Senin, 02 September 2013

Kesaksian pria tunanetra yang sedang studi S3: Rancangan Tuhan itu indah pada waktunya

Akibat kecelakaan saat bermain bola, Tri Bagio yang saat itu masih kecil dinyatakan dokter harus dioperasi. Namun, setelah dioperasi, matanya malah tidak bisa melihat lagi.



"Ketika saya tidak melihat, serasa dunia ini menjadi runtuh, tidak ada pengharapan lagi. Semuanya totally musnah," ujar Tri.

Kebutaannya membuat Tri tidak merasa nyaman, dia merasa sebagai kelompok yang terpinggirkan. Yang ada di dalam pikirannya kemudian, dia tidak tahu lagi apa tujuannya untuk hidup. Dia pun mengambil keputusan bulat untuk bunuh diri.

Di dekat rumahnya, ada sebuah sumur, di sanalah ia memutuskan untuk mengakhiri hidup. Tetapi ketika dia hendak melompat, tetangganya memergoki dia dan menyelamatkannya. Tetangganya itupun menasihati dia untuk tetap semangat. Singkat cerita, Tri merasa dibangkitkan semangatnya untuk terus hidup.

Dia pun belajar dengan serius, apalagi di sekolah umum tidak tersedia sarana bagi penyandang tunanetra sehingga Tri harus bekerja keras dan bergantung penuh pada pertolongan teman-temannya yang mau membacakan materi pelajaran.

Hasilnya berbuah manis. Dia lulus jenjang SMA, dan dapat meneruskan pendidikannya ke universitas. Namun dia pernah gagal dalam suatu mata kuliah karena tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Salah satu teman wanitanya pun menawarkan untuk menjadi pembaca tetapnya. Itu sangat membantu Tri, sampai akhirnya ia lulus dari mata pelajaran itu.

Persahabatan yang tulus itu akhirnya berkembang menjadi sebuah hubungan asmara. "Saya menganggap dia sosok yang bisa mengganti penglihatan saya. Ketika saya tidak bisa melihat, dia bisa menggantikan hal itu. Dia bisa menjadi tongkat, dia bisa menjadi penolong saya."

Namun suatu hari, kekasih Tri memutuskan agar mereka berpisah karena ditentang oleh keluarga wanita.

"Saya sempat juga bertanya pada Tuhan : Kenapa sih Tuhan ini terjadi pada saya? Kalau saja saya bukan tunanetra, saya tidak akan mengalami hal seperti ini."

Tiga hari lamanya Tri mengurung diri dengan rasa kecewa sampai dia mendengar sebuah lagu di radio yang sedang dibukanya.

"Tuhan berbicara di syair lagu itu, dan betul-betul saya kena. Di situ saya terbangun. 'Kenapa hanya masalah itu saja kok kamu terpuruk, kamu jatuh.' Saat itu saya mengevaluasi diri, saya merefleksikan kenyataan yang saya alami dengan kata-kata di lagu itu dan saya bangkit. Saya berdoa dan tidak akan menyalahkan diri saya. Saya ingin bangkit, saya ingin menjadi Tri yang berbeda."

"Saya menangkap Tuhan berkata bahwa saya tidak boleh mengandalkan manusia, karena rancangan manusia itu belum tentu rancangan Tuhan, rancangan saya juga belum tentu rancangan Tuhan. Jadi saya harus memahami, ketika Tuhan punya rancangan, mungkin tidak enak buat saya, tapi rancangan Tuhan itu indah pada waktunya, pasti menyenangkan."

Berkat kegigihannya, dia dapat menyelesaikan gelar S1-nya, bahkan saat ini dia tengah menyelesaikan gelar S3-nya.

"Kebutaan bukan akhir dari semuanya. Saya bersyukur juga, ketika saya boleh mengalami hal itu, saya nilai bahwa Tuhan ijinkan history saya kenal dengan Dia, ada perubahan, ada motivasi, ada pengharapan, ada rancangan ke depan membangun cita-cita."

Judul asli: Kisah nyata pria buta yang bisa selesaikan S3



Wakil Presiden Boediono bersama pengurus
PERTUNI
(foto: wapresri/Puastono).
Bpk. Yacobus Tri Bagio melibatkan diri dalam organisasi Persatuan Tuna Netra Indonesia (PERTUNI).

Liputan media:


Resources:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar