Sabtu, 21 September 2013

Media-gate dan wawancara Paus Fransiskus: Mengapa perlu kritis ketika membaca pemberitaan media


VATIKAN (MP) -- Popularitas sebuah media berita bukan jaminan bahwa sajian berita media itu selalu dapat dipercaya. Hal ini bukan hanya menyangkut politik, tapi juga masalah keagamaan.

We cannot insist only on issues related to abortion, gay marriage and the use of contraceptive methods. This is not possible. I have not spoken much about these things, and I was reprimanded for that. But when we speak about these issues, we have to talk about them in a context. The teaching of the church, for that matter, is clear and I am a son of the church, but it is not necessary to talk about these issues all the time...”
Kita tidak boleh hanya terus-menerus berbicara tentang aborsi, pernikahan sesama jenis dan penggunaan metode kontrasepsi. Hal ini tidak mungkin. Saya tidak banyak bicara tentang hal-hal ini, dan saya diomeli karenanya. Tetapi ketika kita berbicara tentang persoalan-persoalan ini, kita harus membicarakannya dalam sebuah konteks. Ajaran gereja, untuk hal ini, adalah jelas dan saya adalah seorang putera gereja, tetapi adalah hal yang tak perlu membicarakan hal ini setiap waktu..."
The church’s pastoral ministry cannot be obsessed with the transmission of a disjointed multitude of doctrines to be imposed insistently...”
Pelayanan pastoral gereja tidak bisa terobsesi dengan transmisi begitu banyak ajaran yang saling terpisah untuk dikenakan terus-menerus...
Proclamation in a missionary style focuses on the essentials, on the necessary things: this is also what fascinates and attracts more, what makes the heart burn, as it did for the disciples at Emmaus. We have to find a new balance;
Proklamasi dengan gaya [pendekatan] misionaris berpusat pada hal-hal mendasar, pada hal-hal yang diperlukan: ini juga adalah yang mempesona dan menarik lebih banyak [orang], hal yang membakar hati, seperti yang dialami para murid di Emaus. Kita harus menemukan keseimbangan baru;...
[continue]
otherwise even the moral edifice of the church is likely to fall like a house of cards, losing the freshness and fragrance of the Gospel. The proposal of the Gospel must be more simple, profound, radiant. It is from this proposition that the moral consequences then flow.
[sambungan]
jika tidak bahkan bangunan moral gereja kemungkinan akan runtuh seperti rumah kartu, kehilangan kesegaran dan keharuman Injil. Tawaran Injil harus lebih sederhana, mendalam, berseri-seri. Dari dalil inilah konsekuensi moral kemudian mengalir.

"...But the proclamation of the saving love of God comes before moral and religious imperatives..."
...Akan tetapi proklamasi kasih Allah yang menyelamatkan itu hadir mendahului keharusan moral dan agama...
"...The message of the Gospel, therefore, is not to be reduced to some aspects that, although relevant, on their own do not show the heart of the message of Jesus Christ.”
Pesan Injil, karena itu, tidaklah untuk dikurangi menjadi aspek-aspek tertentu, yang sekalipun relevan, namun dalam dirinya tidak menunjukkan inti dari pesan Yesus Kristus.

Demikian kutipan sebagian dari transkrip wawancara Paus Fransiskus dengan pemimpin redaksi La Civiltà Cattolica yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh TheNational Catholic Review America.

Namun berbeda dari apa yang diungkapkan pemimpin Gereja Katolik ini, judul berita yang muncul di New York Times (NYT) adalah “Pope Says Church Is ‘Obsessed’ With Gays, Abortion and Birth Control” (Paus mengatakan Gereja 'Terobsesi' dengan [isu] Gay, Aborsi dan [metode] Pencegah Kehamilan).

Di dalam artikel itu Paus Fransiskus digambarkan sebagai sosok yang berbeda dari dua pendahulunya, Paus Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI mengenai isu-isu moral tersebut.

Pemberitaan NYT mengulang kembali tindakan corrupted-jurnalism (jurnalisme korup) terhadap pernyataan Paus Fransiskus Juli lalu; yang sama dengan kasus ini, mengarahkan berita pada dukungan terhadap praktek-praktek yang ditentang Gereja Katolik tersebut.

Dan hasilnya adalah organisasi seperti NARAL Pro-Choice Amerika (pendukung tindak pembunuhan bayi dalam kandungan) yang mempos gambar ucapan terima kasih kepada Paus Fransiskus di laman Facebook dan Twitternya. 

Hal yang tentunya mereka sesali karena sehari setelah berita menyesatkan itu, Paus menyatakan pada Federasi Internasional Asosiasi Medis Katolik bahwa:

“Setiap anak yang belum dilahirkan, sekalipun secara tidak adil dihukum lewat aborsi, memiliki wajah Tuhan, yang bahkan sebelum kelahiran-Nya, dan kemudian sesudah kelahiran-Nya, mengalami penolakan dunia.” (LSN)

Praktek media sekaliber NYT adalah hal yang sangat disesali, karena tidak hanya menunjukkan kepentingan dalam pemberitaan, namun juga telah memanipulasi berita untuk mendukung agendanya.

Pernyataan Paus yang dikutip media di atas memang cukup provokatif untuk dimanipulasi menjadi sebuah berita sensasi yang mengundang keingin-tahuan pembaca.

Namun pokok-pokok penting dari wawancara dengan Paus tersebut menurut Christianity Today adalah:
Perlunya kerendahan hati (bahwa kita semua manusia berdosa dan perlu anugerah Allah);
Perlunya berada dalam komunitas orang percaya;
Kepekaan dalam mencari kehendak Tuhan;
dan pentingnya peran perempuan dalam Gereja.  [+]


Kutipan warna hijau ditambahkan (21/9/13). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar