Alm. Pastor Samuel Lamb. |
RRC, Guangzhou (MP) – Ribuan
pelayat menghadiri acara pemakaman Samuel Lamb (88), seorang
pilar gerakan gereja bawah tanah di Cina. Banyak di antara mereka
yang memakai pakaian hitam atau putih, busana duka menurut tradisi
setempat.
Pastor
Lamb berpulang pada tanggal 3 Agustus 2013, dengan acara pemakaman
dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus lalu, sehari lebih awal dari
yang direncanakan.
“Ada
hampir 30.000 orang yang hadir hari ini,” ungkap seorang pekerja di
rumah duka Yinhe, distrik Tianhe, Guangzhou, seperti dilaporkan South
China Morning Post (17/8/13). “Saya sudah bekerja di sini
selama 10 tahun, dan belum melihat yang seperti ini sebelumnya.
Bahkan prosesi duka untuk [pemimpin partai] Guangdong tidak menarik
pengunjung sebanyak ini.”
Wen
Yu (38), seorang pengacara yang turut hadir, mengatakan bahwa jumlah
pengunjung akan lebih banyak, jika hari pemakaman tidak dimajukan
sehari.
Tak
hanya menarik para pelayat dari berbagai latar belakang, acara
pemakaman Pastor Lamb juga dijaga ketat oleh pihak kepolisian.
Para pelayat berduyun-duyun mendatangi rumah duka di mana Pastor Samuel Lamb disemayamkan untuk memberikan penghormatan terakhir (foto: scmp) |
Pastor
Lamb, yang nama Cinanya adalah Lin Xiangao, pernah dimasukkan
di kamp kerja paksa selama 20 tahun karena menolak mendaftarkan
gereja yang dipimpinnya di bawah kontrol pemerintah. Sebelumnya ia
juga sudah pernah dipenjara selama 18 bulan karena melanggar
peraturan pemerintah tentang berkhotbah.
Tahun
1978 setelah keluar dari kamp kerja paksa ia kembali melanjutkan
pelayanannya. Gereja yang dipimpinnya pun menjadi gereja lokal
terbesar di Guangzhou saat ini. Jumlah kehadiran pada ibadah Minggu
mencapai 5000 orang di distrik Yuexiu.
Bagi
Pastor Lamb “peraturan Allah berada di atas peraturan pemerintah.”
Keteguhan hatinya tercermin dari apa yang ia selalu ungkapkan:
"Kita
harus siap untuk menderita. Kita harus siap dengan kenyataan bahwa
kita kemungkinan akan ditahan. Sebelum saya dimasukkan ke penjara,
saya sudah menyiapkan tas dengan beberapa pakaian, sepatu dan sikat
gigi. Ketika saya harus pergi ke kantor polisi, saya tinggal
mengambilnya. Saya sudah siap. Orang-orang masih terus ditangkap.
Anda tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Hari ini pemerintah
tidak mengganggu kita, tapi besok hal mungkin berbeda. Saya berdoa
bahwa kita akan menerima kekuatan untuk berdiri teguh."
Dalam
20 tahun terakhir ini, anggota gereja bawah tanah telah berkembang
hingga puluhan juta pengikut, sedangkan anggota gereja Protestan
resmi telah berkurang. Pihak kepolisian terus berupaya supaya gerakan
gereja bawah tanah di Cina menggabungkan diri dengan gereja resmi;
yang menentang, pertemuannya dilarang.
Hal
ini sudah dialami oleh gereja rumah yang dibentuk Pastor Lamb,
sekalipun beberapa waktu terakhir ini mereka telah dapat melakukan
aktivitasnya relatif tanpa gangguan.
Ketika
Pastor Lamb menjalani kerasnya hidup di tambang batubara oleh karena
imannya, isterinya meninggal dunia. Ia tidak diijinkan untuk
menghadiri pemakaman isteri tercintanya. Dalam perenungannya kemudian
ia mengatakan, “Itu seperti panah dari Yang Mahakuasa, sampai saya
mengerti bahwa Allah mengijinkan penderitaan, kehilangan, siksaan;
tapi kita harus bertumbuh melampaui semua itu.”
Akhirnya,
setelah bertumbuh dan melihat penyertaan Allah dalam hidupnya, Pastor
Lamb pun telah sampai pada istirahatnya dalam Tuhan, bersama isteri
tercintanya, dan semua orang kudus dari segala abad dan tempat. Semua
menanti hari ketika Tuan itu berkata, “Baik
sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia...Masuklah
dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (Matius 25:21).+
Tokoh Kristen yang patut dicontohi.
BalasHapus