AMERIKA SERIKAT, California (MP) – Video berdurasi 37 menit dengan judul Evolution vs. God mendapat kritikan dari Jeff Zweerink. Menurut doktor astrofisik dari Iowa State University ini, video yang dibuat oleh Ray Comfort, seorang penulis dan apologet Kristen, “bisa mencederai upaya orang Kristen untuk menjangkau para ilmuwan.”1
Sebagai pengarah dan produser video ini, Ray Comfort mengunjungi University of California Los Angeles (UCLA), University of Southern California (USC) dan University of Minnesota, Morris, dan mewawancarai, termasuk mendebat, empat profesor biologi dan sejumlah mahasiswa yang membidangi ilmu alam.
Video
dengan klaim “menggoyahkan dasar iman [evolusi]” ini menyoroti
kesulitan mereka yang diwawancarai dalam mengartikulasi teori evolusi
Darwin (makroevolusi).
Menurut
Dr. Zweerink, penggambaran dalam video ini bisa saja betul untuk
sebagian orang, namun jauh dari penggambaran akurat tentang mayoritas
para ilmuwan.
Menurutnya,
ada juga ilmuwan Kristen yang menerima bagian dari teori evolusi
seperti Deborah
Haarsma.
Itu sebabnya, walau ia tak
setuju dengan pemahaman evolusi mereka, tapi karakter para ilmuwan
itu menurutnya jauh dari apa yang digambarkan dalam video ini.
Kontroversial
Evolution
vs. God di-release pada tanggal
6 Agustus lalu di Youtube, dan saat ini telah dilihat oleh 478 ribu
lebih orang (dengan 9010 thumbsup dan 9050 thumbsdown).
Video
ini menjadi sebuah kontroversi bersamaan dengan sebuah penelitian di
Amerika Serikat yang mengatakan bahwa orang dengan tingkat
intelektual tinggi cenderung tidak religius.
Jordan
Monge, seorang pengurus
The Veritas Forum, menilai bahwa penelitian yang terlalu berat ke populasi WEIRD itu tidak usah
dianggap serius oleh orang yang beragama maupun yang tidak. (WEIRD
maksudnya Western,
Educated,
Industrialized, Rich,
Democratic).2
Namun
sekalipun mendapat kritik, baik video maupun hasil penelitian itu
bukannya tak berguna sama sekali.
Keduanya
dapat mengingatkan bahwa yang sebenarnya adalah: di antara para
pemeluk agama, ada orang yang sederhana pemikirannya dan ada pula
yang kompleks. Demikian juga di antara mereka yang menolak untuk
percaya kepada Allah.
Mencegah kesalah-pahaman
Dan untuk mencegah kesalah-pahaman, ada baiknya mengikuti apa yang diungkapkan oleh profesor matematika di Oxford University, John Lennox, pada Keswick Convention Oxford University Juli lalu.
Menurutnya,
yang ada bukan pertentangan antara Tuhan dan ilmu pengetahuan,
melainkan antara dua sudut pandang, yaitu paham ketuhanan (teism) dan
ateism, dan ada para ilmuwan di masing-masing pihak.3
Prof Lennox merupakan seorang apologet Kristen dan kritikus vokal para ilmuwan ateis selama ini.
Dalam sebuah artikel di Daily Mail ia mendebat pernyataan Profesor Stephen Hawking bahwa Tuhan tidak menciptakan alam semesta.
Dalam sebuah artikel di Daily Mail ia mendebat pernyataan Profesor Stephen Hawking bahwa Tuhan tidak menciptakan alam semesta.
"Ketika [Prof.] Hawking berargumentasi, untuk mendukung teori penciptaan spontannya, bahwa hanya diperlukan api untuk menyulut sumbu untuk memulai alam semesta, pertanyaannya [di sini] harus: dari mana datangnya sumbu ini dan siapa yang menyalakannya, jika bukan Tuhan?," tulisnya. +
Takut
akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan | The fear of the
LORD is the beginning of knowledge
(Amsal/Proverb 1:7).
1 “A Review of Evolution vs. God,” Reasons.org, 5 Agustus 2013.
2 “Why Intelligent People Are Less Likely to Be Religious And how our expectations for Christians in education are changing,” Christianitytoday.com, 26 Agustus 2013; Artikel ini dapat dilihat di sini.
3 “John
Lennox: The battle is not between God and science,”
Christiantoday.com, 25 Juli 2013.
Revisi teknis penulisan dan tambahan (teks warna merah) (2 September 2013).
Revisi teknis penulisan dan tambahan (teks warna merah) (2 September 2013).
Sebaiknya tidak usah saling menjelakan...iya khan?...Sportif aja hehe
BalasHapus