Sebuah video di Youtube yang menunjukkan sebuah gereja di Korea (Utara) (link). Lihat video tentang perfilman di Korea Utara di sini. |
KOREA, Seoul (MP) -- Situasi genting mengemuka di Asia
setelah Korea (Utara) mengumumkan bahwa negara itu sedang memasuki
“state of war” (keadaan perang) melawan saudaranya Korea
(Selatan) dan sekutu dekatnya Amerika Serikat (AS).
Stasiun berita Al-jazeera melaporkan
(4/4) bahwa menurut informasi dari Seoul, Pyongyang telah memposisikan
misil jarak menengahnya di pantai timur. Menteri pertahanan Seoul Kim
Kwan-jin mengatakan bahwa misil itu dapat menempuh jarak “cukup jauh” tetapi tidak akan sampai ke daratan Amerika.1
Menurut Al-jazeera AS
telah melakukan beberapa latihan militer bersama dengan Korea (Selatan) yang mensimulasi pemboman target di Korea (Utara) dan
penggantian pemimpinnya. Militer AS telah melakukan latihan serangan
mendadak dengan pesawat pembom siluman yang berkemampuan nuklir di
atas semenanjung Korea.2
Korea
(Utara) telah mengecam latihan militer AS-Korea (Selatan) yang dimulai
pada Maret dan akan berlanjut sampai akhir bulan ini. Kedua negara
sekutu ini bersikeras bahwa latihan militer di Korea (Selatan) itu
merupakan rutinitas, namun Korea (Utara) menyebut bahwa latihan itu
untuk invasi dan bahwa mereka (Korea [Utara]) membutuhkan senjata
nuklir untuk membela diri.3
Pada
hari Selasa, Sekjen PBB Ban Ki-moon menawarkan untuk memfasilitasi
pembicaraan damai untuk menyelesaikan krisis.4
Ia mengatakan Korea (Utara) harus dapat
mengendalikan ancaman yang keluarkannya, dan bahwa setiap perhitungan
yang keliru dapat menyebabkan hasil yang sangat serius.
Kekristenan di Korea (Utara)
Jerry
Dykstra, juru bicara Open Doors USA, mengungkapkan bahwa ada sekitar
200.000 sampai 400.000 orang Kristen di Korea (Utara). Ia
menggaris bawahi penderitaan dan penganiayaan yang di alami oleh
orang Kristen di Korea (Utara).5
Selama ini, Pemerintah Korea (Utara)
dikategorikan sebagai rezim yang menekan kekristenan, terutama aliran
Protestan yang dikait-kaitkan dengan dunia Barat.6
Dykstra
memperkirakan ada 60.000 sampai 80.000 orang Kristen yang
menjadi tahanan politik.7
Country-Data menyebut bahwa setelah
pendudukan Soviet di bagian utara dan berakhirnya Perang Korea 1953,
agama-agama mengalami penekanan, dan banyak orang Kristen menyeberang
ke bagian selatan Korea. Namun, kebijakan anti agama dari rezim
pemerintah ini juga mengalami perubahan.8
Pada tahun 1988 dua gereja baru, Gereja Protestan Pongsu dan Gereja Katedral Changchung, dibuka di Pyongyang. Tanda-tanda lain dari perubahan sikap rezim terhadap agama Kristen termasuk menyelenggarakan Seminar Kristen Internasional dari Utara dan Selatan untuk Perdamaian dan Reunifikasi Korea yang dilaksanakan di Swiss pada November 1988...Pada bulan Maret-April 1992, penginjil Amerika Billy Graham mengunjungi Korea Utara untuk berkhotbah dan berbicara di Universitas Kim Il Sung.9
Pasal
14 dari konstitusi 1948 Korea (Utara) mencatat bahwa "warga negara
Republik Demokratik Rakyat Korea memiliki kebebasan beragama dan
melaksanakan ibadah,” dan konstitusi 1992, Pasal 68 memberikan
kebebasan beragama dan menjamin hak untuk membangun bangunan untuk
keperluan dan upacara keagamaan, yang mana juga dikatakan bahwa
bagaimanapun "tidak seorang pun dapat menggunakan agama sebagai
sarana untuk membawa masuk kekuatan asing atau menghancurkan tatanan
sosial atau negara."10
Umat Kristen dan
warga lainnya khawatir akan perang dan konsekuensinya.
Seorang
Kristen di Korea (Utara) mengatakan, "Saya menyampaikan terima
kasih untuk kasih dan dukungan dari banyak saudara saudari di seluruh
dunia,” demikian dilansir Open Door. "Kami
tahu bahwa perjalanan kami tidak akan mudah, tapi kami yakin bahwa
iman kami, harapan yang lusuh, dan hasrat yang sungguh akan suatu
hari berbuah banyak. Tidak peduli betapa sulitnya hidup ini bagi
kami, kami tidak pernah menyalahkan atau mengeluh tentang keadaan
kami. Allah telah berjanji kepada kita dalam Alkitab bahwa jika kita
mencari dahulu Kerajaan-Nya, segala sesuatunya akan ditambahkan
kepada kita juga. Tolong berdoa bagi kami."11
Dapat dikatakan
bahwa seruan doa ini adalah untuk seluruh penduduk Semenanjung Korea,
yang di utara diperkirakan berjumlah sekitar 21 juta jiwa (menurut
perhitungan di pertengahan 1990) dan di selatan yang menurut
perkiraan hampir berjumlah 50 juta jiwa (world bank, 2011), dengan lebih dari 13 juta orang menganut kekristenan. Korea (Selatan) adalah negara Asia paling aktif dalam melakukan evangelisasi.
Semoga
perdamaian yang telah dirintis oleh masyarakat Korea, baik yang
Kristen maupun bukan, dapat menjadi kenyataan, dan supaya bangsa ini
dapat menjadi makmur tanpa bayang-bayang perang masa lalu.***
1 North
Korea 'moves missile' amid threats, Al-jazeera (link).
2 US
vs North Korea: A potential crisis?, Al-jazeera (link).
3 North
Korea 'moves missile' amid threats, Al-jazeera (link).
4 US
vs North Korea: A potential crisis?, Al-jazeera (link).
5 North
Korean Church Leaders Ask for Prayer Amid War Preparations,
ChristiansNewsWire (link).
6 Country
Data, North Korea: The Role of Religion (link).
7 North
Korean Church Leaders Ask for Prayer Amid War Preparations,
ChristiansNewsWire (link).
8 Country
Data, North Korea: The Role of Religion (link).
9 Country
Data, North Korea: The Role of Religion (link).
10 Country
Data, North Korea: The Role of Religion (link).
11 North
Korean Church Leaders Ask for Prayer Amid War Preparations,
ChristiansNewsWire (link).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar