Logo Gereja Skotlandia. |
SKOTLANDIA: Berhenti memberkati
pernikahan?
Gereja Skotlandia sedang
mempertimbangkan kemungkinan berhenti memberkati pernikahan untuk
menghindari tuntutan hukum.
Hal ini mengemuka setelah Parlemen
Skotlandia meluluskan sebuah rancangan undang-undang (RUU) yang turut
memuat peraturan tentang legalitas 'pernikahan' sejenis.
“Bayangan tentang tahun-tahun melalui
tuntutan hukum yang melelahkan, yang juga sangat mahal, adalah
sungguh-sungguh memprihatinkan,” ungkap Pdt. Alan Hamilton dari
komite masalah hukum Gereja Skotlandia.
Ia juga mengungkapkan bahwa RUU ini,
jika disetujui, akan secara fundamental mengubah institusi tersebut
dalam budaya Skots.
Ungkapan serupa datang dari Gereja
Katolik Skotlandia.
“RUU ini merupakan tantangan yang
paling serius terhadap kebebasan beragama di Skotlandia sepanjang
yang dapat diingat.
“Gereja-gereja dan badan-badan
keagamaan akan rentan terhadap tantangan dan serangan hukum. Memaksa
masyarakat menerima pernikahan sesama jenis di tengah penolakan
mayoritas adalah tidak perlu, tak diinginkan, dan tidak demokratis,”
ungkap jurubicaranya kepada The Scotsman.
Humanist Society Scotland (Masyarakat
Humanis Skotlandia) adalah salah satu pendukung RUU ini.
Organisasi ini menyatakan siap
mengakomodasi sikap “diskriminatif,” demikian tanggapannya
menanggapi kemungkinan adanya “pasal hati nurani” yang
memungkinkan seseorang yang berkeberatan menolak memberkati
'pernikahan' sejenis. (WND)
Toko kue yang terpaksa ditutup. |
AMERIKA SERIKAT: Toko kue terpaksa
ditutup
Di Amerika Serikat, sebuah toko usaha
kue terpaksa ditutup karena pemiliknya menolak membuat kue 'pernikahan' dua perempuan pelaku hubungan sejenis.
Aaron dan Melissa Klein
dianggap tidak mematuhi peraturan “non-diskriminasi” yang
ditetapkan pemerintah negara bagian Oregon, yang di antaranya
mengatakan tidak boleh ada pembedaan pelayanan berdasarkan “orientasi
seksual.” Kategori ini memang baru, tapi sudah menyebar luas, arti bebasnya adalah "citarasa seksual seseorang."
Menurut status Facebook pemiliknya,
Sweet Cakes by Melissa terpaksa ditutup setelah beberapa bulan
diteror oleh para aktivis dan simpatisan yang tidak menerima
keyakinan keluarga ini bahwa mereka percaya pernikahan itu adalah
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan karena itu
menolak membantu “merayakan sebuah komitmen dosa seumur hidup.”
Jika pelaku hubungan sejenis itu
meminta dibuatkan kue ulang tahun, mereka [pemilik] tidak akan
keberatan, demikian diungkapkan oleh Matt Barber dari Liberty Councel
Action dalam tulisannya.
Ia membandingkan kasus ini dengan meminta usaha katering Muslim untuk
membuatkan babi panggang.
“Lebih
baik orang miskin yang bersih kelakuannya dari pada orang yang
berliku-liku jalannya, sekalipun ia kaya,” demikian status di
halaman facebook usaha kue itu.
Maskot Olimpiade Musim Dingin ke-22 di Rusia. |
RUSIA:
Melindungi anak-anak
Sementara
itu, mendekati pelaksanaan
Olimpiade Musim Dingin 2014, tuan rumah Rusia tidak hanya sedang mempersiapkan
diri untuk menyambut para tamu dan delegasi internasional, tetapi
juga kemungkinan aksi melanggar ketertiban umum dari para aktivis
homoseksualisme.
Rusia telah menjadi target aktivis
homoseksualisme setelah menetapkan hukum yang melarang promosi
homoseksualitas, dan tingkah laku seksual menyimpang lainnya,
terhadap anak-anak. Menurut
LSN: Reuters, AP, New York Times, BBC telah mengeluhkan bahwa
peraturan ini adalah sebuah bentuk diskriminasi terhadap pelaku
hubungan sejenis.
Para pelaku hubungan sejenis memiliki
hak yang sama dengan warga negara lainnya di Rusia, karena itu LSN
menilai niat pemerintah adalah benar-benar melindungi anak-anak dan
bukan mengkriminalkan para pelakunya. Alasannya, tulis LSN, resiko
tinggi HIV/AIDS dan kesehatan lainnya.
(Terkait:
Pusat Pengendalian Penyakit AS: 92 % kasus HIV usia 13-19 tahun
terkait hubungan sejenis.)
Namun, sebuah
berita yang tidak dicover di media-media arus utama, dua tim
Olimpiade dari dua negara, bekerja sama dengan jaringan aktivis
global dan internasional diplomat yang tidak disebutkan namanya berencana akan
mengolok-ngolok peraturan itu di tengah pelaksanaan Olimpiade 2014.
Terkait dengan isu ini, Yelena
Isinbayeva, atlet lompat galah asal Rusia pemenang medali emas
Kejuaraan Dunia IAAF 2013, mengungkapkan bahwa para tamu seharusnya
menghormati peraturan yang melarang propaganda praktek homoseks
kepada anak-anak, demikian dilaporkan Interfax.
Menanggapi kritik media yang diarahkan
kepada Isinbayeva, ketua Departemen Informasi Patriakat Moskow,
Vladimir Legoyda, di antaranya mengungkapkan, “Gereja melihat
homoseksualitas sebagai dosa, yang bukan berarti kebencian terhadap
pelaku yang melakukan dosa ini tetapi menolak propaganda atau
dukungan terhadap hubungan seksual demikian. Siapa pun, apakah
seorang atlet, politikus, atau seorang ibu rumah tangga, orang
percaya atau bukan, mempunyai hak untuk menerima atau menolak posisi
ini.”
“Umat [Gereja] Ortodoks, anggota
agama-agama tradisional di Rusia dan banyak orang non-religius
menentang propaganda hubungan sejenis. Mereka didukung oleh banyak
orang Kristen, Yahudi, Muslim di Barat, dan ada media dunia yang
secara keras kepala mencoba untuk menciptakan gambaran yang
membelokkan kenyataan ini,” lanjutnya.
Barangkali, mereka yang menentang ini yang tidak takut disebut
diskriminatif untuk alasan yang tepat. [+]
Beritakan kebenaran dalam kasih. Memberi anak-anak kesempatan yg lebih baik.
BalasHapus