Protes perempuan Sri Lanka menuntut ketegasan pemerintah terhadap tindak kejahatan pelecehan anak (foto: passionparade.blogspot.com/ DushiYanthini) |
Menanggapi meningkatnya kejahatan pelecehan terhadap anak-anak, Departemen Kehakiman Sri Lanka telah mengambil langkah untuk mendirikan sebuah pengadilan tinggi terpisah di Colombo dalam rangka mempercepat sidang-sidang kasus pelecehan anak.
Sekretaris Departemen Kehakiman, Kamalini de
Silva, mengatakan bahwa semua kasus menyangkut pelecehan anak
akan ditangani lewat pengadilan ini, di antaranya untuk mengurangi
penundaan dalam proses hukum terhadap tindak kejahatan pelecehan anak
dan membawa pelaku kejahatan ke pengadilan seawal mungkin. Hal ini
akan mempercepat penyediaan pertolongan bagi korban dan mengurangi
kejadian menyedihkan yang sama, ungkapnya seperti dilansir ColomboPage.
Tanggal 20 Juli lalu perempuan Sri Lanka mengadakan
demonstrasi menuntut pemerintah menetapkan hukuman mati bagi
penjahat pelaku pelecehan terhadap perempuan dan anak. Hal yang sama
dituntut
oleh National Child Protection Authority (NCPA [otoritas perlindungan
anak nasional]), sebuah lembaga pemerintah yang didirikan pada tahun
1998 untuk melindungi anak-anak.
(passionparade.blogspot/DushiYanthini) |
Sampai sejauh ini NCPA telah
menerima lebih dari 20.000 keluhan pelecehan anak di tahun 2012.
Polisi mengatakan adanya 975 kasus
dalam enam bulan pertama tahun 2012 menunjukkan peningkatan yang
cukup besar pada tingkat kejahatan pelecehan anak, dan hal ini turut
dipengaruhi oleh peningkatan penggunaan komputer, Internet, dan HP di
Sri Lanka, demikian dilaporkan Xinhua-ANI.
Ketua NCPA, Anoma Dissanayake, menyarankan bahwa satu-satunya cara untuk mengontrol meningkatnya pelecehan terhadap anak-anak saat ini adalah dengan memberikan hukuman yang paling berat.
Serangkaian kekerasan
seksual terbaru mendorong aksi protes akhir bulan lalu oleh lebih
dari 1.000 orang termasuk anak-anak dan 100 pemimpin Kristen. Banyak
dari para demonstran juga menyerukan hukuman
mati terkait kasus pelecehan seksual anak, demikian dilaporkan
UCANews.
Pastor John Salomo
dari Gereja Bala Keselamatan mengatakan menghukum para
pelaku itu tidak cukup untuk membendung gelombang kekerasan seksual
terhadap anak. Gambar-gambar porno yang mengeksploitasi anak di
televisi dan media online perlu dikontrol.
“Kasus pelecehan seksual
anak ini dilakukan oleh mereka yang memegang tanggung jawab untuk
melindungi anak-anak muda,” katanya.
Ebenezer Joseph,
Sekretaris Jenderal Dewan Kristen Nasional Sri Lanka, mengatakan
sudah saatnya masyarakat Sri Lanka diberikan kembali pendidikan
moral dasar berdasarkan ajaran agama.
“Ada
kebutuhan mendesak untuk mendidik masyarakat kita tentang bahaya
terkait kebutuhan ekonomi dengan mengorbankan anak-anak kita,”
ungkapnya.
(passionparade.blogspot/ DushiYanthini) |
Pada
Maret 2006 lalu Tamil Center for Human
Rights (TCHR) mempublikasikan
data yang mengejutkan tentang situasi anak-anak di Sri Lanka. Puluhan
ribu anak menjadi korban perdagangan manusia dan prostitusi. Laporan itu turut mengutip pemberitaan
IPS tahun 1998 yang mengatakan 5000-30.000 anak laki-laki dipakai oleh
seks turis pedofilia dari Barat, hal mana yang memberikan Sri Lanka
nama julukan “surga para pedofilia.”
Dengan situasi yang dialami
anak-anak Sri Lanka baru-baru ini, anak-anak belum mendapat perhatian
yang semestinya. Namun ada harapan baru saat ini. Semoga pemerintah dan
masyarakat dapat benar-benar mengambil bagian dalam perlindungan
anak-anak yang adalah masa depan. (MP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar