Jumat, 06 April 2012

Renungan Jumat Agung: Ikutlah Aku

Pdt. Youcef Nadarkhani telah menjadi salah satu icon orang Kristen teraniaya sejak ditangkap pada Oktober 2009 yang lalu atas berbagai tuduhan, termasuk murtad dari Islam. Menurut pengacaranya, Pdt. Nadarkhani sendiri tidak murtad dari Islam, karena ia tidak pernah mempraktekkan Islam sebagai agamanya, namun sanggahan terhadap argumen ini adalah pada dasarnya setiap orang lahir menurut iman orangtuanya.

Pemimpin dari sekitar empat-ratusan jemaat gereja rumah di Rasht, Iran menjadi target sentimen agama setelah ia memprotes sekolah di mana dua anaknya belajar karena mengharuskan mereka belajar Al-Qur'an. Pemerintah telah mensahkan hukum yang mengharuskan setiap murid untuk belajar Kitab Suci Islam. Hal ini dinilainya merupakan tindakan inkonstitusional karena tidak membolehkan kebebasan beragama.

Pdt. Nadarkhani telah melayani selama kurang lebih 10 tahun, ia ditahan bersama dengan istri dan beberapa anggota jemaat, ketika hendak mendaftarkan gerejanya pada pemerintah. Tuduhan pertama adalah karena aksi protesnya tersebut, namun pada persidangan berikutnya ia dituduh murtad dan mengajak oranglain untuk menjadi Kristen.

Dalam sidang terbuka Pdt. Nadarkhani terus menolak untuk menyangkal imannya. Bulan Juni tahun lalu Pdt.
Nadarkhani menulis sebuah surat dari penjara, ia menyatakan ketetapan hatinya untuk tetap berpegang pada imannya sekalipun ia harus mati.



“Banyak yang mencoba lari dari ujian imannya…tidak ada seorang pun dapat menjadi pemenenang dengan lari dari semua itu, tetapi dengan kesabaran dan kerendahan hati ia akan dapat mengatasi ujian ini dan memperoleh kemenangan.”

Salah seorang anak Pdt. Nadarkhani baru saja merayakan hari ulang tahunnya, dan sebagai hadiah ia dapat bertemu ayahnya yang sedang berada di dalam penjara. Pertemuan ini adalah juga hadiah ulang tahun untuk Pdt. Nadarkhani yang akan bertambah usia satu tahun minggu depan.Oleh kuasa Yesus Kristus dan doa Pdt. Nadarkhani masih hidup sampai hari ini,  ungkap seorang pegawai yang mengawasinya. Belum ada kepastian tentang tuntutan hukuman mati untuknya, yang bisa terjadi kapan saja.

Menghayati sengsara Kristus di Hari Jumat Agung ini, kita ditantang oleh iman yang telah ditunjukkan dengan berani oleh Pdt. Youcef Nadarkhani.

”Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari mereka ini?” tanya Yesus kepada Petrus. Petrus menjawab, ”Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.”
Kata Yesus kepadanya, ”Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
Tiga kali Yesus bertanya kepada Petrus, sehingga akhirnya hatinya menjadi sedih. Ia berkata, ”Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.”
Kata Yesus kepadanya, ”Gembalakanlah domba-dombaku.”
Mungkin kesedihan Petrus datang karena ia menyadari nanti kali yang ketiga ia mengatakan bahwa ia ”mengasihi” (Yun. agapao) Yesus dengan tanpa syarat.

Apakah benar banyak orang yang menantikan Kerajaan Allah saat ini dengan sungguh-sungguh bukan karena didorong pertama-tama oleh kasih kepada Tuhan, tetapi karena takut mengalami penganiayaan? Pertanyaan bagi kita semua adalah: Apakah kita mengasihi Tuhan tanpa syarat, baik dalam tantangan penganiayaan dan dalam pengharapan akan Kerajaan Allah? Kita semua harus menjawab pertanyaan ini, lalu mendengar ajakan Kristus, ”Ikutlah Aku.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar