Rep Nkeiruka Onyejeocha (foto: nairaland). |
NIGERIA, Abuja (MP) -- Dewan Perwakilan Nigeria
baru-baru ini dengan suara bulat menerima RUU melarang hubungan
sesama jenis, meskipun administrasi pemerintahan Presiden Obama (AS)
dan Perdana Menteri David Cameron (Inggris) telah mengancam akan
mempertimbangkan penahanan bantuan kepada negara-negara yang gagal
mengikuti tren di Barat menyangkut hubungan sejenis.
"'Pernikahan' sejenis
adalah asing bagi masyarakat dan budaya kami dan itu tidak boleh
samasekali diimpor," kata pemimpin mayoritas di Dewan Mulikat
Adeola-Akande, seperti dilansir LSN (10/12).1
"Praktek ini tidak memiliki tempat dalam agama dan budaya kami,
di Nigeria atau di mana saja di Afrika. Ini adalah imoralitas dan
penghinaan terhadap budaya kami; kami mengutuknya secara total."
Rep
Nkeiruka Onyejeocha, seorang pemimpin perempuan yang lolos dari upaya
pembunuhan tahun 2011 lalu,2
mengatakan ia berharap suara ini akan mengirim sinyal kuat kepada
negara-negara Barat bahwa moral dan nilai-nilai etika Nigeria tidak
untuk dijual.
Apa isi RUU ini?
RUU tersebut akan mengatur hukuman penjara 14 tahun lamanya bagi pada siapa saja yang melakukan "pernikahan sesama jenis atau pernikahan sipil" atau membantu dan bersekongkol untuk tindakan itu. Bagi pelaku hubungan sejenis yang mempertunjukkan kemesraan di depan umum dapat dihukum penjara selama sepuluh tahun. RUU ini juga melarang klub dan organisasi pelaku hubungan sejenis.
Ketika RUU ini sedang
diperdebatkan di Senat Nigeria tahun lalu, PM Inggris Mr. Cameron
mengatakan bahwa menurutnya harus ada "pamrih" dalam
pemberian bantuan luar negeri, dan bahwa ia akan mempertimbangkan
memotong bantuan bagi negara-negara yang menolak menerima praktek
hubungan sejenis. Menyusul kemudian pemerintahan Mr. Obama yang
memerintahkan pimpinan organisasi bantuan asing untuk menggunakan
sumber daya mereka untuk mempromosikan penerimaan praktek itu di luar
negeri.
Perlu pengesahan Presiden
Setelah disahkan
DPR, klausul demi klausul dari RUU itu akan dibahas dalam sidang
paripurna sebelum pemungutan suara akhir yang akan mengirimkannya
kepada Presiden Goodluck Jonathan untuk persetujuan.
Menurut laporan LSN, para aktivis homoseksualisme di AS telah meluncurkan petisi online yang mendesak Presiden Jonathan untuk memveto undang-undang tersebut.
Menurut laporan LSN, para aktivis homoseksualisme di AS telah meluncurkan petisi online yang mendesak Presiden Jonathan untuk memveto undang-undang tersebut.
Uganda, Ghana, dan negara-negara Afrika
lainnya terus menyuarakan penolakan terhadap intimidasi para
homoseksualis dan administrasi pemerintah negara-negara Barat yang
membeking mereka untuk memaksakan nilai-nilai yang dianutnya, tidak
hanya kepada masyarakat mereka sendiri, tetapi juga kepada
negara-negara merdeka.
Masalah hak anak dan
perkembangan di Eropa dan Amerika
Di Eropa Barat dan Amerika
Utara terlihat peningkatan sikap permisif terhadap berbagai tindakan
yang tabu, seperti seks bebas termasuk hubungan sejenis. Hal ini
telah mendapat kritik dan protes dari berbagai elemen masyarakatnya
yang menentang homoseksualisme, terutama dari kalangan religius dan
akademisi.
Prof. Rivers, pengajar Jurisprudens di Fakultas Hukum Universitas Bristol,
Inggris, mengatakan: "Pernikahan menegaskan nilai kesetaraan
antara pria dan wanita, dan mendorong terciptanya kesejahteraan
anak-anak.”(MP)
Sudah merupakan
retorika para homoseksualis bahwa hak menikah juga harus diberikan
kepada pasangan sejenis, dan bahwa mereka dapat juga membesarkan
anak-anak. Akan tetapi, upaya yang tampaknya
"didasarkan pada alasan kesetaraan, stabilitas dan kemudahan"
ini tidak memperhitungkan anak-anak, dan mereka banyak kali memang
tak bisa menyuarakan suara mereka sendiri.
Membela hak anak bukan membela
posisi tertentu
Penerimaan praktek yang ditentang oleh
Alkitab ini mempunyai implikasi luas terhadap
pendidikan anak-anak termasuk hak adopsi anak. Dengan dilegalisasinya 'pernikahan' sesama jenis, maka anak-anak di sekolah-sekolah diajarkan tentang 'normal'-nya praktek ini, dan pasangan sejenis pun dapat mengadopsi anak-anak.
Mgr. André
Armand Kardinal Vingt-Trois, Uskup
Agung Paris, menyatakan penolakan Gereja Katolik atas rencana
pemerintah Perancis, dan menyerukan kepada para peziarah di Kota
Lourdes bahwa
anak-anak membutuhkan ayah dan ibu untuk membangun identitas
mereka.
"Saat kita membela hak anak-anak untuk membangun identitas mereka, itu mengacu pada laki-laki dan perempuan yang melahirkan dan membesarkan mereka," kata Kardinal Vingt-Trois.(MP)
"Saat kita membela hak anak-anak untuk membangun identitas mereka, itu mengacu pada laki-laki dan perempuan yang melahirkan dan membesarkan mereka," kata Kardinal Vingt-Trois.(MP)
Ungkapan Kardinal
Vinght-Trois menunjukkan bahwa debat legalisasi pernikahan sesama
jenis tidak mati di argumen kesetaraan, hak asasi perorangan, bahkan
pembentukan ide kemasyarakatan secara menyeluruh, namun bahwa ada
kepentingan lain yang perlu diperhatikan, dan yang sangat rentan
diabaikan dan dikorbankan, yaitu anak-anak.
Anak-anak berhak untuk dibesarkan oleh orangtua biologis mereka, yaitu seorang ayah dan seorang ibu. Dan gereja dan negara wajib menyediakan lingkungan yang aman dan menunjang bagi perkembangan fisik dan mental anak-anak.
Anak-anak berhak untuk dibesarkan oleh orangtua biologis mereka, yaitu seorang ayah dan seorang ibu. Dan gereja dan negara wajib menyediakan lingkungan yang aman dan menunjang bagi perkembangan fisik dan mental anak-anak.
"Ketika kita membela hak anak-anak untuk membangun kepribadian mereka dengan mengacu pada pria dan wanita yang memberi mereka kehidupan, kita tidak membela posisi tertentu," kata Uskup Agung Paris tersebut, "Kita memahami apa yang terlihat lewat praktek dan kebijaksanaan semua orang sejak awal mula dan yang dikonfirmasi oleh para spesialis modern saat ini." []
-------
1 Nigeria
to Western nations: We’d sooner refuse aid than legalize same-sex
“marriage,” LifeSiteNews (link).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar