Kamis, 22 Agustus 2013

Ketika kematian meninggalkan bau harum: Telah berpulang Samuel Lamb, tokoh gereja bawah tanah di Cina

Alm. Pastor Samuel Lamb.
RRC, Guangzhou (MP) – Ribuan pelayat menghadiri acara pemakaman Samuel Lamb (88), seorang pilar gerakan gereja bawah tanah di Cina. Banyak di antara mereka yang memakai pakaian hitam atau putih, busana duka menurut tradisi setempat.

Pastor Lamb berpulang pada tanggal 3 Agustus 2013, dengan acara pemakaman dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus lalu, sehari lebih awal dari yang direncanakan.

Ada hampir 30.000 orang yang hadir hari ini,” ungkap seorang pekerja di rumah duka Yinhe, distrik Tianhe, Guangzhou, seperti dilaporkan South China Morning Post (17/8/13). “Saya sudah bekerja di sini selama 10 tahun, dan belum melihat yang seperti ini sebelumnya. Bahkan prosesi duka untuk [pemimpin partai] Guangdong tidak menarik pengunjung sebanyak ini.”

Wen Yu (38), seorang pengacara yang turut hadir, mengatakan bahwa jumlah pengunjung akan lebih banyak, jika hari pemakaman tidak dimajukan sehari.

Tak hanya menarik para pelayat dari berbagai latar belakang, acara pemakaman Pastor Lamb juga dijaga ketat oleh pihak kepolisian.

Para pelayat berduyun-duyun mendatangi rumah duka di mana Pastor Samuel Lamb
disemayamkan untuk memberikan penghormatan terakhir (foto: scmp)

Pastor Lamb, yang nama Cinanya adalah Lin Xiangao, pernah dimasukkan di kamp kerja paksa selama 20 tahun karena menolak mendaftarkan gereja yang dipimpinnya di bawah kontrol pemerintah. Sebelumnya ia juga sudah pernah dipenjara selama 18 bulan karena melanggar peraturan pemerintah tentang berkhotbah.

Tahun 1978 setelah keluar dari kamp kerja paksa ia kembali melanjutkan pelayanannya. Gereja yang dipimpinnya pun menjadi gereja lokal terbesar di Guangzhou saat ini. Jumlah kehadiran pada ibadah Minggu mencapai 5000 orang di distrik Yuexiu.

Bagi Pastor Lamb “peraturan Allah berada di atas peraturan pemerintah.” Keteguhan hatinya tercermin dari apa yang ia selalu ungkapkan:

"Kita harus siap untuk menderita. Kita harus siap dengan kenyataan bahwa kita kemungkinan akan ditahan. Sebelum saya dimasukkan ke penjara, saya sudah menyiapkan tas dengan beberapa pakaian, sepatu dan sikat gigi. Ketika saya harus pergi ke kantor polisi, saya tinggal mengambilnya. Saya sudah siap. Orang-orang masih terus ditangkap. Anda tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Hari ini pemerintah tidak mengganggu kita, tapi besok hal mungkin berbeda. Saya berdoa bahwa kita akan menerima kekuatan untuk berdiri teguh."

Dalam 20 tahun terakhir ini, anggota gereja bawah tanah telah berkembang hingga puluhan juta pengikut, sedangkan anggota gereja Protestan resmi telah berkurang. Pihak kepolisian terus berupaya supaya gerakan gereja bawah tanah di Cina menggabungkan diri dengan gereja resmi; yang menentang, pertemuannya dilarang.

Hal ini sudah dialami oleh gereja rumah yang dibentuk Pastor Lamb, sekalipun beberapa waktu terakhir ini mereka telah dapat melakukan aktivitasnya relatif tanpa gangguan.

Ketika Pastor Lamb menjalani kerasnya hidup di tambang batubara oleh karena imannya, isterinya meninggal dunia. Ia tidak diijinkan untuk menghadiri pemakaman isteri tercintanya. Dalam perenungannya kemudian ia mengatakan, “Itu seperti panah dari Yang Mahakuasa, sampai saya mengerti bahwa Allah mengijinkan penderitaan, kehilangan, siksaan; tapi kita harus bertumbuh melampaui semua itu.”

Akhirnya, setelah bertumbuh dan melihat penyertaan Allah dalam hidupnya, Pastor Lamb pun telah sampai pada istirahatnya dalam Tuhan, bersama isteri tercintanya, dan semua orang kudus dari segala abad dan tempat. Semua menanti hari ketika Tuan itu berkata, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia...Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (Matius 25:21).+

1 komentar: