Akibat kecelakaan saat bermain bola,
Tri Bagio yang saat itu masih kecil dinyatakan dokter harus
dioperasi. Namun, setelah dioperasi, matanya malah tidak bisa melihat
lagi.
"Ketika saya tidak melihat, serasa
dunia ini menjadi runtuh, tidak ada pengharapan lagi. Semuanya
totally musnah," ujar Tri.
Kebutaannya membuat Tri tidak merasa
nyaman, dia merasa sebagai kelompok yang terpinggirkan. Yang ada di
dalam pikirannya kemudian, dia tidak tahu lagi apa tujuannya untuk
hidup. Dia pun mengambil keputusan bulat untuk bunuh diri.
Di dekat rumahnya, ada sebuah sumur,
di sanalah ia memutuskan untuk mengakhiri hidup. Tetapi ketika dia
hendak melompat, tetangganya memergoki dia dan menyelamatkannya.
Tetangganya itupun menasihati dia untuk tetap semangat.
Singkat cerita, Tri merasa dibangkitkan semangatnya untuk terus
hidup.
Dia pun belajar dengan serius, apalagi
di sekolah umum tidak tersedia sarana bagi penyandang tunanetra
sehingga Tri harus bekerja keras dan bergantung penuh pada
pertolongan teman-temannya yang mau membacakan materi pelajaran.
Hasilnya berbuah manis. Dia lulus
jenjang SMA, dan dapat meneruskan pendidikannya ke universitas. Namun dia pernah gagal dalam suatu mata kuliah karena tidak dapat
mengikuti pelajaran dengan baik. Salah satu teman wanitanya pun
menawarkan untuk menjadi pembaca tetapnya. Itu sangat membantu
Tri, sampai akhirnya ia lulus dari mata pelajaran itu.
Persahabatan yang tulus itu akhirnya
berkembang menjadi sebuah hubungan asmara. "Saya menganggap dia
sosok yang bisa mengganti penglihatan saya. Ketika saya tidak bisa
melihat, dia bisa menggantikan hal itu. Dia bisa menjadi tongkat, dia
bisa menjadi penolong saya."
Namun suatu hari, kekasih Tri
memutuskan agar mereka berpisah karena ditentang oleh keluarga
wanita.
"Saya sempat juga bertanya pada
Tuhan : Kenapa sih Tuhan ini terjadi pada saya? Kalau saja saya bukan
tunanetra, saya tidak akan mengalami hal seperti ini."
Tiga hari lamanya Tri mengurung diri
dengan rasa kecewa sampai dia mendengar sebuah lagu di radio yang
sedang dibukanya.
"Tuhan berbicara di syair lagu itu, dan betul-betul saya kena. Di situ saya terbangun. 'Kenapa hanya
masalah itu saja kok kamu terpuruk, kamu jatuh.' Saat itu saya
mengevaluasi diri, saya merefleksikan kenyataan yang saya alami
dengan kata-kata di lagu itu dan saya bangkit. Saya berdoa dan tidak
akan menyalahkan diri saya. Saya ingin bangkit, saya ingin menjadi
Tri yang berbeda."
"Saya menangkap Tuhan berkata
bahwa saya tidak boleh mengandalkan manusia, karena rancangan
manusia itu belum tentu rancangan Tuhan, rancangan saya juga belum
tentu rancangan Tuhan. Jadi saya harus memahami, ketika Tuhan punya
rancangan, mungkin tidak enak buat saya, tapi rancangan Tuhan itu
indah pada waktunya, pasti menyenangkan."
Berkat kegigihannya, dia dapat
menyelesaikan gelar S1-nya, bahkan saat ini dia tengah menyelesaikan
gelar S3-nya.
"Kebutaan bukan akhir dari
semuanya. Saya bersyukur juga, ketika saya boleh mengalami hal itu,
saya nilai bahwa Tuhan ijinkan history saya kenal dengan Dia, ada
perubahan, ada motivasi, ada pengharapan, ada rancangan ke depan
membangun cita-cita."
Sumber: www.jawaban.com
Judul asli: Kisah nyata pria buta yang bisa selesaikan S3
Wakil Presiden Boediono bersama pengurus PERTUNI (foto: wapresri/Puastono). |
Bpk. Yacobus Tri Bagio melibatkan diri
dalam organisasi Persatuan Tuna Netra Indonesia (PERTUNI).
Liputan media:
Wakil
Presiden Boediono menerima Persatuan Tuna Netra Indonesia (18
Januari 2012)
Kalangan
Disabilitas Minim Akses Informasi Pekerjaan (1 Februari 2013)
Resources:
Opening
Opportunities for Persons with Disabilities in Formal Working Sector
(PROPEL-Indonesia –Collaborating Committee of 10 Disabled Persons’
Organizations in Bandung), Department of Manpower and
Transmigration, January, 31 2013.
Country
report of Indonesia di
Blind Massage International (Bahasa
Inggris) (20 Mei 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar