Jumat, 10 Agustus 2012

Pemerintah Saudi hentikan khotbah kebencian terhadap non-Muslim?

Arab Saudi (wikipedia)
ARAB SAUDI, Riyadh (9/8/12).
Menurut sejumlah website Arab Saudi (termasuk UPI Arabic), Kementrian Urusan Islam Saudi telah mengirimkan peringatan kepada para imam di masjid-masjid untuk tidak berdoa bagi kehancuran bagi umat Kristen dan umat Yahudi dalam khotbah dan doa Jumat mereka, dengan catatan bahwa doa yang “benar” adalah hanya untuk para “penyerang.” (ElderofZiyon)

Berita ini telah diklarifikasi oleh Dr. Taufik Al-Sudairy, pejabat setempat, bahwa Kementrian tidak pernah mengeluarkan peringatan demikian. Bahwa media hanya mengacu pada sebuah surat edaran dari Kementrian yang mengatakan bahwa doa yang benar adalah melawan “penyerang” karena kemungkinan adalah keliru memukul rata semua [Kristen dan Yahudi] yang dalam kebajikannya mengetahui bahwa Allah ada.

Surat itu juga berisi himbauan supaya pembacaan Kitab Suci dan doa tidak dilakukan keras-keras supaya tidak menyakitkan telinga dan membuat persaingan dengan suara di masjid-masjid lainnya.

Jurnalis Sabria Jawhar menulis: Akibat perang di Afghanistan dan Irak, khotbah Jumat yang berisi kemarahan terhadap non-Muslim semakin meningkat dilakukan oleh beberapa imam di Arab Saudi. Mereka menganggap orang Yahudi dan Kristen bertanggung jawab atas kerusakan akibat perang-perang ini. Hal ini belum merupakan suatu upaya sengaja untuk membusukkan umat beragama lainnya, melainkan sebagai reaksi terhadap perasaan terancam masyarakat

Khotbah-khotbah semacam ini adalah salah satu tantangan terbesar bagi pemerintah Saudi yang ingin mengubah imej Kerajaan Arab Saudi. Ungkapan-ungkapan bernuansa kebencian terhadap berbagai kelompok masyarakat lainnya itu tidak lagi hanya didengar oleh jemaat di masjid lokal, karena disiarkan di seluruh dunia dengan adanya Internet sekarang ini. 

Secara historis, penghasutan melawan non-Muslim dilarang dan bertentangan dengan Islam. Sesuai keyakinan iman Islam, Nabi Muhammad berkata ia tidak dikirim kepada orang-orang sebagai seorang yang mengkhotbahkan kutukan tetapi sebagai seorang yang membawa belas kasihan.

Pada kenyataannya, umat Muslim diajarkan untuk menunjukkan kebaikan kepada non-Muslim yang tidak menindas atau meneror komunitas Muslim. Dalam kitab suci agama Islam, Al-Qur'an, ditulis, "Allah melarangmu bukan mereka yang tidak berperang melawanmu karena agama dan memaksamu keluar dari rumahmu, bahwa kamu harus menunjukkan kepada mereka kebaikan dan secara adil berurusan dengan mereka. Sesungguhnya! Allah mengasihi orang yang adil"(60:8).

Ungkapan-ungkapan dari imam lokal membawa pengaruh cukup besar di antara umat, yang banyak di antaranya memiliki sedikit pendidikan formal dalam studi Islam dan menganggap para pengkhotbah sebagai yang paling tahu jalan Islam yang benar.

Raja Abdullah tidak hanya ingin para imam menghentikan khotbahnya kebenciannya, namun juga telah mengambil langkah-langkah untuk menjangkau agama lain. Tahun 2007 lalu ia bertemu dengan Paus Benediktus XVI dan pada tahun 2008 mengadakan konferensi di Mekkah untuk mendesak para pemimpin Muslim supaya bergabung dengan para pemimpin Yahudi dan Kristen untuk berbicara dalam satu suara, toleransi dan berkomitmen untuk dialog antar agama. Inilah Arab Saudi dan esensi Islam yang sebenarnya.

Dalam semangat yang sama, Raja Abdullah memelopori pendirian King Abdullah University of Science and Technology (KAUST), yang memungkinkan pria dan wanita dari berbagai agama untuk bekerja dan belajar bersama-sama dalam satu kelas. Dengan KAUST, Raja Abdulah telah meninggalkan pendekatan lama dalam pendidikan di Saudi dengan menarik pelajar dan pengajar Muslim dan non-Muslim, dan menerapkan kurikulum dan model seperti Universitas di Barat. Meskipun hal ini masih merupakan sumber perdebatan di Arab Saudi, KAUST merupakan sebuah percobaan dalam hal toleransi ketika siswa dan instruktur meninggalkan hambatan-hambatan bersifat keagamaan untuk bekerja bersama-sama.

Lebih jauh Sabria Jawhar menulis bahwa ia tidak lagi mau menganggap bahwa pemerintah Amerika Serikat "anti-Muslim" dan Arab Saudi "anti-Kristen." Menurutnya, di kalangan Islam maupun Kristen ada para pengkhotbah yang intoleran terhadap pemeluk agama lainnya. Dan bahwa apa yang dikatakan di mimbar agama seringkali berbeda dengan kebijakan pemerintah [atau sebaliknya] dan kerinduan hati orang-orang banyak, seperti adanya toleransi, jarang diberitakan oleh media. (MP)


Tulisan terkait: Pluralitas dan Pluralisme (agama-agama)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar