Rabu, 18 September 2013

Homoseksualisme dan masalah seputar pernikahan, bisnis, dan Olimpiade 2014

Logo Gereja Skotlandia.
SKOTLANDIA: Berhenti memberkati pernikahan?

Gereja Skotlandia sedang mempertimbangkan kemungkinan berhenti memberkati pernikahan untuk menghindari tuntutan hukum.

Hal ini mengemuka setelah Parlemen Skotlandia meluluskan sebuah rancangan undang-undang (RUU) yang turut memuat peraturan tentang legalitas 'pernikahan' sejenis.

“Bayangan tentang tahun-tahun melalui tuntutan hukum yang melelahkan, yang juga sangat mahal, adalah sungguh-sungguh memprihatinkan,” ungkap Pdt. Alan Hamilton dari komite masalah hukum Gereja Skotlandia.

Ia juga mengungkapkan bahwa RUU ini, jika disetujui, akan secara fundamental mengubah institusi tersebut dalam budaya Skots.

Ungkapan serupa datang dari Gereja Katolik Skotlandia.

“RUU ini merupakan tantangan yang paling serius terhadap kebebasan beragama di Skotlandia sepanjang yang dapat diingat.

“Gereja-gereja dan badan-badan keagamaan akan rentan terhadap tantangan dan serangan hukum. Memaksa masyarakat menerima pernikahan sesama jenis di tengah penolakan mayoritas adalah tidak perlu, tak diinginkan, dan tidak demokratis,” ungkap jurubicaranya kepada The Scotsman.

Humanist Society Scotland (Masyarakat Humanis Skotlandia) adalah salah satu pendukung RUU ini.

Organisasi ini menyatakan siap mengakomodasi sikap “diskriminatif,” demikian tanggapannya menanggapi kemungkinan adanya “pasal hati nurani” yang memungkinkan seseorang yang berkeberatan menolak memberkati 'pernikahan' sejenis. (WND)






Toko kue yang terpaksa ditutup.
AMERIKA SERIKAT: Toko kue terpaksa ditutup

Di Amerika Serikat, sebuah toko usaha kue terpaksa ditutup karena pemiliknya menolak membuat kue 'pernikahan' dua perempuan pelaku hubungan sejenis.

Aaron dan Melissa Klein dianggap tidak mematuhi peraturan “non-diskriminasi” yang ditetapkan pemerintah negara bagian Oregon, yang di antaranya mengatakan tidak boleh ada pembedaan pelayanan berdasarkan “orientasi seksual.” Kategori ini memang baru, tapi sudah menyebar luas, arti bebasnya adalah "citarasa seksual seseorang."

Menurut status Facebook pemiliknya, Sweet Cakes by Melissa terpaksa ditutup setelah beberapa bulan diteror oleh para aktivis dan simpatisan yang tidak menerima keyakinan keluarga ini bahwa mereka percaya pernikahan itu adalah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan karena itu menolak membantu “merayakan sebuah komitmen dosa seumur hidup.” 

Jika pelaku hubungan sejenis itu meminta dibuatkan kue ulang tahun, mereka [pemilik] tidak akan keberatan, demikian diungkapkan oleh Matt Barber dari Liberty Councel Action dalam tulisannya. Ia membandingkan kasus ini dengan meminta usaha katering Muslim untuk membuatkan babi panggang.

Lebih baik orang miskin yang bersih kelakuannya dari pada orang yang berliku-liku jalannya, sekalipun ia kaya,” demikian status di halaman facebook usaha kue itu.





Maskot Olimpiade Musim Dingin ke-22 di
Rusia.
RUSIA: Melindungi anak-anak

Sementara itu, mendekati pelaksanaan Olimpiade Musim Dingin 2014, tuan rumah Rusia tidak hanya sedang mempersiapkan diri untuk menyambut para tamu dan delegasi internasional, tetapi juga kemungkinan aksi melanggar ketertiban umum dari para aktivis homoseksualisme.

Rusia telah menjadi target aktivis homoseksualisme setelah menetapkan hukum yang melarang promosi homoseksualitas, dan tingkah laku seksual menyimpang lainnya, terhadap anak-anak. Menurut LSN: Reuters, AP, New York Times, BBC telah mengeluhkan bahwa peraturan ini adalah sebuah bentuk diskriminasi terhadap pelaku hubungan sejenis.

Para pelaku hubungan sejenis memiliki hak yang sama dengan warga negara lainnya di Rusia, karena itu LSN menilai niat pemerintah adalah benar-benar melindungi anak-anak dan bukan mengkriminalkan para pelakunya. Alasannya, tulis LSN, resiko tinggi HIV/AIDS dan kesehatan lainnya. 


Namun, sebuah berita yang tidak dicover di media-media arus utama, dua tim Olimpiade dari dua negara, bekerja sama dengan jaringan aktivis global dan internasional diplomat yang tidak disebutkan namanya berencana akan mengolok-ngolok peraturan itu di tengah pelaksanaan Olimpiade 2014.

Terkait dengan isu ini, Yelena Isinbayeva, atlet lompat galah asal Rusia pemenang medali emas Kejuaraan Dunia IAAF 2013, mengungkapkan bahwa para tamu seharusnya menghormati peraturan yang melarang propaganda praktek homoseks kepada anak-anak, demikian dilaporkan Interfax.

Menanggapi kritik media yang diarahkan kepada Isinbayeva, ketua Departemen Informasi Patriakat Moskow, Vladimir Legoyda, di antaranya mengungkapkan, “Gereja melihat homoseksualitas sebagai dosa, yang bukan berarti kebencian terhadap pelaku yang melakukan dosa ini tetapi menolak propaganda atau dukungan terhadap hubungan seksual demikian. Siapa pun, apakah seorang atlet, politikus, atau seorang ibu rumah tangga, orang percaya atau bukan, mempunyai hak untuk menerima atau menolak posisi ini.”

“Umat [Gereja] Ortodoks, anggota agama-agama tradisional di Rusia dan banyak orang non-religius menentang propaganda hubungan sejenis. Mereka didukung oleh banyak orang Kristen, Yahudi, Muslim di Barat, dan ada media dunia yang secara keras kepala mencoba untuk menciptakan gambaran yang membelokkan kenyataan ini,” lanjutnya.

Barangkali, mereka yang menentang ini yang tidak takut disebut diskriminatif untuk alasan yang tepat. [+]

1 komentar:

  1. Beritakan kebenaran dalam kasih. Memberi anak-anak kesempatan yg lebih baik.

    BalasHapus