Alm. Ibu Birgitta Almby. Rest in peace (foto: The Express Tribune). |
PAKISTAN, Lahore (Menara Penjaga, 15 Desember 2012).
Birgitta Almeby (72), tenaga gereja dari Swedia yang bekerja di Pakistan dikabarkan menghembuskan nafas terakhir pada Rabu malam (12/12) di rumah sakit Karolinska, Stockholm. Pihak Sidang Injil Sepenuh (FGA), organisasi yang menaunginya, mengkonfirmasi berpulangnya Ibu Birgitta kepada TheExpress Tribune (ET).
Birgitta Almeby (72), tenaga gereja dari Swedia yang bekerja di Pakistan dikabarkan menghembuskan nafas terakhir pada Rabu malam (12/12) di rumah sakit Karolinska, Stockholm. Pihak Sidang Injil Sepenuh (FGA), organisasi yang menaunginya, mengkonfirmasi berpulangnya Ibu Birgitta kepada TheExpress Tribune (ET).
Ibu
Birgitta dilaporkan mengalami luka parah di bagian leher akibat tembakan orang tak
dikenal di kompleks tempat tinggalnya di Lahore, Pakistan, tanggal 3
Desember 2012 lalu.
Seorang supir tetangga berhasil melarikannya ke
rumah sakit Jinnah, namun ia telah kehilangan banyak darah. Karena
situasinya semakin kritis, pada tanggal 10 Desember Ibu Birgitta
diterbangkan dengan pesawat ambulans ke Swedia, namun Tuhan sudah
berkendak lain.
Pihak
berwenang masih terus menyelidiki kasus ini, termasuk alasan
bagaimana para pelaku kejahatan ini dapat melewati penjagaan polisi
dan ranger. (ET)
Melayani orang miskin
Ibu
Birgitta melewatkan 38 tahun hidupnya melayani di Pakistan.
ET
mengungkapkan bahwa para pembela hak asasi umat Kristen menyebut Ibu
Birgitta sebagai seorang yang “non-politik.”
Rehmat
Masih (73), yang bersama isterinya Maryam telah membantu Ibu Birgitta
selang 35 tahun belakangan ini, mengatakan, “Posisinya sederhana:
melayani orang miskin dan yang tertindas.” (ET)
Bpk
Rehmat mengungkapkan dia tidak pernah diperlakukan seperti orang lain
di rumah. "Kami yang seharusnya memberi perhatian padanya,
justru ia yang memberi perhatian pada kami. Dia memastikan kami
merasa seolah-olah kami tinggal di rumah kami sendiri," katanya emosional.
"Orang-orang yang kejam telah membunuh kemanusiaan dengan menembak wanita yang meninggalkan negaranya, keluarga, dan kehidupannya untuk melayani Pakistan dan orang-orang miskinnya," tambahnya.
"Orang-orang yang kejam telah membunuh kemanusiaan dengan menembak wanita yang meninggalkan negaranya, keluarga, dan kehidupannya untuk melayani Pakistan dan orang-orang miskinnya," tambahnya.
Pengabdian di Pakistan
Menurut
Liaqat Qaiser, jurubicara FGA, Ibu Birgitta mengurus tiga buah panti
asuhan di samping mengajar di Sekolah Alkitab FGA. “Meskipun
usianya tak muda lagi, ia sangat bersemangat,” ungkapnya.
Menurutnya Ibu Birgitta kelihatan puas tinggal di Pakistan, hal yang mungkin menyebabkannya menolak keinginan keluarganya di Swedia untuk pulang ke negara itu.
Menurutnya Ibu Birgitta kelihatan puas tinggal di Pakistan, hal yang mungkin menyebabkannya menolak keinginan keluarganya di Swedia untuk pulang ke negara itu.
Ibu
Birgitta juga bekerja untuk kesejahteraan dan rehabilitasi korban
gempa bumi dan banjir di Pakistan, ungkap pejabat FGA, sambil
menambahkan bahwa ia telah menyumbangkan Rs 30 juta untuk pembentukan
database di wilayah yang terkena gempa bumi 2005.
FGA
mempunyai berbagai jenis pelayanan di Pakistan. Selain sekolah
Alkitab, panti asuhan, mereka juga menjalankan kelas membaca untuk
orang dewasa dan sekolah pendidikan teknik.
Selamat
jalan Ibu Birgitta. Di dalam Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. (MP)
Aku
telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis
akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku
mahkota
kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang
adil, pada hari-Nya;
tetapi
bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang
merindukan kedatangan-Nya. (1 Timotius 4:7-8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar