Senin, 31 Desember 2012

Omega Suparno minta dikuburkan secara Kristen

Icon St. Stevanus di gereja Ortodoks. Martir
Kristen pertama (gambar: pc-freak.net).
INDONESIA, Jawa Tengah (MP) -- Seorang mahasiswa Seminari Teologia Baptis Indonesia (STBI) menjadi korban pembunuhan sadis. Tiga orang tersangka pelaku telah dibekuk oleh polisi, demikian dilaporkan oleh Kedaulatan Rakyat Online (KDO). (12/29/12)

Jasad Omega Suparno (42) ditemukan ditemukan di hutan daerah Jepara dengan luka tusukan, tubuh lebam-lebam dan wajah dibakar.

Dalam laporan KDO, Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Jateng Kombes Bambang Rudi Pratikyo mengungkapkan bahwa motif pembunuhan adalah dendam. Almarhum telah beralih agama, bahkan kuliah di STBI di Semarang.

Alm. Suparno pernah menekuni ajaran Islam bersama para tersangka pelaku, masing-masing AM (29) warga Desa Ngaklingan, Gebog, S alias Sony (29) warga Desa Klumpit, Gebog, Kudus, dan AS (31) asal Dusun Semper Barat, Cililing, Jawa Barat.

Untuk mengelabui polisi, ketiga pelaku membawa kabur motor korban supaya dikira korban dirampok. Ketiga tersangka kini ditahan di sel Polda Jateng Semarang.


Dikuburkan secara Kristen

Menurut email yang diperoleh redaksi MP mengenai pembunuhan ini, alm. Omega Suparno berniat menjadi seorang hamba Tuhan dengan masuk ke STBI.

Pada liburan Natal, tanggal 10 Desember lalu ia pamit pulang mengunjungi orang tuanya di Jepara. Tanggal 11 Desember dini hari tubuhnya ditemukan di sebuah selokan di hutan jati tanpa pakaian dan wajah dalam keadaan terbakar dan sulit dikenali.

Setelah dievakuasi oleh polisi, diumumkan kepada masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarga untuk datang melihat jazad tersebut. Orang tua almarhum datang dan mengenali tubuh anak mereka.

Menurut DR Yustinus Djoko Santoso, kepala STBI yang datang melihat jasad almarhum segera setelah mendapat berita, alm pak Suparno pernah mengirim surat kepada orang tuanya kalau ia meninggal harap dilaksanakan penguburan secara Kristen.

Setelah pengambilan sampel tes DNA, pada hari Rabu tanggal 12 Desember 2012 pukul 19.00 jenasah boleh dibawa pulang. Jenasah dibawa ke GBI Jepara untuk kebaktian dan langsung dimakamkan malam itu juga untuk menghindari reaksi kekacauan.

Puji Tuhan pemakaman dapat dilaksanakan dengan baik, tentram dan sukacita dalam duka,” demikian ditulis dalam email itu. “Berita memang segera tersebar diantara orang-orang [dari gereja] Baptis. Tetapi semua menunjukan kedewasaan berpikir dan mendoakan agar keluarga ... diberi penghiburan Tuhan Allah.”

Dengan ditangkapnya para pelaku ungkapan doa dalam email itu telah terjawab. 

Kiranya penegakan hukum atas perbuatan mereka mencabut nyawa orang lain secara kejam tak hanya membawa mereka pada penyesalan, namun juga pada kesadaran akan nilai hidup manusia di hadapan Allah.***

-------
Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. (Matius 10:39)

3 komentar:

  1. lalu berapa org yg dibunuh atas nama tuhan kalian, suku2 indian di amerika, aborigin, perancis selatan, dan banyak lagi .. belanda kristen malah membunuh, merampok indonesia selama 350 tahun, apa kalian pikir kalian orang suci?

    BalasHapus
  2. lalu berapa org yg dibunuh atas nama tuhan kalian, suku2 indian di amerika, aborigin, perancis selatan, dan banyak lagi .. belanda kristen malah membunuh, merampok indonesia selama 350 tahun, apa kalian pikir kalian orang suci?

    BalasHapus
  3. Terima kasih atas komentar Anda.

    Kebenaran suatu agama/pandangan hidup harus dipisahkan dari tindak laku para penganutnya, karena sekalipun keduanya sangat berkaitan, tindakan penganut agama tidak sehakikat dengan kebenaran dalam agama itu sendiri. (Karena ajaran agama dapat diselewengkan atau dimanipulasi untuk membenarkan apa yang jahat/yg ditentang oleh agama itu sendiri.)

    Ada banyak kejahatan yang telah dilakukan atas nama agama dan demi penghapusan agama (dalam sejarah manusia yang paling banyak memakan korban jiwa adalah upaya menghapuskan agama).

    Jika umat Kristen di Indonesia menyamakan saja agama Kristen dengan penjajah, maka tidak ada kekristenan di Indonesia. Tapi karena banyak orang Kristen yg berjuang untuk kemerdekaan, maka nampaklah bahwa menyamakan penjajah dengan agama Kristen adalah pemikiran yg keliru.

    Hal yg sama jika diterapkan pada agama-agama yang lain.

    BalasHapus