuk pada perkembangan kota Manado yang begitu pesat, serta penyakit-penyakit sosial yang menyertainya.

Alasan panitia lokal melibatkan kelompok yang menyebut diri GWL (gay, waria, lesbian), dan kelompok-kelompok lainnya, seperti anak-anak pang, komunitas tato, dll, itu adalah untuk menjangkau mereka.

Menurut Sek. FPLG, ada harapan bahwa dari kegiatan ini mereka dapat mendengar kabar baik Injil, karena “Tuhan Yesus datang bukan cuma buat kami orang-orang gereja,” tetapi untuk mereka juga.


Tantangan pelayanan gereja-gereja

Niat yang baik dan tampak tulus ini masih meninggalkan pertanyaan tentang bagaimana masyarakat, pemerintah, teristimewa gereja-gereja, menyikapi isu gerakan homoseksualisme dan aspirasi sosial politiknya.

Pertanyaan mengenai pelegitimasian (penerimaan secara sah) gerakan homoseksualisme pantas mengemuka karena diakomodir di tengah kegiatan yang ditujukan untuk maksud mengadakan perubahan ke arah positif untuk kemajuan kota Manado.

Niat baik panitia lokal akhirnya nampak tidak menghargai nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, sekaligus telah mempromosikan praktek menyimpang yang ditentang agama dan budaya ini kepada anak-anak yang hadir dalam kegiatan tersebut.

Namun hadirnya stand GWL akhirnya memberi signal kepada gereja-gereja untuk mengambil peran aktif dalam pelayanan termasuk menjawab penyakit masyarakat yang muncul seiring dengan kemajuan kota.

Pada kegiatan-kegiatan lokal, regional, maupun internasional, perlu stand gereja-gereja untuk menciptakan kesadaran masyarakat tentang masalah-masalah sosial; menyediakan jawaban rohani terhadap berbagai pergumulan manusia, termasuk dengan ketertarikan sesama jenis.

Karena seperti yang diungkapkan oleh Sekretaris FPLG, mereka adalah pribadi-pribadi yang perlu dirangkul. Kristus datang untuk semua orang. (+)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar