Selasa, 03 September 2013

Pdt. Dr. Martin Luther King, Jr dan serangan drone

Majalah dinding di Ohio State University memperingati 50 tahun
pidato Pdt. Dr. Martin Luther King, Jr di Washington, DC (foto: MP). 
AMERIKA SERIKAT, Columbus (MP) – Rabu 28 Agustus lalu menandai 50 tahun pidato Pdt. Dr. Martin Luther King, Jr yang terkenal itu. 

"I Have a Dream" (aku mempunyai sebuah impian), demikian judul pidato yang menjiwai gerakan tanpa kekerasan melawan sistem pembedaan warna kulit di Amerika Serikat (AS). 

"Saya bermimpi bahwa keempat anak saya pada suatu hari akan hidup dalam sebuah bangsa yang tidak menilai mereka berdasarkan warna kulit mereka [bisa ditambahkan juga agama] namun dari isi karakter mereka," demikian sebagian isi dari pidato pelayan gereja Baptis yang dibunuh pada tahun 1968 itu.

Perjuangan Dr. King bersama para pejuang hak sipil lainnya, baik dari kalangan komunitas Afrika-Amerika maupun Kaukasian, akhirnya mengubah AS untuk selamanya. 

Namun, setelah pidato yang disampaikan di hadapan 250.000 orang di Lincoln Memorial, Washington DC, tahun 1963, negara berpenduduk ketiga terbesar di dunia ini masih terus bergumul dengan masalah kecurigaan rasial/etnik, tak hanya di dalam negeri namun juga di luar negeri. 




Isu yang memecah masyarakat AS baru-baru ini adalah dibebaskannya Zimmerman, seorang polisi yang menembak mati seorang remaja berlatar belakang Afrika-Amerika, Trayvon Martin. Zimmerman dituduh membunuh Trayvon semata-mata oleh kecurigaan karena ia berkulit hitam. 

Menariknya, penilaian demikian juga dilakukan oleh Administrasi pemerintahan Obama lewat 'program' pemberantasan terorisnya dengan menggunakan drone. 

(foto: MP)

Seperti yang diungkapkan di salah satu majalah dinding di Ohio State University, "para korban dianggap bersalah berdasarkan identitas mereka, dan bukan bukti." 

Tidak ada persidangan terhadap mereka yang dicurigai. Hukuman mati langsung dieksekusi oleh remote-control

Tak hanya racial/ethnic profiling, serangan drone juga sepertinya menerapkan young age-profiling.

The Bureau of Investigative Journalism (Biro Jurnalisme Investigatif) melaporkan bahwa sekurangnya 176 anak telah menjadi korban serangan drone AS di Pakistan.

Jadi mana yang lebih Anda takuti, teror bom atau teror drone?

Setengah abad setelah "I Have a Dream," kita masih bisa berharap bahwa ketidak-adilan ini akan segera berakhir. +


Revisi 5/9/13: melengkapi nama: Pdt. Dr. Martin Luther King, Jr.



Lihat: More Evidence That Drones Are Targeting Civilian Rescuers In Afghanistan
http://www.businessinsider.com/drone-double-tap-first-responders-2012-9#ixzz2dqgkcwO0



Tidak ada komentar:

Posting Komentar