Sabtu, 22 Desember 2012

Presiden SBY terima gelar H. C. Ph.D, Indonesia menjadi perhatian dunia

Presiden SBY terima gelar doktor honoris causa dari
Univeritas Utara Malaysia (UUM), di Istana Negara Malaysia,
Kuala Lumpur, Rabu (19/11) pagi. (foto: laily/presidensby.info)
MALAYSIA, Kuala Lumpur (MP, 22 Desember 2012). 

Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menerima penghargaan akademis Honoris Causa Doctor of Philosophy (PhD) dalam kepemimpinan perdamaian dari Universitas Utara Malaysia.

Penghargaan tersebut diberikan dengan pertimbangan antara lain, karena Presiden SBY dinilai telah berhasil dalam memberikan kontribusi konstruktif dan positif terhadap upaya menjaga perdamaian di kawasan regional dan internasional khususnya di kawasan Asia tenggara dan Pasifik,” kata juru bicara Presiden Julian Aldrin Pasha, di Kuala Lumpur, Rabu (19/12/2012), seperti dilaporkan Liputan6.com.

Presiden SBY dianggap berkontribusi bagi stabilitas kawasan Asia Tenggara dan juga internasional melalui kepemimpinan Indonesia sebagai Ketua ASEAN pada 2011.

Penghargaan itu disampaikan oleh Raja Malaysia Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong Tuanku Al Haj Abdul Halim di Dewan Seri Maharaja Istana Negara Kuala Lumpur.

Menurut Jubir Presiden, “ASEAN di bawah pimpinan Indonesia dinilai berhasil meredakan ketegangan di kawasan, sehingga tercapai kesepahaman dalam mencari solusi.”


Kemajuan dan demokrasi Indonesia

Beberapa tahun terakhir ini Indonesia berhasil membuat berbagai kemajuan, sekalipun masih harus menghadapi berbagai tantangan.

Pada pertemuan dengan Lee Myung-bak, pada waktu itu masih menjabat sebagai Presiden Korea (Selatan), di Nusa Dua Bali, terungkap bahwa Indonesia “menjadi pusat perhatian dunia.”

Dalam laporan Suara Pembaruan (8/11) ditulis: 

"Saat ini, Indonesia merupakan contoh negara berkembang yang menganut sistem demokrasi dan juga menjadi model dari demokrasi Islam," kata [Presiden] Lee, dalam pidatonya pada Bali Democracy Forum (BDF) V, di Nusa Dua, Bali, Kamis [8/11]. 

Yang disebut mantan presiden Lee dengan “demokrasi Islam” sebenarnya lebih tepat dikatakan Demokrasi Pancasila. 

[Presiden] Lee mengatakan, demokrasi Indonesia merupakan bukti nyata bahwa demokrasi lebih baik dari kediktatoran dan ekstremisme dalam menjamin kesejahteraan, keamanan, kebebasan beragama, dan hak-hak asasi perempuan.

"Saya memberikan penghargaan untuk kepemimpinan Presiden Yudhoyono yang telah menjalankan demokrasi di Indonesia dan menciptakan keharmonisan untuk masyarakat," ujar [Presiden] Lee.

Menurut [Presiden] Lee, mayoritas masyarakat Indonesia juga mendukung demokrasi menjadi sistem politik, dan sejak masa demokrasi perekonomian Indonesia juga tumbuh dengan baik.

"Karena alasan tersebut, Indonesia menjadi pusat perhatian dunia sebagai salah satu negara terkemuka yang menggerakkan ekonomi global," tambah [Presiden] Lee.
 

Seperti diketahui, Korea Selatan telah memilih Park Geun-hye (60) sebagai presiden perempuan Korea (Selatan) pertama, menggantikan Lee Myung-bak, rekan satu partainya, yang mundur sesuai yang disyaratkan undang-undang setelah menjabat selama lima tahun.

Hal ini membuat Indonesia dan Korea (Selatan) termasuk negara-negara Asia yang pernah dipimpin oleh seorang presiden perempuan.

Semoga prestasi yang dicapai Indonesia dapat menjadi pemacu dalam terus memajukan dan mensejahterakan masyarakatnya, demikian kita harapkan dengan Korea (Selatan) di bawah kepemimpinan Presiden Park.***

1 komentar:

  1. terima kasih atas informasinya..

    semoga dapat bermanfaat bagi kita semua :) aura kasih

    BalasHapus