Fr. Edwin Gariguez with children in a Mangyan community on Mindoro island (Foto: Global Nation). |
Fr. Edwin Gariguez menjadi salah satu dari enam penerima Goldman Environmental Prize (sebuah penghargaan dibidang pelestarian lingkungan hidup) tahun ini di San Francisco, USA, demikian dilaporkan oleh AsiaNews.it.
Selama ini ia telah memperjuangkan pelestarian pulau Mindoro di Filipina dari penambangan, termasuk berpartisipasi dalam pengembangan masyarakat suku dan perlindungan areal terlindung.
Fr. Edwin Gariguez, sekretaris National Commission on Social Action Justice and Peace (Komisi Nasional bidang Aksi Sosial, Keadilan dan Perdamaian), memenangkan Goldman Environmental Prize tahun 2012 untuk perjuangannya atas nama penduduk asli Pulau Mindoro (barat-laut Filipina), di mana kegiatan penambangan menjadi ancaman keberadaan mereka. Sebagai salah satu dari “pahlawan pembela lingkungan hidup,” ia menerima penganugerahan itu hari Senin di San Francisco Opera House, USA.
“Sebagai seorang imam Katolik, saya mengambil bagian dalam misi kami untuk melayani orang miskin dan yang terpinggirkan,” ungkap Fr. Gariguez. “Saya membaktikan diri saya untuk usaha pengembangan dan pembelaan hak-hak masyarakat suku asli, para petani dan nelayan.”
”Saya diajarkan oleh masyarakat suku asli Mangyan untuk menjaga bumi,” jelasnya. Bagi mereka, “alam adalah seperti rahim ibu yang meberikan kita kehidupan,” ungkap Fr. Gariguez yang adalah tenaga Injil.
Fr. Gariguez mulai kampanyenya melawan perusahaan penambang pada akhir tahun 1990-an, ketika Intex Resources, perusahaan milik Norwegia, hendak membangun tambang nikel di area terlindung Capan (Oriental Mindoro) yang dihuni oleh masyarakat asli Mangyan, proyek tersebut telah disetujui oleh pemerintah.
Bersama dengan para pemegang jabatan dan pemimpin gereja, ia turut mendirikan ALAMIN, Persatuan melawan Penambangan, sebuah koalisi yang menentang penambangan yang indiskriminatif.
Akhirnya, pemerintah lokal memberlakukan penangguhan penambangan di pulau itu pada tahun 2002, tapi Intex terus melakukan aktivitasnya di daerah itu.
Untuk menghentikan perusahaan itu, Fr. Gariguez berangkat ke Eropa di mana ia menemui anggota parlemen Norwegia dan para pemegang saham perusahaan Intex.
Dengan bantuan dari sebuah LSM di Norwegia, ia juga memasukkan pengeluhan dengan Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pengembangan.
Tahun 2009, ia memimpin 11-hari mogok makan sampai Departemen Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (DENR) Filipina menyetujui untuk menyelidiki dugaan pelanggaran aturan perlindungan lingkungan hidup dan masyarkat terkait penambangan itu.
Hasil dari penyelididkan yang dipimpin oleh DENR membatalkan izin Intex tahun 2010 untuk masa waktu tak tentu, penambangan ditahan.
Mulai dari situ, berbagai anggota ALAMIN mendapat ancaman pembunuhan karena protes dan keikut-sertaan mereka. Salah satu dari mereka, Ricardo Ganad, presiden dari Persatuan Hukum Tua di Victoria, dibunuh pada tahun 2010.
Globalnation.inquirer melaporkan bahwa Fr. Edwin Gariguez menerima penghargaan karena “memimpin gerakan masyarakat akar-rumput melawan perusahaan penambang nikel berskala besar untuk melindungi keanekaragaman hayati dan masyarakat asli Pulau Mindoro,” terungkap dalam statement Goldman awards yang berbasis di USA. Penerima penghargaan masing-masing menerima uang sebesar $150.000.
"Melindungi hak-hak orang miskin harus diutamakan daripada keserakahan perusahaan,” ungkapnya dalam pidato yang disampaikannya pada penerimaan award itu. “Pembangunan yang hakiki harus memprioritaskan kebutuhan untuk memastikan keberlanjutan ekologi di atas keuntungan pasar. Kita tidak boleh mengorbankan masyarakat dan lingkungan hidup untuk kepentingan sesaat dari beberapa orang.”***
Fr. Edwin Gariguez, winner of the 2012 Goldman Environmental Prize for his campaign to protect Mindoro island and its people. Goldman Environmental Foundation photo |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar