Biara St. Katarina di bawah kaki gunung Sinai, Mesir (foto: orthodoxwiki). |
Di kaki Gunung Sinai, di lokasi yang merupakan tempat suci agama Yahudi, Kristen dan Islam, berdiri salah satu biara tertua yang masih berfungsi saat ini, yaitu Biara Santa Katarina.
Pendirian biara ini dimulai pada tahun 337 Masehi, ketika Ratu Helena, ibu dari Kaisar Konstantinus, memprakarsai pembangunan sebuah gereja di lokasi yang diyakini sebagai tempat Nabi Musa melihat api dari semak duri yang tak terbakar.
Pengembangannya dilakukan oleh Kaisar Justinus antara tahun 527-565 Masehi dengan membangun Basilika Transfigurasi, sehingga namanya menjadi Biara Transfigurasi. Namun, sejak abad ke-9 Masehi menjadi terkenal sebagai Biara St. Katarina dari Alexandria oleh sebab kehadiran relik sang martir di situs itu.
Biara ini tidak hanya menyimpan ribuan manuskrip abad silam
dan karya seni Kristen yang mengagumkan, tetapi juga sebuah surat dari nabi junjungan dan pemimpin umat Islam.
Surat
yang ditulis tahun 623* Masehi ini berisi tentang perintah Nabi
Muhammad untuk menghormati dan melindungi hak asasi dan kebebasan
beragama umat Kristen.
“This
is a message from Muhammad ibn Abdullah, as a covenant to those who
adopt Christianity, near and far, we are with them.
Ini
adalah pesan dari Muhammad bin Abdullah, sebagai sebuah perjanjian
dengan mereka yang memeluk agama Kristen, baik yang dekat maupun yang
jauh, kami bersama dengan mereka.
Verily
I, the servants, the helpers, and my followers defend them, because
Christians are my citizens; and by Allah! I hold out against anything
that displeases them.
Bahwasanya
aku, para pelayan, penolong, dan pengikutku membela mereka, karena
orang-orang Kristen adalah rakyatku; dan demi Allah! Aku menentang
apapun yang tidak menyenangkan mereka.
No
compulsion is to be on them.
Tidak
boleh ada pemaksaan terhadap mereka.
Neither
are their judges to be removed from their jobs nor their monks from
their monasteries.
Para
hakim mereka tidak boleh diberhentikan dari pekerjaan mereka, dan
para biarawan tidak boleh dikeluarkan dari biara mereka.
No
one is to destroy a house of their religion, to damage it, or to
carry anything from it to the Muslims’ houses.
Tidak
boleh ada seorang pun yang menghancurkan tempat ibadah mereka, atau
merusaknya, atau memindahkan apapun dari situ ke rumah kaum Muslim.
Should
anyone take any of these, he would spoil God’s covenant and disobey
His Prophet.
Jika
ada yang melakukan hal-hal ini, ia melanggar perjanjian Allah dan
tidak mematuhi Rasul-Nya.
Verily,
they are my allies and have my secure charter against all that they
hate.
Bahwasanya,
mereka adalah sekutuku dan dengan mereka aku menetapkan perjanjian
yang kuat melawan semua yang mereka benci.
No
one is to force them to travel or to oblige them to fight.
Tidak
ada seorang pun yang memaksa mereka pergi atau mewajibkan mereka
untuk berperang.
The
Muslims are to fight for them.
Muslimlah
yang akan berperang bagi mereka.
If
a female Christian is married to a Muslim, it is not to take place
without her approval. She is not to be prevented from visiting her
church to pray.
Jika
seorang perempuan Kristen dinikahkan kepada seorang Muslim, hal itu
tidak boleh terjadi tanpa persetujuannya. Ia tidak boleh dilarang
pergi ke gerejanya untuk berdoa.
Their
churches are to be respected. They are neither to be prevented from
repairing them nor the sacredness of their covenants.
Gereja-gereja
mereka harus dihormati. Mereka tidak boleh dicegah dari memperbaiki
gereja-gereja itu, ataupun dari kesucian perjanjian-perjanjian
mereka.
No
one of the nation (Muslims) is to disobey the covenant till the Last
Day (end of the world).”
Tidak
boleh ada umat Muslim yang tidak mematuhi perjanjian ini sampai Hari
Terakhir (kiamat).”
Menurut tradisi, sebuah delegasi dari Sinai memohon perlindungan dari Nabi Muhammad. Hal ini dikabulkan dan sebuah surat ditulis serta disahkan dengan menaruh tangannya di atas dokumen itu.
Pada tahun 1517, Sultan Selim I, dengan mengakui isi dokumen itu, membawanya untuk disimpan dalam perbendaharaan istana di Konstantinopel. Ia pun memberikan salinan untuk disimpan di biara St. Katarina, yang turut disertai gambaran telapak tangan sebagai lambang bahwa dokumen itu disahkan oleh Nabi Muhammad.
Dokumen ini sekarang disimpan di Museum Topkapi di Istambul, Turki.
Pada tahun 1517, Sultan Selim I, dengan mengakui isi dokumen itu, membawanya untuk disimpan dalam perbendaharaan istana di Konstantinopel. Ia pun memberikan salinan untuk disimpan di biara St. Katarina, yang turut disertai gambaran telapak tangan sebagai lambang bahwa dokumen itu disahkan oleh Nabi Muhammad.
Dokumen ini sekarang disimpan di Museum Topkapi di Istambul, Turki.
Biara St. Katarina, yang merupakan salah satu dari situs warisan dunia, merupakan rumah dari manuskrip Alkitab, Kodeks Sinaitikus (ditulis 330-350 Masehi), yang saat ini disimpan di British Library.
Di dalam St. Katarina juga terdapat Mesjid Fatima yang baru-baru ini direnovasi. Bangunan ini merupakan sebuah kapel yang berubah fungsi menjadi mesjid pada tahun 1106 dan tepat berdiri di samping gereja Ortodoks, sehingga minaretnya berdekatan dengan menara lonceng gereja.
Mesjid ini menjadi lambang perlindungan dari para kalifa Mesir, termasuk toleransi dari para biarawan terhadap Islam. Penduduk lokal Beduin, Jabaliya, secara turun-temurun memegang kunci mesjid ini.
Sumber: st-katherine.net | ijtihad.org | yusril.com
*John Grainger dan Francis Gilbert, "Around the sacred mountain: The St Katherine Protectorate in South Sinai, Egypt" in Protected Landscapes and Cultural Amb [I.E. and] Spiritual Values, ed. Josep Maria Mallarach (Heidelberg: Kasparek, 2008), 24; beberapa tulisan di Internet mengatakan tahun 626 atau 628 Masehi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar